Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Cerita “Digoyang” 1000 Kali Gempa Ambon

Ulul Azmi Afrizal Rizqi oleh Ulul Azmi Afrizal Rizqi
10 Oktober 2019
A A
ambon

ambon

Share on FacebookShare on Twitter

Ambon pagi itu, di tempat saya bekerja  tak ada suatu firasat apapun. Seperti sedia kala, kami bekerja sesuai tupoksi masing-masing. Justru pagi itu harusnya menjadi momen bahagia kami. Iya, pagi itu 26 September kami—dan seharusnya seluruh bangsa Indonesia—memperingati Hari Statistik Nasional. Belum pada tahu yhaaa?

Sesaat sebelum acara pemotongan kue untuk merayakan Hari Statistik Nasional, tepat pukul 08.46 WIT, keadaan seketika kocar-kacir. Bagi saya, ini merupakan kali pertama—dan semoga terakhir—langsung merasakan gempa dengan kekuatan cukup besar. Berdasarkan laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa pagi itu berkekuatan 6,5 SR—sebelumnya dilaporkan sebesar 6,8 SR.

Gedung kantor kami mencoba tetap kokoh di tengah goyangan gempa. Kaca-kaca mulai bergetar, beberapa benda di dalam ruangan ada yang terjatuh. Keadaan yang sebelumnya penuh euforia suka cita, berubah menjadi kepanikan massal.

Untungnya, kami semua masih berada di luar ruangan usai mengikuti apel Hari Statistik. Setiap orang berusaha menyelamatkan diri masing-masing. Jalanan mulai terlihat ramai. Ratusan hingga ribuan orang berbondong menuju lokasi yang lebih tinggi. Anak-anak sekolah meninggalkan kelas untuk menyelamatkan diri. Pun halnya para pegawai dan karyawan, pagi itu juga meninggalkan tempat kerja untuk melakukan evakuasi diri dan keluarga.

Kepanikan tersebut bukanlah tanpa alasan. Beberapa hari sebelum kejadian gempa 6,5 SR tersebut, di Ambon sudah nyaring terdengar isu gempa dan tsunami besar. Konon, dahulu pernah ada gempa dan tsunami dahsyat mengguncang Pulau Ambon dan Pulau Seram. Mitosnya, tahun inilah siklus bencana tersebut akan terulang.

Kabar tersebut juga dibarengi dengan matinya ribuan ikan di perairan dekat Ambon secara tiba-tiba. LIPI sampai turun tangan melakukan penelitian untuk mengungkap penyebab ikan-ikan pada mati. Hasil temuan LIPI menyebutkan tidak ada kaitannya ikan-ikan mati dengan isu bencana yang akan menimpa Pulau Ambon dan sekitarnya.

Tak sedikit masyarakat yang termakan isu tersebut. Pemerintah setempat dan BMKG telah memberikan himbauan agar tetap tenang dan tidak termakan berita yang belum tentu kebenarannya. Entah kebetulan atau tidak, momen gempa tanggal 26 September lalu, seakan memberi pertanda bahwa bencana besar akan menerjang Ambon. Padahal gempa tersebut tidak ada kaitannya dengan siklus bencana yang diprediksi sebelumnya.

Usai gempa utama pada pagi itu, selama tiga hari berikutnya Kota Ambon sempat menjelma menjadi kota sunyi. Banyak warung dan pedagang tidak berani berjualan. Sekolah diliburkan. Beberapa instansi pemerintah juga memberikan kebebasan kepada pegawainya untuk tidak masuk kantor. Termasuk kebijakan di tempat saya bekerja.

Baca Juga:

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

Facebook Adalah Seburuk-buruknya Tempat Curhat Soal Kulit dan Minta Rekomendasi Skincare

Dampak akibat gempa tersebut, banyak warga mengungsi ke tempat yang lebih aman. Perasaan takut dan trauma masih menghantui untuk kembali menempati rumah. Bagaimana tidak, gempa susulan dengan kekuatan lebih kecil masih terus menggoyang Ambon dan Pulau Seram, bahkan hingga hari ini.

Tercatat H+1 sejak gempa utama, dalam 24 jam telah terjadi gempa susulan sebanyak 244 kali (data BMKG). Saya sendiri menjadi saksi bagaimana hari-hari kami sangat tidak tenang. Tidur pun juga tak nyenyak. Mata baru sejenak terpejam, badan sudah merasakan getaran.

Hingga tanggal 9 Oktober 2019, BMKG mencatatkan telah terjadi 1.246 gempa susulan. Saya ulangi, 1246 gempa susulan. Coba bayangkan, bagaimana hidup kami dipenuhi dengan perasaan was-was selama hampir dua minggu ini. Saking sudah terbiasanya dengan banyaknya gempa susulan, sesekali saya sampai tak merasakan adanya gempa, padahal orang di sebelah saya bilang habis ada gempa.

Saya masih beruntung, tinggal di lokasi yang tidak begitu terdampak kerusakan, meski tetap merasakan setiap adanya gempa susulan. Namun, bagi saudara-saudara kami, katong basudara yang tinggal di Kairatu, Salahutu, Saparua, hingga Haruku, mereka sebagian besar masih bertahan di lokasi pengungsian. Tak sedikit dari rumah mereka yang mengalami kerusakan.

Pemerintah telah turun tangan dengan memberikan bantuan dasar kepada para pengungsi. Namun begitu, selain bantuan materiil, pemerintah juga perlu memberikan edukasi bahwa bencana gempa tidak ada yang dapat memprediksi kapan akan datang. Meski tetap harus waspada, namun jangan mudah terprovokasi oleh berita yang belum benar adanya.

Doakan kami di Ambon dan Seram agar senantiasa aman dan pulih kembali. Juga mari kita doakan bangsa ini menuju bangsa yang jauh dari perpecahan. Semoga. (*)

BACA JUGA Orang Jahat adalah Orang Baik yang Tersakiti: Joker Bukan Orang Baik, Stop Bermental Korban! atau tulisan Muhammad Ulul Arham lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 10 Oktober 2019 oleh

Tags: bencana alamCurhatdigoyanggempa ambonhari statistik nasionalpengalaman nyata
Ulul Azmi Afrizal Rizqi

Ulul Azmi Afrizal Rizqi

Tukang Sensus, tinggal di Ambon. Bercita-cita kembali ke Banda Naira(lagi).

ArtikelTerkait

kompetisi

“Yaelah Gitu Doang!”: Teman Kesusahan, Kok Malah Dijadiin Kompetisi?

18 Oktober 2019
Sobek Di Sini

Tertipu “SOBEK DI SINI” Kemasan Sachet

27 Agustus 2019
bucin

Kenapa Orang yang Sayang dan Perhatian Pada Pasangannya Justru Diolok-olok Sebagai Bucin?

21 Juli 2019
5 Cara Jadi Pendengar Curhat yang Baik seperti Master pada Serial Midnight Diner terminal mojok.co

5 Cara Jadi Pendengar Curhat yang Baik seperti Master pada Serial Midnight Diner

10 Desember 2020
Beberapa Opsi Kalimat Anti Toxic Positivity Pengganti “Yok Bisa Yok” terminal mojok.co

Beberapa Opsi Kalimat Anti Toxic Positivity Pengganti “Yok Bisa Yok”

20 Januari 2021
gorengan

Kelakuan Para Pembeli Gorengan: Lain yang Dipegang, Lain Pula yang Dibeli

29 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Ilustrasi Banjir Malang Naik 500% di 2025 Bukti Busuknya Pemerintah (Unsplash)

Kejadian Banjir Malang Naik 500% di 2025, Bukti Pemerintah Memang Nggak Becus Bekerja

6 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.