Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

M. Afiqul Adib oleh M. Afiqul Adib
2 Desember 2025
A A
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Share on FacebookShare on Twitter

Menikah dengan orang beda kota kadang bikin lupa bahwa beda kota itu bisa berarti beda segalanya. Saya orang Lamongan, lahir dan besar di wilayah pantura yang makanan default-nya adalah ikan. Sementara pasangan saya adalah orang Mojokerto yang kebetulan tidak suka ikan laut. Sebenarnya bukan cuma ikan laut saja, dia juga nggak segala bagian dari ikan laut. Entah telur ikan, bau, atau segala olahan ikan laut lainnya.

Tentu soal makanan adalah selera. Masalahnya, di tempat saya ini ikan laut melimpah. Pun bapak saya akan merasa ada yang kurang jika tiga hari saja tidak makan ikan laut. Dan karena dia akhirnya tinggal bersama saya di Lamongan, sering kali saya menyaksikan ia menahan hidung ketika membersihkan ikan laut untuk dimakan saya dan bapak.

Awalnya, saya kira ini cuma fase. Sebab, saya dulu juga sempat demikian. Dulu saya tidak mau makan ikan laut. Tapi lambat laun, apa saja dilahap. Asal memang masih masuk akal. Namun, ternyata istri saya tidak demikian.

Tapi tidak hanya istri saya yang merasakan gegar budaya dan kuliner. Saya pun begitu.

Rujak pakai nasi, siapa pelaku intelektual di balik ide ini?

Di Lamongan, rujak ya rujak. Sebuah makanan sebagaimana umumnya, yang terdiri dari buah dan bumbu pedas. Namun, di Mojokerto ada varian rujak yang menyalahi kodrat, yakni rujak sayur.

Buat yang belum tahu, ini sebenarnya satu genre dengan rujak cingur. Yakni rujak bumbu petis. Hanya saja tanpa cingur. Iya, hanya sayurnya saja. Maka isiannya hanya menyisakan tahu, timun, dan kangkong, yang kemudian disiram bumbu yang gurih pedas, itulah rujak sayur Mojokerto. Rasanya jelas enak, cuma masalahnya adalah, kebiasaan istri saya yang makan rujak ini dengan nasi.

Iya, nasi. Kok bisa gitu lho. Kalau pakai lontong masih oke. Tapi ini nasi. Awalnya, saya kira cuma prank. Ternyata memang default-nya seperti ini. Dan sampai hari ini saya, orang Lamongan asli masih berusaha menerima kenyataan ini.

Menyok vs kaspe

Kami punya akar budaya yang sama, tapi penyebutannya beda. Bahasa dapur kami pun saling melengkapi sekaligus memecah-belah. Saya menyebut singkong itu “menyok”. Sedangkan pasangan saya menyebutnya “kaspe”.

Baca Juga:

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

Dua diksi ini cukup asing di telinga kami masing-masing. Kami sama-sama menganggap aneh diksi masing-masing. Alhasil, saling roasting pun sering kami lakukan karena hal sepele, yakni perbedaan penyebutan dan betapa anehnya terdengar di telinga.

Ngoko vs Krama, sebuah perbedaan bahasa keseharian Lamongan dan Mojokerto

Selain soal makanan, satu hal yang sering membuat saya kagok adalah bahasa. Di Lamongan (setidaknya di desa saya), penggunaan bahasa ngoko itu lumrah ke orang tua. Bukan karena tidak sopan, tapi memang begitulah kami berbahasa. Agak egaliter.

Misalnya, ketika saya bertanya ke bapak, “Pak, udah makan?” saya menggunakan bahasa ngoko, yakni, “Pak, wis mangan?” bukan bahasa Kromo: “Pak, sampun dhahar nopo mboten?”

Nah, hal ini berbeda dengan istri saya. ia pernah cerita tentang kekagetannya mendengar obrolan saya dengan bapak yang hanya memakai bahasa Ngoko. Sebab, ia di rumah sangat “disiplin” memakai bahasa Krama. Entah dengan orang yang lebih tua, maupun dengan orang asing. Sedangkan di Lamongan, bahasa krama cuma muncul di ketika ngobrol dengan sesepuh, kyai, atau guru. Itu pun bahasa Krama seadanya, bukan full pakai bahasa krama

Yah pada akhirnya beda budaya itu bukan bencana. Justru dari sana menyimpan banyak cerita.  dan bikin hidup jadi lebih ramai. Pun saya juga menyadari bahwa perbedaan antara laut dan gunung pun tetap bisa menikah dan rukun saja asal menyadari bahwa perbedaan memang sebuah keniscayaan. Meski demikian, tiga hal tersebut membuat saya mengalami culture shock pada awal-awal hidup berumahtangga.

Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Lamongan Adalah Daerah dengan Pusat Kota Terburuk yang Pernah Saya Tahu

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 2 Desember 2025 oleh

Tags: bahasa kramaikan lautlamonganMojokertorujak sayur
M. Afiqul Adib

M. Afiqul Adib

Penulis yang tinggal di Lamongan.

ArtikelTerkait

Makam Sunan Drajat Lamongan, Wisata Religi yang Tergerus Sakralitasnya Gara-gara Banyak Pungutan dan Pengemis Nakal

Makam Sunan Drajat Lamongan, Wisata Religi yang Tergerus Sakralitasnya Gara-gara Banyak Pungutan dan Pengemis Nakal

29 September 2024
4 Pertanyaan yang Bikin Orang Lamongan Ngelus Dada Mojok.co

4 Pertanyaan yang Bikin Orang Lamongan Ngelus Dada

4 November 2024
Jadi Makanan Khas, Soto Justru Menempati Kasta Terendah dalam Sajian Hajatan di Lamongan terminal mojok (1)

Jadi Makanan Khas, Soto Justru Menempati Kasta Terendah dalam Sajian Hajatan di Lamongan

16 September 2021
Jalan Pucuk-Blimbing Lamongan, "Raja Terakhir" Jalur Berbahaya di Lamongan

Jalan Pucuk-Blimbing Lamongan, “Raja Terakhir” Jalur Berbahaya di Lamongan

18 Februari 2024
Sego Boran, Kuliner Legendaris yang Cuma Ada di Lamongan

Sego Boran, Kuliner Legendaris yang Cuma Ada di Lamongan

25 Mei 2022
Saya Orang Lamongan, dan Saya Tetap Makan Lele

Saya Orang Lamongan, dan Saya Tetap Makan Lele

4 Desember 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.