Setelah Naruto tamat, saya kesulitan mencari penggantinya. Boruto dan beberapa anime new generation memang tidak mengecewakan, tetapi saya menginginkan sesuatu yang baru. Setelah blusukan di beberapa grup pencinta manga dan anime, saya menemukan satu manga yang cukup menarik: Claymore.
Meskipun sudah diterbitkan dari 2001 dan animenya ditayangkan sejak 2007, saya belum pernah mendengarnya. Lantaran penasaran oleh sinopsis dan artwork yang memanjakan mata, saya pun langsung membacanya dan terpesona sejak episode pertama sampai tamat.
Manga bergenre dark fantasy karya Yagi Norihiro itu bercerita tentang suatu daratan yang diteror Yoma, monster pemakan jeroan manusia yang mampu menyamar menjadi manusia yang sudah menjadi mangsanya. Kekuatan Yoma di atas kekuatan manusia biasa dan memiliki daya regenerasi yang tinggi sehingga nyaris mustahil untuk dibunuh. Yang lebih menyulitkan, ketika sudah menyamar, ia hampir tidak bisa dibedakan karena mampu menyerap ingatan dari mangsanya.
Satu-satunya yang bisa melacak dan menghabisi para Yoma adalah para Claymore. Claymore sendiri adalah tentara bayaran yang berasal dari sebuah organisasi tidak bernama. Di daratan itu ada 47 Claymore aktif yang bertugas. Satu orang Claymore beroperasi di satu wilayah tertentu, meskipun terkadang mereka bekerja secara kelompok untuk membasmi Yoma kuat yang disebut Awaken Being dan Abyssal Creature. Jumlah Claymore aktif selalu tetap karena jika ada Claymore yang gugur atau desersi, organisasi akan langsung menggantikannya dengan Claymore baru dari akademi.
Mereka sanggup melacak dan melawan Yoma karena dalam tubuh mereka ditanamkan daging Yoma. Ini membuat mereka memiliki seluruh kemampuan Yoma, bahkan lebih. Selain itu, setiap Claymore memiliki teknik bertarung yang mematikan. Meskipun begitu, mereka memiliki satu peraturan khusus: tidak boleh membunuh manusia, sejahat apa pun manusia itu. Seorang Claymore yang melanggar peraturan/desersi akan diburu dan dieksekusi oleh Claymore lainnya.
Selama 24 volume dan 155 bab, kita akan diajak mengikuti petualangan tokoh utamanya: Claire, seorang Claymore ranking 47, tentang bagaimana sepak terjang, latar belakang, dan motivasinya untuk menjadi seorang Claymore. Tingkatan seorang Claymore ditentukan dari rangkingnya. Semakin kecil angkanya, maka ia semakin kuat. Dalam perjalanannya, Claire akan menghadapi lawan-lawan kuat dan musuh-musuh yang tidak terduga hingga menemukan fakta mengejutkan tentang asal-usul Yoma.
Bicara soal aksi, Claymore bisa dianggap salah satu yang terbaik. Tidak seperti manga/anime lainnya yang kebanyakan hanya menampilkan pertarungan dua arah, di sini kita disuguhkan pertarungan berdarah-darah tiga bahkan empat arah. Kita juga dihadapkan pada cerita yang tidak membosankan yang selalu terpusat pada karakter utama.
Sebagaimana umumnya sebuah manga shounen, karakter utama di manga ini memang mengalami perkembangan kemampuan yang pesat, tetapi dia tidak melulu menjadi tokoh yang dominan dan menyelesaikan setiap masalah. Seperti ketika ia babak belur dan kehilangan tangan kanannya seusai dihajar Claymore rangking 4 (Ophelia), nyaris terbunuh ketika melawan dua Abyssal Creature (Riful dan Duff), atau di pertarungan terakhir melawan Priscilla.
Mayoritas tokoh utama di manga ini adalah wanita. Kita seakan-akan dibawa kembali ke era 90-an, ketika manga dan anime dengan tokoh utama wanita mendominasi jagat anime. Seperti, Sailor Moon, Wedding Peach, Magical Knight Rayearth, dan Nuku-nuku. Nyaris semua wanita di manga ini digambarkan sebagai pribadi tangguh dan tidak banyak omong. Plot semacam itu berbanding terbalik dengan beberapa anime kekinian yang menggambarkan wanita sebagai beban dan objek lelucon. Di sini derajat wanita diangkat dan disetarakan dengan kaum pria.
Memang seluruh Claymore tunduk kepada organisasi yang seluruh anggotanya pria. Mereka juga diwajibkan mematuhi seluruh peraturan dan perintah, bahkan mereka harus mempertaruhkan nyawa dan melupakan persahabatan. Namun, di bawah pimpinan Claymore peringkat kelima, Miria, sebagian Claymore akhirnya tersadar dan melakukan pemberontakan terhadap organisasi yang menaungi mereka.
Pemberontakan itu sendiri terlihat seperti sebuah adegan sederhana yang biasa terjadi. Akan tetapi, jika kita cermati, pemberontakan itu bukanlah pemberontakan biasa. Ia adalah simbol perlawanan terhadap patriarki yang masih berlaku di sebagian besar tempat di dunia. Di sini supremasi kaum pria diobok-obok dengan penempatan pria sebagai karakter yang inkompeten dan manipulatif.
Sayangnya, seperti manga dan anime kebanyakan, Claymore tidak terbebas dari unsur fan service. Nyaris seluruh karakter wanita digambarkan memiliki paras yang menarik, meskipun penampilannya tidak seseksi karakter wanita di One Piece atau diekspoitasi sekejam di Berserk dan Goblin Slayer.
Namun, kita akan segera mengesampingkan unsur tersebut karena keburu terbuai oleh kedalaman cerita dan aksi-aksi super keren dan mendebarkan di dalamnya. Jadi, apakah Anda tertarik menyimak manga ini?
Sumber Gambar: YouTube YakiAnimeMusic