Clorot, Makanan Khas Purworejo yang Mulai Langka Tergeser Makanan Modern

Clorot, Makanan Khas Purworejo yang Mulai Langka Tergeser Makanan Modern

Clorot, Makanan Khas Purworejo yang Mulai Langka Tergeser Makanan Modern (Wiendietry Rusli via Wikimedia Commons)

Purworejo merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki beragam makanan khas. Salah satu makanan khas dari Purworejo adalah clorot. Di Purworejo, clorot merupakan jajanan pasar legendaris yang bisa kita jumpai di berbagai acara besar seperti pesta pernikahan, syukuran, dll.

Sebagai warga asli Purworejo, jajanan satu ini menjadi favorit saya. Dulu, setiap pergi ke pasar, saya pasti menemukan banyak sekali penjual clorot, bahkan tak jarang pedagang keliling pun membawa jajanan ini di antara dagangannya. Sayangnya, saat ini clorot semakin sulit ditemukan. Meskipun masih bisa kita jumpai di pasar-pasar tradisional, jumlahnya sudah nggak sebanyak dulu. Boleh dibilang eksistensi jajanan ini semakin pudar dan tergeser oleh makanan modern. Padahal jajanan ini punya banyak keunikan, lho.

Asal-usul nama clorot

Asal-usul nama makanan khas Purworejo ini berasal dari cara memakannya. Bentuknya yang seperti kerucut membuat cara makan jajanan ini agak beda. Kita harus menekan ke atas bagian bawah atau pangkal kerucutnya. Cara inilah yang disebut dengan “clorot” untuk melorotkan bungkusnya sehingga isinya keluar. Setelah isinya keluar, barulah jajanan ini bisa dinikmati.

Terbuat dari tepung beras dan santan

Sekilas tekstur clorot mirip dengan dodol, tapi sebenarnya keduanya memiliki rasa yang berbeda. Clorot memiliki tekstur yang kenyal, lembut, dan rasanya yang manis. Jajanan ini berbahan dasar tepung beras dan santan. Tepung beras inilah yang menghasilkan tekstur kenyal. Sementara itu, campuran santan pada adonan clorot akan memberikan tambahan rasa gurih sehingga rasa makanan ini nggak dominan manis.

Berbentuk seperti terompet

Clorot memiliki bentuk yang unik, yaitu berupa kerucut sehingga akan terlihat seperti terompet kecil. Bentuk kerucut ini berasal dari bungkusnya yang disebut klongkongan yang dibuat melingkar, berulin, dan memanjang. Bungkusnya terbuat dari janur atau daun kelapa muda. Pembuatan bungkus clorot ini memang sulit, apalagi jika belum terbiasa.

Dalam pembuatannya, daun kelapa diputar ujungnya hingga membentuk kerucut. Pada bagian bawah atau pangkal harus rapat agar nggak bocor saat dituangi adonan. Sementara itu, bagian atasnya disemat atau dijepit menggunakan lidi agar nggak mudah lepas.

Cara makan clorot unik

Bentuk clorot yang berupa lilitan janur membuat sebagian orang akan membuka lilitan untuk memakannya. Padahal sebenarnya cara tersebut salah, lho. Cara memakan makanan khas Purworejo ini yang benar adalah dengan menekan bagian bawah atau pangkal kerucut dengan jari untuk melorotkan lilitan yang membungkus isinya. Setelah itu barulah isiannya keluar dan bisa dinikmati.

Rasa manis clorot berasal dari gula merah

Saat ini banyak sekali kue yang menggunakan gula pasir sebagai bahan pemanis. Namun, rasa manis clorot ini berasal dari gula merah. Penggunaan gula merah akan menghasilkan rasa manis yang khas dan aroma yang cukup wangi. Selain itu gula merah juga dapat membuat warna atau tampilan jajanan ini jadi semakin bagus.

Menggunakan daun pandan sebagai pewangi

Selain aroma wangi dari gula merah, clorot juga menggunakan daun pandan sebagai pewangi. Daun pandan memiliki aroma yang khas, sehingga penggunaan daun pandan pada pembuatan makanan khas Purworejo ini tentu akan membuat aromanya jadi wangi.

Begitulah keunikan yang dimiliki clorot. Jajanan legendaris ini juga nggak kalah enak dari dodol, lho. Kalau kamu berkunjung ke Purworejo, sempatkan membeli clorot sebagai oleh-oleh, ya!

Penulis: Nikhayatul Khusna
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Kuliner Indonesia yang Terdengar Jorok, tapi Rasanya Enak.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version