Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Dalam Politik, Konsep Relawan Paslon Adalah Hal yang Paling Menjengkelkan

Raihan Rizkuloh Gantiar Putra oleh Raihan Rizkuloh Gantiar Putra
27 November 2020
A A
Dalam Politik, Konsep Relawan Paslon Adalah Hal yang Paling Menjengkelkan terminal mojok.co

Dalam Politik, Konsep Relawan Paslon Adalah Hal yang Paling Menjengkelkan terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Sebentar lagi kita akan masuk ke bulan di mana politik akan sangat menggeliat di seluruh Indonesia. Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) serentak akan digelar di setiap penjuru negeri. Kita cuma bisa prenges-prenges melihat betapa antusiasnya pemerintah buat menggelar pilkada serentak ini. Antusiasme yang salah kaprah, pikir saya. Sama salah kaprahnya dengan konsep kata “relawan” setiap paslon yang tertera di baliho di pinggir jalan dan selokan.

Biasanya, dalam baliho ini, foto seorang relawan akan ditempatkan di bawah foto setiap pasangan calon. Macam-macam daerah, tentu macam-macam pula relawannya. Yang pasti, mereka yang dijadikan relawan adalah seorang tokoh masyarakat yang berpengaruh di suatu desa. Mereka secara sukarela (atau dipilih dan diberikan uang?) mengajukan diri (mengajukan diri?) untuk mendulang suara masyarakat di tempatnya agar memilih salah satu paslon tertentu saat waktu pencoblosan tiba.

Dalam KBBI, relawan adalah bentuk tidak baku dari kata “sukarelawan” yang berarti, orang yang melakukan sesuatu dengan sukarela (tidak karena diwajibkan atau dipaksakan). Dalam konteks sosial, dalam penanggulangan bencana alam misalnya, rasanya saya masih bisa memahami konsep dari relawan itu sendiri karena mereka benar-benar membantu warga yang terdampak bencana tanpa pamrih.

Ada semacam tanggung jawab moral dan sosial di balik aksi yang mereka lakukan entah itu dalam bentuk donasi pakaian, makanan, uang, atau terjun langsung ke lapangan. Setidaknya, itulah yang saya pahami tentang “relawan” meski tentu masih banyak lagi contoh-contoh lainnya. Masalahnya, dalam hal politik, apalagi di musim pilkada atau pemilu, benarkah mereka yang ada di setiap baliho yang dicatut sebagai “relawan” benar-benar membantu setiap paslon atas dasar tanggung jawab moral dan sosial?

Bapak saya kebetulan adalah salah seorang tokoh masyarakat yang bisa dibilang cukup banyak menjadi langganan untuk dijadikan relawan (atau tim sukses) ketika musim Pilkades atau Pilkada tiba. Beliau memang cukup aktif dalam dunia perpolitikan duniawi ini. Sepengamatan saya, bapak adalah seorang ideologis yang pada saat bersamaan juga oportunis. Dia mau mendukung suatu paslon yang sesuai dengan kriterianya sekaligus dengan catatan ada under table transaction atau transaksi di bawah meja.

Transaksi ini bisa macam-macam. Entah itu uang (yang tentu saja wajib), atau menempatkan orang-orang terdekatnya dalam hierarki pemerintahan, sekalipun itu hanya selevel desa. Lagi pula, jangan meremehkan kekotoran politik yang ada di desa. Sama seperti pemilihan umum kelas elite, punya kapasitas saja tidak cukup, tapi juga butuh duit yang banyak. Di desa, setiap pilkades tiba, setiap paslon paling tidak harus merogoh kocek hingga ratusan juta rupiah. Jumlah yang menurut saya biasa saja mengingat iklim politik kita yang memang udah goblok dari sananya. Bayangkan, betapa bersemangatnya setiap paslon yang terpilih nanti untuk membalikkan modalnya.

Dalam satu dan lain hal, relawan ini mirip seperti bapak saya. Tidak mungkin ada orang yang mau menjadi relawan dalam konteks pilkada tanpa diiming-imingi sesuatu. Uang (dan jabatan) sudah pasti menjadi tujuan mereka (walau tentu nggak semua). Lihat saja relawan-relawan Jokowi di pilpres kemarin yang sekarang udah duduk di kursi Komisaris BUMN. Tentu Anda nggak perlu nanya-nanya ke saya, apakah mereka dipilih karena kapasitas atau anu-nya?

Oleh karena itu, saya rasa setiap paslon harus berhenti mencari-cari atau mengangkat seseorang dengan embel-embel “relawan”. Cukup sematkan kata “tim sukses” saja itu udah bikin hati saya tenang. Tentu saya paham bahwa kata “relawan” dimaksudkan mereka agar setiap orang tahu, “Ini loh, tokoh masyarakat kalian benar-benar mendukung kami dari suara hati mereka sendiri”. Tetapi, please, kata “relawan” ini udah sangat nggak cocok dan nggak berkorelasi dengan makna yang sebenarnya.

Baca Juga:

5 Istilah di Jurusan Ilmu Politik yang Kerap Disalahpahami. Sepele sih, tapi Bikin Emosi

4 Salah Kaprah tentang Jurusan Ilmu Politik yang Sudah Terlanjur Dipercaya

Secara pribadi, saya nggak pernah keberatan jika ada orang yang mendukung suatu paslon dengan tujuan-tujuan material. Itu biasa saja. Toh, kalau pun paslon yang mereka dukung kalah itu nggak akan berdampak terlalu besar pada mereka, apalagi cuma di level desa. Hal ini pula yang mendasari kenapa pilkades ditunda dan kenapa pilkada lanjut terus. Ya karena relawan di kelas elite ini (pilkada) adalah relawan yang benar-benar rela melakukan apa pun, Bos!

BACA JUGA Rekomendasi Relawan dan Influencer yang Pantas Dapat Jatah Jabatan dan tulisan Raihan Rizkuloh Gantiar Putra lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 26 November 2020 oleh

Tags: paslonPolitikrelawan
Raihan Rizkuloh Gantiar Putra

Raihan Rizkuloh Gantiar Putra

Duh, lieur kieu euy.

ArtikelTerkait

3 Film Korea tentang Kesenjangan Sosial selain Parasite terminal mojok.co

3 Film Korea tentang Kesenjangan Sosial selain Parasite

7 Desember 2020
Rekomendasi Relawan dan Influencer yang Pantas Dapat Jatah Jabatan terminal mojok.co

Rekomendasi Relawan dan Influencer yang Pantas Dapat Jatah Jabatan

6 November 2020
Apa yang Sebenarnya Ada di Balik Permintaan RS Khusus Pejabat dari Bu Rosaline Rumaseuw terminal mojok

Apa yang Sebenarnya Ada di Balik Permintaan RS Khusus Pejabat dari Bu Rosaline Rumaseuw

8 Juli 2021
5 Hal yang Bikin Saya Nggak Betah Tinggal di Desa

Romantisasi Desa Lama-lama Terdengar Begitu Menggelikan

16 April 2023
Sudah Waktunya Susi Pudjiastuti Diperhitungkan sebagai Capres

Sebagai Orang yang Nggak Paham Politik, Saya Bingung Mau Pilih Capres yang Mana

16 Januari 2023
Saya Curiga Pakde Jokowi Hidup di Universe yang Lain terminal mojok.co

Saya Curiga Pakde Jokowi Hidup di Universe yang Lain

19 Februari 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

17 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Drama Puskesmas yang Membuat Pasien Curiga dan Trauma (Unsplash)

Pengalaman Saya Melihat Langsung Pasien yang Malah Curiga dan Trauma ketika Berobat ke Puskesmas

14 Desember 2025
3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

16 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.