Di tengah kondisi ekonomi yang sedang morat-marit, membeli dan mengoleksi buku adalah hal yang mewah. Apalagi untuk kaum mendang-mending seperti saya. Itu mengapa untuk urusan membaca buku, saya dan banyak orang di luar sana bergantung pada iPusnas.
Bagi yang belum tahu, iPusnas adalah perpustakaan digital yang dikelola oleh Perpustakaan Nasional Indonesia. Secara biaya, iPusnas gratis tanpa uang sepeser pun. Namun, saya harus membayar mahal dengan hal lain berupa kesabaran. Asal tahu saja, aplikasi iPusnas sering eror dan sistem antriannya yang jelek banget.
Selain itu, kesabaran saya juga diuji oleh pengguna iPusnas yang seenaknya saja dan nggak beretika. Salah satunya, banyak pengguna iPusnas yang menimbun buku di rak dengan cara terus menerus memperpanjang masa pinjaman. Tindakan itu membuat orang lain yang sudah antre meminjam buku tidak kunjung mendapat gilirannya.
Itu mengapa, saya menulis surat terbuka ini. Saya berharap melalui surat terbuka ini mereka sadar dan segera mengubah perilaku mereka. Walau terdengar sederhana, tidak segera mengembalikan buku, apa yang kalian lakukan itu jahat. Bagi segelintir orang, akses buku iPusnas yang gratis adalah satu-satunya hiburan di tengah kondisi ekonomi seperti sekarang ini.
Jangan pinjam buku iPusnas kalau tidak pandai mengatur waktu untuk membaca
Dear penimbun buku di iPusnas, tolong tanamkan dalam benak kalian kalau koleksi buku di iPusnas itu milik publik. Bukan koleksi pribadi yang bisa dibaca kapan saja. Saya tahu betul ada modus memperpanjang waktu pinjaman selama berkali-kali ini. Sebab, hal itu terlihat di riwayat peminjaman.
Baca halaman selanjutnya: Ada batas waktu …




















