Selain skripsi, hal lain yang membebani pikiran Gen Z dan mahasiswa tingkat akhir seperti saya adalah apa yang harus dilakukan setelah lulus. Iya, saya tahu kalau harus segera bekerja, tapi kerja apa? Memang sih ada berbagai peluang, daftar CPNS atau perusahaan besar misalnya. Namun, setelah itu saya kepikiran, seberapa sulit persaingannya ya.
Mari kita hitung secara kasar, Di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) saja, jumlah lulusan angkatan 2022 sebanyak 5.000 mahasiswa. Itu baru di kampus saya, lho. Bayangkan kalau satu angkatan beli map coklat di tempat yang sama, niscaya pemiliknya bisa segera berangkat umroh. Belum lagi jika memperhitungkan jumlah lulusan sarjana di setiap universitas di Indonesia.
Kesulitan mencari pekerjaan ini seringkali memengaruhi pilihan yang diambil. Berdasar pada pengalaman beberapa kating saya, setelah lulus mereka cenderung berpedoman untuk kerja apa saja yang penting halal. Di kasus lain, beberapa dari mereka memilih untuk lanjut S2 demi nggak terlihat menganggur.
Akan tetapi bak jarum di tumpukan jerami, ada satu kayak tingkat saya yang terang-terangan mengaku ingin menjadi PNS. Tentu untuk meraih pekerjaan yang diidamkan itu ia harus daftar CPNS terlebih dahulu. Ini termasuk anomali, mengingat citra PNS kerap kali dijadikan bahan olokan oleh orang-orang dari generasi saya, Gen Z.
Saya merenungkan pilihan kating saya yang anomali itu. Kemudian saya menyadari, pilihan yang kating ambil untuk menjadi PNS adalah pertanda bahwa dirinya telah dewasa secara mental. Setidaknya ada tiga alasan mengapa saya menyatakan hal tersebut.
Daftar Isi
#1 Ada ego dan idealisme yang harus dikorbankan saat daftar CPNS
Tidak bisa dipungkiri, gengsi PNS berbeda dibanding dengan pegawai kantoran, apalagi di mata Gen Z. Saya nggak tahu persis anggapan seperti itu datang dari mana. Kalau boleh menebak, ada andil media sosial dalam membentuk anggapan itu.
Sekarang bisa dilihat, berapa banyak konten di media sosial (medsos) yang menunjukkan privilese ketika bekerja. Pegawai swasta di suatu perusahaan besar bisa pamer berbagai hal. Pernak-pernik kantoran seperti lanyard dan id card yang disertai logo perusahaan bisa membentuk pandangan tersendiri. Pegawai swasta juga kerap pamer outing di tempat keren hingga terbukanya kesempatan bekerja dari mana saja.
Berbeda ketika menjadi PNS. Privilese yang selama ini saya dengar dan selalu digaungkan hanyalah uang pensiun. Memang jaminan hari tua itu menarik, tapi masa dari jaman bapak saya masih muda sampai sekarang yang digembor-gemborkan cuma uang pensiun, sih? Pantesan banyak teman saya nggak minat menjadi PNS, nggak ada yang bisa dipamerkan.
#2 Berserah diri di lingkungan yang didominasi Gen X dan Baby Boomer
Merujuk pada salah satu tulisan Mojok, penulis memberikan nasihat bahwa Gen Z sebaiknya memberikan simbol-simbol kepatuhan pada pimpinan saat menjadi PNS. Ini menjadi tantangan yang berat bagi Gen Z. Generasi yang lahir di sekitar 1997 hingga 2012 lekat dengan kebiasaan speak up. Tentu saran itu bertentangan dengan sikap alamiah Gen Z.
Saya pun mencermati fakta di lapangan. Hidup sebagai PNS seolah-olah ada fakta lapangan yang tidak tertulis yang bertentangan dengan pandangan Gen Z. Pertama. Pertama, atasan tidak pernah salah. Kedua, kalau atasan salah, kembali ke peraturan pertama. Sudah jelas kalau pekerjaan ini hanya bisa diisi oleh orang-orang dengan keikhlasan dan hati yang lapang.
#3 PNS menganut hidup cuma sekali, nggak perlu buru-buru dan harus dinikmati
Di tengah budaya gila kerja yang sedang marak terjadi, kamu akan dengan mudah menemukan sambatan di sosial media. Sambatan itu tidak jauh-jauh dari keinginan orang-orang untuk lebih bisa menikmati hidup. Namun, sering kali yang terjadi, faktor ekonomi membuat mereka harus berpikir dua kali untuk menerapkannya.
Masalah tersebut nggak akan ditemui ketika kalian menjadi PNS. Sebab, kamu bisa menjalani hidup dengan beban kerja yang lebih santai dari pegawai kantoran. Selain itu, kalian juga tetap mendapat gaji bulanan lengkap dengan tunjangan. Namun ada harga yang dibayar untuk itu, kemampuan kalian tidak akan cepat melesat.
Menimbang ketiga alasan tersebut, saya jadi semakin hormat dengan Gen Z yang ingin daftar CPNS dan kelak jadi PNS sungguhan. Sebab, memantapkan diri untuk memilih jalan ini bukan perkara gampang. Perlu pemahaman diri dan proses berpikir yang panjang. Orang biasa seperti saya dijamin nggak akan mampu.
Penulis: Dito Yudhistira Iksandy
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Siapa Bilang PNS Itu Zona Nyaman? Zona Nyaman Matamu!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.