“Kalau cukai rokok mahal, saya mending ngelinting aja deh. Walaupun dibully sama vapers“
Wacana kenaikan harga rokok itu nyata, my lov. Semenjak Sri Mulyani bilang “target penerimaan mencapai Rp 173 Triliun …” 16 September kemarin. Nyatanya sudah dibicarakan dengan anggota dewan yang terhormat. Ya, mau nggak mau kita terima ini demi langgengnya Negara Kesatuan kita tercinta ini. kadung merasa
Lantas para YouTuber pun membikin celah ini dengan konten-konten yang menurut mereka menjual kreatif macam pengalaman kencur Erdilost yang tidak apa-apa karena ngevape udah hampi 5 tahun dan munculnya konten-konten vapers lainnya.
Sebenarnya gue sih optimis saja melihat kondisi negara yang banyak hutang gini, butuh saluran tangan perokok macam kita-kita ya nggak. Apalagi jasa perokok sebenarnya tidak bisa disangsikan dalam membangun perkonomian negara. Bahasnya apa sih, kok sampai negara?
Begini-begini perokok itu sebenarnya ya nggak heroik-heroik amat dan terkesan glorifikasi yang nyata. Fyi aja nih, sumbangan cukai tembakau itu sebarnya terus melonjak loh nih buktinya. Walaupun dalam Negara kapitalis Kesatuan Republik Indonesia perlu digaris bawahi ya, masih mengharap penerimaan vape tembus Rp 2 Triliun.
Namanya juga usaha kan ya, apa-apa ya harus yang membikin penerimaan pajak negara naik. Dua-duanya sama-sama menguntungkan ya sahkan dua-duanya! Gelindingkan saja isunya~
Baik-baik kita harus temukan kesepakatan atas titik persoalan ini, my lov. Sebenarnya saya itu sangat kesal dengan wacana-wacana yang terus menerus diulang-ulang. Wacana rokok yang menyebabkan terbunuh itu sudah ada sejak zaman Mbah Gotho bahkan bisa sebelumnya, my lov. Lantas perdebatan panjang lebar soal merokok itu apakah benar dapat sebabkan kematian apa tidak, itu aja masih ngambang. Hadeh, terus disusul dengan wacana vape vs rokok yang sangat subhat itu.
Sebagai kalangan yang pro rokok, aku sih sungkem aja sama Kepala Suku dengan perbincangan perokok dan antirokok. Seharusnya masyarakat lebih berpikiran dalam hal ini. Coba kalau kalian tahu, minimal kalian pasti terhibur melihat vapers sama perokok yang lagi ramai.
Lah gimana, masak sih bikin kontenlebih aman mana vape apa rokok? Pertama yang harus kita tertawakan adalah pertanyaan itu sendiri. Logika dari mana merokok—konvensional ataupun elektrik—itu punya sifat mengamankan? Namanya perokok sadar pasti tahu dengan segala ketidakpastian akan bahaya dan manfaat rokok sebagai penyumbang devisa negara segala tetek bengek ocehan antirokok. Ya, karena pada intinya sih emang rokok itu enggak jelas alias subhat.
Kalau kesadaran kesehatannya terbangun, ya pasti berhenti merokok itu ya solusi. Tapi kalau udah berhenti merokok lantas jadi antirokok yang ekstrimis nih. Duh, kan jadi sebal.
Kedua, kepada para vapers yang budiman, saya hanya ingin ingatkan. Belum ditemukan fakta seorang vapers yang hidupnya lebih dari 100 tahun macam Mbah Gotho, Richard Overton, dan Jeans Louise Clainment. Maka kepada para vapers berlomba-lombalah membuktikan panjang usia seorang kalian. Meskipun baru tahun 2003 kemarin toh vapers mulai dipasarkan?
Semoga di tahun 2100 lebih lah minimal akan ada pemberitaan tentang usia manusia vapers tertua di dunia. Tapi andaikata di tutup usia mereka ternyata kalah sama Mbah Gotho dengan usia 146 tahun, yakin kalian akan mensedekahkan keburukan berjuang melegalkan vape terhadap bangsa ini? Hayo kalau udah gini saya nglinting aja deh. Meskipun saya akan dibully sama sosok vapers. Mungkin ilmunya dapat dari vapers idealis macam Endrilost, Aryo Andrianto, atau Om Deddy—ngapain ikut-ikutan sih.
Tapi nggak perlu bimbang dalam sudut pandang yang lain sih, sebenarnya vape atau rokok itu sih sama-sama berguna kok di tengah menumpuknya hutang negara ini. Apalagi vape dan rokok itu ya sama. Sama-sama memiliki kompetisi, tempat dan kobsumen di Indonesia maksudnya.
Ya udah, bareng-bareng aja kita sumbang negara kita ini dengan masing-masing pilihan kalian. Vapers ya minimal buktikan dulu target Rp 2 Triliun dari pemerintah untuk sumbangsih kepada negara, iya nggak?
Kalau tanya apa kita bisa menuhi terget Rp 173 Triliun, yaaa penting rame-rame. Minimal kita cintai Indonesia ini dengan terus merokok. Setidaknya kita berusaha berkontribusi terhadap pemasukan negara yhaaa~ (*)
BACA JUGA Hubungan Antara Rokok dan Ketebalan Dompet atau tulisan Theo lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.