Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Dari Sekian Banyak Atlet Bucin, kok yang Dipermasalahin Cuma Atlet Sepak Bola ya?

Raihan Yuflih Hasya oleh Raihan Yuflih Hasya
16 September 2020
A A
witing tresno jalaran soko kulino atlet bucin pengalaman selingkuh pacaran dari sudut pandang laki-laki mojok.co

atlet bucin pengalaman selingkuh pacaran dari sudut pandang laki-laki mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Kita semua tahu bagaimana rasanya ketika produktivitas kerja terhambat karena satu dan lain hal. Kalau yang rugi diri sendiri, nggak apa-apa. Tapi kalau yang rugi ternyata orang banyak, ya jadi masalah yang lebih gede. Sebenarnya, menemui hambatan dalam menjalankan peran sehari-hari adalah sebuah hal yang wajar bagi semua orang karena setiap profesi di dunia ini pasti memiliki hambatannya masing-masing. Tak terkecuali seorang atlet.

Kalau dipikir-pikir, jadi atlet—yang terkenal—itu berat karena seorang atlet tak berbeda dengan figur publik. Keuntungan didukung oleh orang banyak harus sebanding pula dengan konsekuensinya. Sekali prioritas terganggu karena distraksi, maka seluruh mata akan memandang dengan tajam.

Jenakanya, atlet-atlet negara kita ini memiliki distraksi yang menarik untuk ditertawakan. Ada yang sekali juara langsung tergiur dengan tawaran bintang iklan sosis, ada yang banting setir ke dunia hiburan, ada juga yang tergiur tawaran partai, ada juga yang belum keliatan prestasinya tapi udah eksis banget di media sosial, dan kasus-kasus kocak lainnya.

Dari banyaknya contoh kasus tersebut, yang sedang menarik diperbincangkan saat ini adalah kasus atlet bucin. Kita selalu diwanti-wanti oleh pepatah lama yang mengatakan bahwa ada tiga hal yang dapat menghancurkan laki-laki, yakni harta, takhta, dan wanita (untuk perempuan sebaliknya). Yang ketiga ini memang racunnya kebangetan karena buktinya terlihat di mana-mana. Sebenarnya nggak masalah sih kalau atlet pacaran, yang jadi masalah itu kalau sampai berpengaruh ke kariernya.

Atlet yang punya tanda-tanda pacarannya jadi distraksi ke kariernya ini biasanya diawali dengan berpacaran dengan figur publik. Tapi nggak semua kok, cuma ya kebanyakan sih gitu. Gaya hidup figur publik yang glamornya kebangetan ini seperti sebuah jebakan betmen kepada si atlet untuk mulai mengikuti gaya hidupnya (ya namanya juga bucin). Saking bucinnya, lama-kelamaan si atlet ini mulai meninggalkan usaha-usaha kecil yang biasanya ia lakukan demi investasi karier. Hal tersebut berdampak kepada hancurnya karier dalam jangka panjangnya.

Sebagai warga negara yang baik, tentunya kita boleh mengingatkan orang-orang yang mulai masuk ke lubang kenikmatan tersebut untuk kembali melakukan taubatan nasuha. Sebab, selain sebagai bentuk perhatian kita kepada si atlet, hal tersebut juga merupakan implementasi pemenuhan hak dan kewajiban kita sebagai warga negara.

Coba deh bayangin, mereka-mereka ini digaji dan difasilitasi oleh negara, anggaran negara didapatkan dari pajak, dan pajak didapatkan dari uang-uang kita. Kesimpulannya, mereka ini digaji pake uang kita. Sebuah pengingat bahwa pengaplikasian pajak harus dipergunakan sebagaimana mestinya adalah hak kita juga.

Sayangnya, atlet-atlet bucin yang sering dipermasalahkan orang-orang (bahkan pihak yang berwajib) kebanyakan adalah atlet sepak bola. Kita pasti sering banget denger berita pemain sepak bola yang mainnya kendor dikaitkan dengan kelakuannya dalam membucin sudah masuk ke level maksimal. Ada yang sampai-sampai beliin mobil buat pacarnya, ada yang seolah-olah keliatan nggak ada harga dirinya joget-joget di medsos pacarnya, ada juga yang kelihatan Insta story berasa nggak ada beban sama pacarnya padahal abis kalah dan mainnya lemes banget, dan lain sebagainya.

Baca Juga:

Minggat dari Jakarta dan Memutuskan Hidup di Padang Adalah Keputusan Terbaik Meski Harus Melawan Arus

5 Dosa Kampus yang Hanya Menjual Mimpi Padahal Bikin Kuliah kayak Investasi Bodong

Padahal, kalau kita buka cakrawala kita lebih luas (yaelah cakrawala) buanyak banget atlet nasional non sepak bola yang bucinnya selevel juga. Tanpa menyebut merek, saya melihat media sosial atlet yang sering berurusan dengan raket, berpacaran dengan seorang figur publik dan pernah beberapa kali memposting kemesraannya di media sosial. Tetapi mayoritas respon warganet dalam postingan tersebut adalah hal-hal gemes kayak “so cute”, “lutu amat”, dan hal-hal menggemaskan lainnya. Hal tersebut juga muncul di postingan atlet-atlet bucin lain, seperti atlet basket dan atletik.

Berbanding terbalik dengan atlet bucin sepak bola, yang apabila memposting kemesraannya di media sosial, komentar-komentar yang biasanya ada di postingan tersebut adalah kalimat-kalimat kebun binatang, seperti “pantes lemes”, “oh ini alasan mainnya kendor”, dan lain sebagainya. Padahal, setelah saya bandingkan prestasi antara atlet sepak bola dan atlet bulu tangkis atau atlet basket ini nggak ada bedanya juga, sama-sama udah lama nggak berprestasi.

Saya sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan pacarannya. Saya juga nggak iri dengan kegemasan mereka. Tetapi yang menjadi poin saya di sini adalah diskriminasi yang diterima atlet-atlet sepak bola kita. Jika sampel yang digunakan dalam perbandingan sudah sama, tetapi respons yang diterima masing-masing berbeda, siapa sebenarnya pihak yang salah dan yang benar dalam kasus ini?

Eh, tapi ngapain saya pikirin juga ya, wong federasi dan kementerian yang menaungi aja nggak mikirin-mikirin banget~

BACA JUGA Pareidolia dan Dugaan Gambar Salib di Logo HUT RI dan tulisan Raihan Yuflih Hasya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 16 September 2020 oleh

Tags: atletbucindistraksikarier
Raihan Yuflih Hasya

Raihan Yuflih Hasya

Sedang berusaha menyelesaikan studi Sastra Indonesia, pernah menjabat Wali Kota di game Simcity.

ArtikelTerkait

bucin alias budak cinta

Bucin, Identitas dari Gerakan Baru Anak Muda Abad Milenial

30 Mei 2019
bucin 4 Rekomendasi Tempat Pacaran di Jogja versi Low Budget terminal mojok.co

Menjadi Bucin Tidak Sebudak Amat pada Cinta yang Anda Kira

15 Januari 2020
5 Alasan Banyak Pemain Asal Jepang Memilih Berkarier di Liga Indonesia

Jepang Cahaya Asia: Alasan Pemain Jepang Sukses Menembus Eropa

8 Januari 2023
Saya Mahasiswa S1 Lulus 7 Tahun, tapi Hidup Saya Baik-baik Saja dan Karier Saya Tidak Mengecewakan, Ini Tipsnya

Saya Mahasiswa S1 Lulus 7 Tahun, tapi Hidup Saya Baik-baik Saja dan Karier Saya Tidak Mengecewakan, Ini Tipsnya

2 Agustus 2024
Review Film 'Bucin' yang Nggak Tahu Bedanya Bucin dan Pekok andovi jovial da lopez chandra liow film debut terminal mojok.co

Review Film ‘Bucin’ yang Nggak Tahu Bedanya Bucin dan Pekok

25 September 2020
GBK Tempat Jogging Paling Nyaman di Jakarta: Akses Mudah dan Fasilitas Lengkap Mojok.co

GBK Tempat Jogging Paling Nyaman di Jakarta: Akses Mudah dan Fasilitas Lengkap

28 Oktober 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

16 Desember 2025
Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.