Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Cocoklogi Libur Panjang dan Pandemi Terdengar Logis, tapi Ndlogok!

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
4 Maret 2021
A A
Cocoklogi Libur Panjang dan Pandemi Terdengar Logis, tapi Ndlogok! Terminal Mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Pemerintah pasti sedang rajin minum paracetamol. Pusing memikirkan penanganan pandemi pasti menyakiti kepala mereka. Apalagi Indonesia sudah jadi jawara kasus positif Covid-19. Dan bisa dimaklumi jika pikiran yang pusing menghasilkan buah pikir yang menggemaskan. Salah satunya adalah pemangkasan libur panjang Idul Fitri dan Nataru pada tahun 2021. Dengan asumsi mutakhir ala penanganan +62, memangkas libur panjang bisa menekan angka penyebaran Covid-19.

Sudah dipahami? Sekarang, ambil napas panjang. Lalu embuskan perlahan. Saya paham, Anda merasakan apa yang saya rasakan.

Setahun lebih Indonesia menghadapi pandemi. Setahun lebih Indonesia belajar untuk memahami pandemi yang disebut Mbah Mahfud MD seperti “istri”. Dan selama setahun, solusinya selalu nggatheli sampai tingkat makrifat.

Memang, menahan libur panjang terdengar logis. Dengan mencegah masyarakat libur, maka tidak ada laju perpindahan masyarakat. Dan tanpa laju perpindahan, maka penularan Covid-19 bisa diminimalisir. Mulia tho? Namanya rencana di atas kertas selalu terlihat mulia.

Realitanya? Mungkin pemerintah lupa dengan libur Nataru tahun lalu. Liburan panjang telah ditekan. Imbauan penuh makna dan singkatan diserukan. Hasilnya? Meriah sekali perayaan tahun baru. Penularan pun terjadi seperti biasanya, jika tidak lebih pesat. Tidak terasa ada upaya nyata dalam mencegah penularan Covid-19.

Bukan bermaksud merendahkan usaha pemerintah. Tidak pula meremehkan usaha para tenaga kesehatan serta berbagai pihak terkait. Tapi, kok tetap saja pemerintah terjebak konsep-konsep penanganan yang nggatheli. Sudah nggatheli, kok diulang-ulang terus sepanjang pandemi.

Perkara mengorbankan libur ini juga kurang ajar yang berulang-ulang. Seolah-olah golongan pekerja akan menjadi orang pandir penyebar virus jika diberi jatah libur. Tolonglah, urusan libur itu hak pekerja! Menolak libur panjang sama saja memaksa pekerja untuk bekerja melebihi kewajiban. Lha, wong sudah diatur oleh undang-undang juga kok perkara libur ini.

Libur itu istirahat ya, Pak dan Bu. Setiap pekerja berhak mendapat kesempatan istirahat dari dunia dan tekanan kerja. Memang, momen istirahat ini sering dipakai untuk berlibur atau pulang kampung. Tapi kalau memaksakan libur diperpendek demi mencegah penyebaran virus, itu bukan jawaban tepat. Ibarat di soal esai, hanya dapat nilai “upah nulis”.

Baca Juga:

Ngapain sih (Masih) Nekat Berlibur di Puncak Saat Libur Panjang? Udah Jelas-jelas Bakal Macet Nggak Ngotak, Masih Aja ke Sana

Pengalaman Saya Menjalani KKN Gaib, Sendirian Ngerjain Proker, Tau-tau Selesai

Logikanya bisa dianggap seperti ini: seorang bayi tidak bisa makan ayam geprek. Lalu, semua orang dilarang makan ayam geprek. Alasannya sih bisa dilogis-logiskan: agar tidak ada bayi yang makan ayam geprek. Memang logis, tapi ra mashok blas!

Memaksakan memangkas libur panjang demi mimpi bebas pandemi malah menambah yang masalah. Memang, bisa mencegah penyebaran Covid-19, tapi berakhir dengan tifus gara-gara kecapekan.

Keputusan ini malah mengesankan pemerintah angkat tangan. Padahal banyak opsi yang bisa diambil daripada sekadar memangkas hari libur. Tapi memang butuh effort dari pemerintah. Apa karena butuh effort ya jadi opsi-opsi lain tidak pernah diambil?

Jika ingin mengatasi perpindahan manusia ketika libur panjang, ya perketat saja arus mobilisasi antardaerah. Tutup area destinasi wisata agar tidak menimbulkan kerumunan. Tentu dengan memperhatikan kehidupan para pelaku wisata seperti kusir andong atau warung di area wisata. Biarkan para pekerja tetap mendapat libur yang jadi haknya. Karena liburan tidak melulu perkara pulang kampung.

Jika belajar dari tahun lalu, paling nanti aturan dikendorkan. Bahkan tempat wisata tidak benar-benar ditutup. Yang ada malah perayaan Nataru seperti merpati di balik tirai. Malu-malu, tapi tetep saja liburan. Kan sama saja omong kosong. Mending buka saja dengan semangat looosss dooolll seperti destinasi wisata yang istimewa itu!

Dampak dari peraturan yang embuh dan mencla-mencle akan berakhir menyedihkan. Buktinya? Ya lihat saja angka satu juta lebih yang di-highlight merah oleh satgas penanggulangan Covid-19. Lha, kok mau seperti itu lagi. Opo tumon?

Ayolah, pemerintah bisa lho lebih baik dari ini. Pemerintah bisa kok mengeluarkan solusi yang lebih masuk akal selain mengambil hak untuk libur. Kan libur panjang bukanlah satu-satunya alasan yang dapat menimbulkan kerumunan manusia saat pandemi. Kafe yang tetap buka bisa jadi menimbulkan kerumunan. Promo tempat wisata bisa jadi menimbulkan kerumunan. Presiden jalan-jalan bisa jadi menimbulkan kerumunan.

BACA JUGA Hari Libur Adalah Hari yang Paling Dibenci oleh Investor dan tulisan Prabu Yudianto lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 4 Maret 2021 oleh

Tags: libur panjangpandemi
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Sweet Tooth: Refleksi Menakutkan dalam Upaya Manusia Hadapi Pandemi terminal mojok.co

Sweet Tooth: Refleksi Menakutkan dalam Upaya Manusia Hadapi Pandemi

3 Agustus 2021
Harvest Moon Adalah Panduan Sempurna Menyongsong New Normal Ngobrol sama Sakura Haruno, Dokter Konoha yang Sukses Memerangi Pandemi Corona

Harvest Moon Adalah Panduan Sempurna untuk Menyongsong New Normal

3 Juni 2020
india nggak jorok mojok

Bersyukur Tidak Lahir di India, padahal Indonesia Sama Saja: Artikel Balasan

10 Mei 2021
Skill yang Harus Dimiliki Orang Indonesia Sebelum Usia 25 terminal mojok.co

Sebagai Warga Desa, Saya Justru Repot Ngadepin Mahasiswa yang KKN Online

30 Juli 2021
kapan wisuda lulus mahasiswa tingkat akhir wisuda mojok

2 Macam Mahasiswa Tingkat Akhir dalam Menghadapi Kebijakan Wisuda

17 Juli 2020

21 Benda di Twit Meja Kerja Jokowi Ini Harus Dibawa Saat Pandemi

12 Oktober 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Drama Puskesmas yang Membuat Pasien Curiga dan Trauma (Unsplash)

Pengalaman Saya Melihat Langsung Pasien yang Malah Curiga dan Trauma ketika Berobat ke Puskesmas

14 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Saya Hidup Cukup Lama hingga Bisa Melihat Wonosobo yang Daerah Pegunungan Itu Kebanjiran Mojok.co

Saya Hidup Cukup Lama hingga Bisa Melihat Wonosobo yang Daerah Pegunungan Itu Kebanjiran

12 Desember 2025
4 Rekomendasi Film Natal di Netflix yang Cocok Ditonton Bersama Keluarga Mojok

4 Rekomendasi Film Natal di Netflix yang Cocok Ditonton Bersama Keluarga

11 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna
  • Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus
  • Raibnya Miliaran Dana Kalurahan di Bantul, Ada Penyelewengan
  • Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi
  • UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan
  • Cerita Robet: Teknisi Yamaha Indonesia Ukir Prestasi di Ajang Dunia usai Adu Skill vs Teknisi Berbagai Negara

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.