Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Dalam Bahasa Madura, Hijau Memang Disebut ‘Biruh’ dan Tak Perlu Diganti

Sigit Candra Lesmana oleh Sigit Candra Lesmana
9 Februari 2021
A A
Dalam Bahasa Madura Hijau Memang Disebut Biruh dan Tak Perlu Diganti terminal mojok.co

Dalam Bahasa Madura Hijau Memang Disebut Biruh dan Tak Perlu Diganti terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Bahasa Madura memang unik dan memiliki ciri khas tersendiri. Salah satunya adalah perbedaan penyebutan kata untuk mendeskripsikan warna hijau. Jika dalam bahasa Inggris warna hijau disebut green, dalam bahasa Jawa warna hijau disebut ijo, tapi dalam bahasa Madura berbeda. Penyebutan kata hijau dalam adalah “biruh”. Banyak yang mengira penyebutan biruh ini salah karena menganggap bahwa biruh itu merujuk pada warna biru.

Nah, beberapa hari yang lalu saat ada tetangga main ke rumah, seperti biasa karena kami memang berkomunikasi dalam bahasa Madura jadi kita menyebut warna hijau dengan kata biruh atau “biruh deun”. Hal ini terdengar oleh kakak ipar saya. Kakak ipar saya ini memang bukan orang Madura dan bahkan nggak ada darah Madura sama sekali dalam dirinya. Ketika mendengar kata biruh, dia protes dan mengoreksi perkataan tetangga saya agar diubah menjadi hijau.

Kelakuannya yang protes jika ada orang bilang biruh ini sudah menjadi kebiasaan sejak dulu. Dulu saat masih kecil, saya juga berpikir “Kok dalam bahasa Madura nggak ada kata hijau?” saya pun mengubah kebiasaan menyebut biruh menjadi hijau. Tapi, semakin dewasa saya sadar bahwa tidak ada yang salah, hanya orangnya saja yang tidak mengerti.

Mengenai kelakuan kakak ipar awalnya saya pikir hanya bercanda, tapi lama-lama kok ya nyebelin juga. Kenapa dia sampai memaksakan standarnya kepada orang lain, toh kami berkomunikasi dalam bahasa Madura dan sama-sama mengerti apa yang dimaksud. Jadi nggak ada masalah kita pakai kata biruh, justru yang masalah adalah dia yang gak ngerti dan tidak mencoba mengerti tapi malah memaksakan standarnya.

Menurut saya, perbedaan penyebutan kata hijau ini menjadi suatu ciri khas yang spesial. Saya justru bangga dengan perbedaan penyebutan kata hijau dalam bahasa Madura. Yang keliru sebenarnya bukan khazanah bahasa daerah tu sendiri dan kurang bijak memang jika dibandingkan dengan bahasa Indonesia.

Oke mungkin kalian mengira bahwa kata “biruh” itu sebenarnya biru dalam bahasa Indonesia, padahal tidak, memang biruh dalam bahasa Madura itu ya hijau, sama seperti green dalam bahasa Inggris. Sedangkan untuk warna biru biasanya digunakan kata “bunguh” atau “geddung”. Perbedaan penyebutan seperti ini memang wajar sekali, terlebih di Indonesia yang memang terdiri dari banyak suku dan ras. Bahkan mungkin di bahasa daerah lain juga ada penyebutan kata yang berbeda.

Namun, sayangnya kebanyakan anak muda Madura malah malu atau setidaknya enggan menggunakan bahasanya sendiri. Di Jember yang mayoritas sebenarnya orang Madura jika di lingkungan kampus atau sekolah yang ada di kota bahasa sehari-hari antarteman lebih dominan menggunakan bahasa Jawa. Meskipun obrolan itu terjadi di antara dua orang Madura. hanya di kampung-kampung orang berbicara bahasa Madura tanpa canggung. Itu sebabnya, lebih banyak orang Madura yang bisa bahasa Jawa dibanding orang Jawa yang bisa bahasa Madura.

Kita tidak perlu malu, layaknya bahasa lain, bahasa Madura juga kaya dan termasuk salah satu budaya. Justru kalau malu, penutur bahasa Madura yang baik dan benar di masa depan akan semakin berkurang dan hilang. Sekarang saja memang masih banyak penuturnya, tapi kebanyakan bahkan tidak menguasai bahasa halus. Yang dikuasai hanya bahasa kasar yang biasa digunakan sehari-hari bersama teman. Padahal ada tingkatan (ondegga basa). Terdapat tiga tingkatan dalam bahasa Madura.

Baca Juga:

Sebagai Orang Madura, Saya Sebenarnya Agak Segan Belanja di Warung Madura

3 Barang yang Nggak Pernah Terbayangkan Bakal Didapat dari Tahlilan di Madura, Mewah dan Pasti Bermanfaat

Pertama adalah enja’ iya, tingkatan ini biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari misalkan bersama teman, atau orang yang lebih tua terhadap yang lebih muda. Yang kedua, tingkatan enggi enten, tingkatan ini adalah tingkatan yang lebih halus, namun dalam situasi yang non formal. Biasanya digunakan kepada seorang yang seumuran atau lebih tua sedikit. Ketiga adalah tingkatan enggi bunten. Tingkatan ini merupakan tingkatan yang paling halus dan tinggi, digunakan dalam situasi formal dan saat berbicara dengan orang tua, guru, kyai atau siapa pun yang jauh lebih tua.

Nggak masalah menyebut kata biruh sebagai arti dari kata hijau dengan sesama orang Madura. Yang salah adalah jika kita berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, tapi kita mengatakan biru untuk mempresentasikan warna hijau. Ya sudah pasti itu salah. Yang pasti harus bisa menempatkan penggunaan bahasa dengan baik dan benar.

BACA JUGA Akui Saja, Kita Ini Iri dengan Madura dan tulisan Sigit Candra Lesmana lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 9 Februari 2021 oleh

Tags: bahasa daerahorang madura
Sigit Candra Lesmana

Sigit Candra Lesmana

Lulusan S-1 yang sedang belajar menulis.

ArtikelTerkait

Bagi Orang Madura, Surabaya Adalah Surga Dunia

Bagi Orang Madura, Surabaya Adalah Surga Dunia

10 April 2023
Menampik Stigma Masyarakat Madura yang Selalu Dibilang Keras dan Beringas terminal mojok.co

Menampik Stigma Masyarakat Madura yang Selalu Dibilang Keras dan Beringas

6 Desember 2020
Logat Khas Pati yang Malah Jarang Dipahami Orang Pati Sendiri

Logat Khas Pati yang Malah Jarang Dipahami Orang Pati Sendiri

11 Februari 2024
5 Aturan Berbicara jika Kamu Berada di Kota Medan terminal mojok

5 Aturan Berbicara jika Kamu Berada di Kota Medan

2 September 2021
3 Rahasia Orang Madura Sukses di Perantauan

3 Rahasia Orang Madura Sukses di Perantauan

26 Februari 2023
Tinggal di Bangkalan Madura Bikin Saya Sadar, Nggak Semua Orang Bakal Cocok Tinggal di Sini Mojok.co

Tinggal di Bangkalan Madura Bikin Saya Sadar, Nggak Semua Orang Bakal Cocok Hidup di Sini

14 Mei 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.