Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Conrad, Batubara, dan Sexy Killers

Made Supriatma oleh Made Supriatma
17 Desember 2019
A A
Conrad, Batubara, dan Sexy Killers
Share on FacebookShare on Twitter

Tidak banyak orang Indonesia tahu siapa Joseph Conrad. Itu bisa dimengerti. Conrad adalah seorang novelis yang menulis dalam bahasa Inggris. Dia seorang kosmopolitan, petualang, yang berkeliling dunia pada akhir abad 19 dan awal abad 20.

Saya hanya mendengar tentang Conrad. Terus terang, saya belum membacanya. Novel “The Hearth of Darkness” yang terkenal itu pernah mampir di meja saya. Dia berakhir di rak buku. Hanya sebagai ornamen.

Kini saya menyesal tidak membacai Conrad secara serius. Paling tidak seharusnya saya menggandrungi dia seperti saya menggandrungi Steinbeck, Idrus, M. Kasim, Tolstoy, Orwell, atau Vincent Mahieu alias Tjalie Robinson. Semua novelis ini saya kenal ketika remaja dan dari terjemahan saja. Apalah cara terbaik untuk menghentikan keaktifan seorang remaja yang fantasi seksualnya menggelegak selain sastra?

Hari ini, seorang kawan meneruskan esai kawan baik saya, Douglas Kammen, yang dimuat di koran Los Angeles Review of Books. Persis. Esai ini adalah tentang Conrad! Terus terang, saya membacanya sepintas ketika masih berbentuk manuskrip. Pengarangnya menanyakan pendapat saya. Tentu saya mengangguk-angguk saja mendengarkan dia menjelaskan segala sesuatu tentang Conrad. Saya berusaha percaya diri seolah saya paham sedalam-dalamnya tentang Conrad. Padahal tidak seujung kuku pun.

Pusat perhatian dari tulisan ini adalah tentang Conrad dan tentang sesuatu yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kesusastraan, yaitu batubara. Doug Kammen ternyata menemukan betapa dekatnya Conrad dengan batubara.

Tiga novel pertama yang ditulis Conrad adalah tentang Kalimantan. Salah satu novel tersebut, dan yang paling populer, adalah ‘Lord Jim’ (1900). Novel ini menceritakan seorang pemuda Inggris yang terlibat dalam skandal tenggelamnya kapal yang membawa 800 jemaah yang akan berhaji.

Si pemuda berusaha melarikan diri dari hal memalukan itu. Dia bekerja sebagai penjual kebutuhan kapal di beberapa pelabuhan Asia Tenggara. Namun skandal memalukan itu tetap mengejarnya. Untuk itulah dia selalu berpindah ke daerah timur. Hingga suatu saat dia sampai di pesisir timur Borneo, ke kota kecil yang bernama Patusan, yang topografinya sangat mirip dengan Tanjung Rejeb di Kab. Berau sekarang ini. Di sanalah petualangan pemuda Inggris ini dimulai. Itu dilakukannya entah untuk menebus dosa atau mencari peruntungan, atau keduanya.

Dari esai ini kita tahu bahwa ternyata Borneo (orang Indonesia menyebutnya Kalimantan) tidak terlalu asing untuk petualang seperti Conrad. Seperti tokoh protagonis dalam novel Lord Jim di atas. Peruntungan apakah yang dia cari di Borneo? Dan itu tidak lain dan tidak bukan adalah batubara.

Baca Juga:

3 Kebiasaan Warga Pangkalan Bun Kalimantan yang Bikin Orang Kendal Culture Shock

3 Alasan Mengapa Kepulauan Derawan Tidak Dilirik Wisatawan, padahal Keindahannya Tiada Lawan

Douglas Kammen kemudian menjelaskan betapa batubara telah mengubah konstelasi ekonomi. Batubara membuat kapal uap dan kereta api. Batubara tidak saja mengubah moda orang berpindah dari satu tempat ke tempat lain, namun juga membuat pembiakan modal menjadi lebih cepat.

Sesekali muncul dalam tulisan Conrad tentang bagaimana batubara juga menghilangkan keterampilan tradisional para pelaut. Keahlian membaca arah angin dan melakukan navigasi berubah secara drastis. Angin tidak lagi mengendalikan kapal. Tapi batubaralah yang melajukan kapal.

Dalam esei ini, Kammen tidak hanya berbicara soal Conrad dan novel-novelnya. Namun lebih dari itu. Dia menunjukkan bagaimana batubara sudah menjadi komoditi yang mengubah cara kita untuk melakukan sesuatu.

Dalam bentuknya yang paling primitif, eksploitasi batubara memerlukan bubuk mesiu. Dan bubuk mesiu ini berguna untuk menangkap budak. Dan budak dipakai untuk bekerja di tambang batubara.

Dari perbudakan itu lahir ekonomi — perpindahan manusia, barang, dan jasa. Ini seolah menjadi metafor untuk kenyataan bahwa Borneo yang hijau itu menyimpan ‘intan hitam’ (black diamond) yang walaupun tidak bisa dimasukkan ke dalam kantong namun punya nilai yang sama atau bahkan lebih berkilau dari intan.

Pada bagian akhir dari esei ini, Kammen mencoba menemukan masa kini dari Conrad. Tidak terlalu sulit. Itu dia temukan dalam film “Sexy Killers.” Yang yang disebutnya “oddly beautiful” ini memberikan gambaran kekuasaan batubara untuk Indonesia masa kini.

Hutan dan segala yang hijau di atas permukaan bumi Borneo sudah hilang sejak jaman Soeharto. Namun Soeharto hanya memberikan sedikit saja konsesi pertambangan batubara. Eksploitasi besar-besaran justru dimulai setelah kejatuhan sang diktator. Era otonomi daerah membuat para penguasa lokal memberikan ijin untuk mengeruk kekayaan di bawah permukaan bumi Borneo.

Kekuatan batubara adalah juga kekuatan politik. Itu terlihat jelas dalam film Sexy Killers, yang hingga saat ini telah dilihat lebih dari 28 juta kali di Youtube. Batubara telah mengubah Indonesia. Sama seperti batubara mengubah dunia pada jaman Conrad.

Batubara menciptakan para oligarkh. Menyediakan 35 juta KWH untuk Indonesia. Untuk Indonesia, tentu saja. Namun sebagian besar untuk menggerakkan ekonomi yang juga memperkuat otot-otot politik dan ekonomi para oligarkh di negeri ini. Hanya hanya menikmatinya sebagai ‘spill-over effect’ atau cipratan kejayaan ekonomi dan politik ini.

Pesan dari esai ini sangat kuat. Dunia kita tidak berubah. Dulu atau kini. Conrad dan para pembuat film Sexy Killers ternyata bercerita tentang dunia yang sama. Dunia batubara.

Oh iya esai selengkapnya bisa dibaca di sini:

BACA JUGA Kerusuhan di Papua: Mau Nyalahin Siapa? atau tulisan Made Supriatna lainnya. Follow Facebook Made Supriatna.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 17 Desember 2019 oleh

Tags: batubaraJoseph Conradkalimantansexy killers
Made Supriatma

Made Supriatma

ArtikelTerkait

Culture Shock Orang Bandung Saat Berkunjung ke Kalimantan: Harus Banget nih Naik Speed Boat di Sungai Barito?

Culture Shock Orang Bandung Saat Berkunjung ke Kalimantan: Harus Banget nih Naik Speed Boat di Sungai Barito?

28 Februari 2024
Keluh Kesah Guru Honorer di Pelosok Perbatasan Kalimantan

Keluh Kesah Guru Honorer di Pelosok Perbatasan Kalimantan

28 Mei 2023
FTV Indonesia Bakal Lebih Seru kalau Berani Syuting di Kalimantan

FTV Indonesia Bakal Lebih Seru kalau Berani Syuting di Kalimantan

30 Juni 2022
Jangan Menua di Balikpapan, Daerahnya Nggak Cocok Jadi Tempat Pensiun Mojok.co

Jangan Menua di Balikpapan, Daerahnya Nggak Cocok Jadi Tempat Pensiun

2 Agustus 2024
Sudah Saatnya Kalimantan Mempunyai Kereta Api, agar Potensinya Tak Terbuang Sia-sia

Sudah Saatnya Kalimantan Mempunyai Kereta Api, agar Potensinya Tak Terbuang Sia-sia

10 Agustus 2024
Siasat Nonton Bioskop 5 Alasan Jam Terakhir Adalah Golden Hour (Unsplash.com) kalimantan

Jalan Panjang Menuju Film Legal: Perjuangan Orang Pelosok Kalimantan untuk Sekadar Nonton Film

28 Juli 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.