Halo, perkenalkan nama saya Corkcicle. Secara fungsi saya adalah botol minum, atau bahasa gaulnya, tumbler. Tapi, kalian nggak boleh memanggil saya dengan sebutan botol minum atau tumbler, sebab keduanya tampak murah dan kurang kekinian. Just call me “Corkcicle”. Konteksnya sama seperti ketika kalian menyebut MacBook, bukannya laptop, atau iPhone, alih-alih handphone.
Oh iya, saya juga sangat populer di Tiktok, lho. Silahkan mengetik kata kunci “Corkcicle” dan lihat betapa banyak perempuan di negeri ini yang memuja saya.
Di saat Bumi makin menua dan kerusakan lingkungan di mana-mana, manusia harus beradaptasi dengan gaya hidup baru. Mengurangi produk sekali pakai, untuk kemudian beralih ke produk yang eco-friendly. Saya menjawab hal tersebut dengan menawarkan diri sebagai botol minum ramah lingkungan yang terbuat dari bahan-bahan yang mudah diurai.
Kehadiran saya tentu saja sangat dibutuhkan untuk mengurangi kemasan botol plastik yang sulit terurai. Manusia nggak perlu repot beli air mineral kemasan sekali pakai, cukup isi saya dengan air galon yang ada di rumah. Saat nongkrong di coffee shop, para manusia nggak perlu lagi menggunakan gelas plastik karena kopinya bisa langsung dituangkan ke dalam wadah Corkcicle.
Saat ini, saya sudah menjadi bagian dari starter pack “wajib” wanita karier perkotaan, aktivis lingkungan hidup yang kantongnya tebal, dan mbak-mbak SCBD yang lehernya berkalung lanyard Coach. Saking populernya, ada banyak online shop yang menjual tas, lebih tepatnya tali yang fungsinya untuk mempermudah manusia membawa saya, biar saya nggak jatuh di jalan.
Jangan bertanya kenapa saya tidak disimpan di tas ransel atau tas kerja. Lho, saya memang dibeli bukan untuk wadah minum, melainkan untuk menunjukkan strata sosial. Makanya, logo Corkcicle harus terlihat dan terpampang nyata agar mudah dikenali banyak orang. Itulah kenapa tas-tas yang khusus untuk membawa saya tidak terbut dari canvas atau kulit, melainkan nampak seperti tali.
Logika yang sama berlaku pada casing iPhone yang tengahnya selalu berlubang mirip sundel bolong. Biar apa? Ya biar logo Apple-nya kelihatan, lah. Sama juga, tas tali dibuat agar tulisan Corkcicle tetap terbaca dan menyenangkan hati manusia penghamba pujian. Padahal, belum tentu juga orang lain peduli, ya kan?
Nggak jauh berbeda dengan merek mahal lainnya, saya tidak dijual di pasar, apalagi toko kelontong. Saya hanya dijual di mal mewah seperti Plaza Senayan, Grand Indonesia, e-commerce kekinian, dan Starbucks. Iya, saya berkolaborasi dengan Starbucks dan menyingkirkan popularitas tumbler Starbucks merek Mirr dan Thermos. Di Starbucks, saya menjadi tumbler yang menduduki kasta tertinggi dan dijuluki sebagai Lord of tumbler Starbucks.
Jika kalian tertarik memiliki saya, sedikitnya kalian perlu mengeluarkan uang Rp500 ribu sampai Rp900 ribu. Ada sih yang Rp300 ribuan tapi itu produk KW. Kalau ada yang bilang harga botol minum Rp900 ribu kemahalan, sepertinya Anda orang miskin dan masih tergantung dengan BLT. Sorry ygy, orang miskin bukan segmen pasar saya, kecuali orang miskin yang FOMO, rela membeli saya dengan Paylater atau cicilan kartu kredit selama lima bulan.
Saya memang tidak diciptakan untuk rakyat jelata yang masih nyeduh kopi kemasan dengan gelas plastik, diaduk pakai bungkusnya. Hal seperti itu terlihat miskin dan non-higienis. Tolong diingat ya, saya dilahirkan untuk orang yang mencintai lingkungan dan suka menghamburkan uang. Kalau kalian masih maksa membeli saya dengan kreditan, dijamin bakalan menyesal. Sebab, lapisan luar kulit saya mudah mengelupas kalau terkena goresan.
Jika saya dibawa dengan cara serampangan, misalnya dicantolin ke Honda Beat atau ditaruh di bawah jok motor, saya berani jamin belum sampai lima bulan, kulit luar saya sudah mengelupas dan saya berubah menjadi tumbler buruk rupa. Padahal, mayoritas orang memuji saya bukan karena ketahanan menyimpan air dingin dan panas, lho, melainkan karena bodi saya yang sexy dan aesthetic. Banyak mbak-mbak kepincut membeli saya karena saya memang lucu dan nggak malu-maluin ketika dibawa kondangan untuk pamer.
Info dari orang tua saya di pabrik, saya ini sebenarnya bisa menjaga minuman tetap dingin selama 25 jam dan menjaga minuman tetap panas selama 13 jam, Gaes. Meskipun ya, pernah ada yang membandingkan kemampuan menyimpan air dingin antara saya (seri Corkcicle classic 16oz) yang berharga Rp499 ribu dengan merek LocknLock (seri table mug 16oz ) yang harganya Rp200 ribuan dan saya kalah telak. Kemampuan saya menyimpan air dingin ternyata tak sebagus tumbler yang harganya lebih murah.
Tapi, karena saya sudah memiliki fanboy garis keras. Mereka membela saya mati-matian. Begini katanya, “Pantas saja kalah, Corkcicle yang dipakai tutupnya plastik, harusnya beli yang tutupnya stainless, pasti Corkcicle lebih unggul”. Fyi, Corkcicle yang tutup stainles atau biasa disebut Corkcicle canteen harganya lebih mahal yaitu Rp900 ribuan. Ya kalau barang Rp900 ribuan dibandingkan dengan Rp200 ribuan masih kalah kan yo kebelacut, sih.
Corkcicle canteen dengan bentuk badan yang menyempit di atas sebenarnya juga membuat manusia kewalahan mencuci bagian dalam tubuh saya. Butuh sikat khusus agar benar-benar bersih sempurna. Tapi, justru keribetan itulah yang membuat saya makin dicintai. Mereka bilang saya exclusive dan berbeda dari tumbler-tumbler lain. Duh, pujian tersebut kadang membuat saya jumawa dan merasa bisa bersaing dengan iPhone yang lebih dulu diperlakukan begitu oleh konsumennya.
Beginilah enaknya hidup di era kapitalisme. Semuanya dinilai dengan uang. Persetan dengan fungsi utamanya, ha wong yang paling penting itu saya bisa meningkatkan kelas sosial penggunanya dan meningkatkan kepercayaan diri. Ketika saya ditenteng dan dibawa ke coffee shop, manusia merasa telah menjadi orang kaya dan si paling cinta lingkungan.
Jadi gimana? Apakah kalian makin tertarik memboyong saya pulang? Atau, masih nyaman dengan botol plastik Lion Star? Silakan tulis jawaban di kolom komentar.
Penulis: Tiara Uci
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Lion Star, Tupperware, Lock & Lock, dan Miniso: Mana Botol Minum yang Worth It?