Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

City Branding dan Istilah Jogja Lantai Dua yang Patut Dipertanyakan

Jevi Adhi Nugraha oleh Jevi Adhi Nugraha
16 Februari 2020
A A
City Branding dan Istilah Jogja Lantai Dua Patut Dipertanyakan
Share on FacebookShare on Twitter

Setiap provinsi, kabupaten/kota di Indonesia biasanya memiliki brand, slogan, semboyan, tagline masing-masing. Hal ini bisa kita temukan di gapura/pintu masuk sebuah daerah. Misal Jateng ‘Gayeng’, Sleman ‘Sembada’, Kulonprogo ‘Binangun’, Bantul ‘Projotamansari’, Klaten ‘Bersinar’, Aceh Selatan ‘Sekata Sepakat’, dan masih banyak lagi.

Lihat saja ketika kita berkunjung ke suatu daerah, sepanjang jalan pasti akan disambut tugu, gapura, atau spanduk dengan slogan-slogan ‘ciri khas’ mengenai wilayah tersebut. Lantas seberapa penting sih brand-brand tersebut digunakan untuk memberi julukan untuk sebuah nama kabupaten/kota?

Branding menurut Anholt adalah sebuah proses merancang perencanaan dan menceritakan nama serta identitas dalam rangka membangun atau mengelola reputasi. Dalam dunia bisnis atau usaha, branding amat sangat penting untuk menarik perhatian para konsumen. Misal ‘Sedikit Nakal Banyak Akal‘, diakui atau tidak tagline ini sangat melekat di kalangan kawula muda wabil khusus jamaah mojokiyah. Tentu ini salah satu dari sekian banyak contoh teknik marketing kreatif yang lumayan berhasil memberi attention bagi masyarakat.

Jadi mari kita sepakati terlebih dahulu jika sebuah slogan, brand itu penting digunakan untuk memberi sebuah kesan bagi masyarakat, tak terkecuali slogan-slogan untuk memberi embel-embel nama sebuah provinsi, kabupaten/kota.

Sebagai warga yang kebetulan lahir dan berdomisili di Gunungkidul, sejak kecil saya sangat familiar dengan embel-embel di belakang nama Gunungkidul: Handayani. Hampir setiap agustusan, anak-anak di pelosok desa diminta membantu memugar Tugu yang memiliki atap joglo bertuliskan Gunungkidul Handayani.

Tagline ‘Handayani’ sendiri sebuah singkatan dari Hijau, Aman, Normatif, Damai, Amal, Yakin, Asah Asih Asuh, Nilai Tambah, Indah. Di mana embel-embel itu telah melekat di dalam sanubari setiap orang yang lahir dan besar di Gunungkidul.

Akan tetapi seiring berjalanya waktu, di era yang super digital ini tampaknya tagline Handayani nyaris dilupakan banyak orang, baik warganya sendiri maupun wisatawan yang berkunjung tak mengenali slogan penuh qairah semangat ini. Justru mereka lebih mengenal Gunungkidul dengan sebutan Jogja Lantai Dua.

Contohnya saat saya menemani seorang teman dari Jakarta beberapa hari lalu ke salah satu Pantai Selatan di Gunungkidul. Sepanjang jalan dia mencari tagline Jogja Lantai Dua yang jelas-jelas tidak terpampang baik di ‘Tugu Selamat Datang’ maupun di spanduk-spanduk. Dia menganggap bahwa Jogja Lantai Dua sama seperti brand Jaya Raya di Jakarta. Terpaksa saya harus menceritakan sekelumit sejarah yang masih simpang siur terkait slogan atau lebih tepatnya hashtag kondang (media sosial) tersebut.

Baca Juga:

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Entah siapa inisiator di balik istilah Jogja Lantai Dua untuk moyoki Kabupaten Gunungkidul. Yang jelas istilah ini terkenal luas di kalangan netizen sejak pariwisata di Kabupaten Gunungkidul mulai mulai berkembang pesat, tentu akibat postingan gambar-gambar tempat pariwisata yang mantap jiwa di Twitter dan Instagram.

Hingga saat ini saya juga belum tau motivasi seseorang menjuluki Gunungkidul dengan Jogja Lantai Dua. Memakai sudut pandang manakah para inisiator tagline ini dalam memahami konteks ‘Lantai Dua’? Karena Gunungkidul berada di wilayah ‘atasnya’ Kota Yogya, akibat gunung-gunung menjulang itu? Atau Gunungkidul dipandang sebagai sebuah wilayah yang dalam konteks sosial budaya sama ssperti Kota Jogja?

Gunungkidul memang bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Tapi memang bisa bisa menyama-ratakan bahwa Kota Jogja itu sama seperti Gunungkidul?

Tapi bagaimana bisa sama? Lha wong Kota Jogja itu punya banyak gedung bioskop, di Gunungkidul mana ada gedung-gedung untuk pemutar film? Belum lagi perkara hotel, mal, dan lain sebagainya. Semua tidak ada! Jadi tagline Jogja Lantai Dua ini dalam hal ke absahan logika patut dipertanyakan.

Selain itu, dalam prespektif sebuah rumah yang memiliki lantai dua, biasanya terdapat balkon yang berguna untuk bersantai melihat pemandangan di bawah (sekitar rumah), inget ‘di sekitar rumah’ bukan untuk melihat isi dalam rumah di lantai dasar. Jadi jika kita memiliki sebuah balkon di lantai dua, mustahil melihat isi lantai dasar rumah kita. Yang akan kita lihat adalah pemandangan sekitar rumah.

Nah, apabila ‘Bukit Bintang’ dikategorikan sebagai balkon-nya Kota Jogja, kok bisa kita melihat isi ruangan lantai dasar rumah kita? Hmm…

Inilah salah satu contoh ‘kekreatifan’ manusia Indonesia di era Digital. Atas nama viral dan ‘kondiang’ lantas melupakan esensi dalam konteks pemaknaan. Tak lebih ini hanya semacam clickbait ‘Nomer 14 ini bikin anda tegang seumur hidup‘. Hiyuuuuh.

Terlepas dari itu semua, jika Gunungkidul adalah Jogja Lantai Dua, maka bisa dong menyebut Kota Jogja adalah Gunungkidul Lantai Dasar?

Sudah. Sudah. Lebih baik kita kembali ke tagline masing-masing. Gunungkidul itu ya Handayani dengan semboyan ‘Hari Esok Lebih Baik’, begitupun Kota Jogja yang istimewa dengan semboyannya Berhati Nyaman. Bukankah seperti ini jauh lebih adem daripada harus repot-repot ngotak-atik sebuah kata yang kering akan esensi dan makna?

Hanjuuk piye ya namanya juga kita. Nek ora ngotak-atik yo gatel tangane, Dab.

BACA JUGA Gunung Kidul Saat Disambut Ulat Jati atau tulisan Jevi Adhi Nugraha lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 16 Februari 2020 oleh

Tags: diyGunungkidulJogjajogja lantai dua
Jevi Adhi Nugraha

Jevi Adhi Nugraha

Lulusan S1 Ilmu Kesejahteraan Sosial UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berdomisili di Gunungkidul.

ArtikelTerkait

Jadi Karyawan Startup di Jogja Itu Mimpi Buruk, Apalagi saat Bulan Ramadan. Gaji Nggak Seberapa, Hampir Nggak Ada Waktu untuk Sahur dan Buka Mojok.co

Karyawan Startup di Jogja Tersiksa, Apalagi Saat Bulan Ramadan. Udah Gaji Nggak Seberapa, Kesempatan untuk Sahur dan Buka Hampir Nggak Ada

4 April 2024
Gaduh Ikon Gunungkidul dan Pembangunan Tugu Tobong Gamping yang Ngadi-ngadi

Mengenal Gunungkidul, Kabupaten (yang Dianggap) Gersang yang Ternyata Dulunya Dasar Laut

27 September 2023
Sisi Gelap Bundaran Planjan JJLS Gunungkidul, Simbol Keindahan Semu di Bukit Seribu

Sisi Gelap Bundaran Planjan JJLS Gunungkidul, Simbol Keindahan Semu di Bukit Seribu

24 Januari 2025
Jogja Darurat Parkir 10 Juta Manusia Serbu Jogja saat Nataru (Unsplash)

10 Juta Manusia Banjiri Jogja Saat Libur Nataru padahal Jogja Darurat Parkir

23 Desember 2024
Kuliner Jogja Olahan Tahu Senikmat Ayam Goreng Olive Chicken (Unsplash)

5 Kuliner Tahu di Jogja yang Segera Menyusul Olive Chicken Menjadi Makanan Khas Jogja

26 September 2023
Percayalah, Pergi Jauh Tanpa Izin Orang Tua Adalah Ide yang Sangat Buruk

Naik Bus Trans Kota Mengajarkan Kita tentang Kesabaran

6 Maret 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.