Selama liburan kuliah kali ini saya harus istirahat panjang di rumah karena sakit. Salah satu aktivitas yang bisa saya lakukan selama masa penyembuhan adalah membantu orang tua menjaga toko kelontong.
Menjaga toko kelontong hampir sepanjang hari membuat saya tahu banyak hal. Misalnya, saya jadi tahu fluktuasi harga minyak goreng, beras, dan gula. Lalu, merek rokok apa yang paling laris. Terakhir, ciri orang paling menyebalkan yang sering belanja di toko kelontong keluarga saya.
Orang paling menyebalkan yang saya maksud adalah mereka yang suka utang. Khususnya yang bayarnya lama. Berkat kalian, roda perekonomian toko kelontong menjadi terhambat. Nah, inilah beberapa ciri khusus dari mereka yang suka utang.
#1 Si paling akrab
Awalnya, mereka datang ke toko kelontong dengan basa-basi yang amat panjang. Biasanya dimulai dengan kata-kata “Loh, udah besar aja, dulu kan waktu saya belanja kamu masih kecil,” atau “Bujange wis gede siki dadi ganteng.” Basa basi seperti ini yang kadang membuat saya merasa geli dengan diri saya sendiri.
Selain itu, mereka juga akan bertanya sekarang saya sekolah di mana, sibuk apa, sudah semester berapa, hingga titik di mana mereka tanya di mana ibu saya berada.
Saat itu, setiap pagi, ibu pasti ada di dapur. Makanya, kalau ada yang mencari, ya saya panggil. Setelah itu, eh ujung-ujungnya bilang ke ibu saya “Bu, dicatat sit ya.” Artinya si paling akrab tadi minta dicatat di buku utang.
#2 Si biasa aja
Tipe yang kedua ini paling sering saya jumpai selama menjaga toko kelontong. Mula-mula mereka akan mengambil barang yang mereka cari. Kalau nggak ketemu, baru nanya ke penjaga toko (baca: saya).
Oh ya, perlu diketahui, warung ibu saya adalah toko kelontong di desa. Jadi, pembeli bisa ambil barang sendiri. Ya kalau mager bisa nyuruh si penjaga toko (baca: saya) untuk mengambilkan barang.
Setelah di meja kasir, mereka dengan enteng akan bilang “Dibayar ngesuk ya mas.” Artinya, dibayar besok ya mas. Ini kalau bayarnya besok banget nggak papa, sih. Masalahnya, bayarnya besok besok besok sampai saya lupa. Awalnya utang, sampai akhirnya lupa ingatan.
#3 Si paling lupa nggak bawa dompet
Pernah suatu kali, ibu yang menjaga toko kelontong. Ada seseorang yang membeli sebungkus rokok. Setelah sampai di meja kasir, beliau menjelaskan kalau dompetnya ketinggalan. Tapi, saya amati, gelagatnya itu tidak menunjukkan kalau dia lupa nggak bawa dompet. Lha wong saku celana bagian belakang sedikit menyembul. Tanda ada sebuah benda di sana yang kita semuanya kenal dengan nama dompet.
Ibu sendiri cuma pura-pura kaget ketika saya bilangin. Beliau sih ikhlas saja. Hmm… hebat juga ya, seperti utang yang sudah direncanakan dengan dalih nggak bawa dompet. Pintar.
#4 Si langganan utang
Kalau tipe ini biasanya sudah dikenal akrab sama ibu saya. Jadi, kalau mereka mau utang, tinggal kasih embel-embel “Catat, Mas. Wis biasa karo ibu.” Artinya, catat saja, sudah biasa sama ibu. Ya sudah, saya tinggal laporan ke ibu dan catat di buku catatan utang toko kelontong.
#5 Si bawa uang pas-pasan
Nah, tipe terakhir adalah mereka yang kalau bawa uang selalu pas-pasan. Biasanya, mereka akan mengambil semua barang yang mereka perlukan di toko kelontong. Setelah selesai dihitung, eh uangnya kurang.
Biasanya mereka bilang, “Saya cuman bawa uang segini, kalau kurang, besok lagi ya, Mas”. Kalau orangnya nggak saya kenal, saya tanya ke ibu dulu. Tapi kalau saya kenal akrab, ya sudah, saya catat saja di buku utang.
Itulah lima tipe orang yang suka ngutang di toko kelontong ibu saya. Namanya saja jualan ya, guys. Pasti ada untung ada rugi.
Pesan ibu saya cuma satu, kalau mereka yang utang mau membayar, berarti itu masih rezeki kita. Tapi, kalau mereka nggak mau bayar ya sudah ikhlaskan saja. Pasti ada gantinya kok. Sungguh mulia ibu saya.
Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Menjawab Gosip Netizen Perihal Warung Madura