Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

Cara Starbucks Membuat Orang Tertarik Beli meski Tahu Harganya Mahal

Tiara Uci oleh Tiara Uci
13 Mei 2022
A A
Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak

Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Kita tahu, harga kopi di Starbucks mahal dan kita paham betul tentang cara-cara mereka berusaha menguras isi kantong kita lebih banyak. Pertanyaannya, kenapa kita dan banyak orang lainnya, tetap saja membeli kopi di Starbucks, bahkan sampai setia dengan perusahaan yang berlogo siren tersebut?

Apakah mereka menggunakan dukun? Atau menaburkan kembang tujuh rupa di sudut ruangan agar kita betah berlama-lama di gerainya? Atau, jangan-jangan Starbucks mengambil foto semua pelanggannya dan melakukan pelet “ajian lengket” agar kita mengingat terus dan tergoda untuk selalu membeli kopi di sana?

Jelas nggak dong. Kurang-kurangin nuduh warung yang laris pasti pake “penglaris” deh ya.

Nongski aszek dulu, Maszeh (Pixabay.com)

Ada banyak alasan orang-orang membeli minuman di Starbucks. Misalkan saja, kalian beli lantaran ada promo, pengen swafoto di gerainya, atau karena merasa kopinya enak, semua itu sah-sah saja. Namun, Starbucks juga melakukan usaha agar kalian pada akhirnya memutuskan untuk mampir dan membeli kopi di tempatnya. Caranya dengan memerhatikan perilaku konsumen.

Ada banyak penelitian tentang ekonomi perilaku, salah satu yang dilakukan Starbucks adalah menerapkan irrational value assessment dalam produknya. Irrational value assessment pernah diteliti oleh Stanford. Dalam penelitian tersebut, masing-masing orang diberi dua wine yang sama tapi harganya berbeda, yang satu berharga 5 dollar dan yang lainnya 45 dollar. Hasilnya, bagian otak yang fungsinya untuk merangsang kesenangan, lebih aktif ketika menikmati wine yang lebih mahal. Padahal wine tersebut kualitasnya sama.

Dalam penelitian yang sama, ketika orang-orang tersebut kemudian diberi wine yang berbeda lagi, hanya saja kali ini label harganya dihilangkan. Wine dengan harga yang lebih murah justru menduduki peringkat tertinggi atau dianggap paling enak. Sederhananya, kalau seseorang diberi Iceland dan Absolute Vodka tanpa diberi label harga, Iceland adalah minuman enak. Tapi, begitu diberi label harga, dan jelas Vodka dilabeli lebih mahal, orang tersebut akan merasa kalau vodka lebih enak.

Artinya, harga dalam hal ini tak hanya mencerminkan kualitas, tapi juga memengaruhi kualitas. Harga mahal yang disematkan Starbucks tak bikin pembeli lari, tapi justru makin mendekat. Jadi, argumen kalian “mending kopi A, murah, enak” itu nggak berlaku. Semua orang tahu kalau Starbucks itu mahal. Ha wong jualan mereka ya harga mahal itu.

Namun, hal itu bukan satu-satunya cara Starbucks memengaruhi psikologis kita agar rajin ke gerainya dan menghabiskan uang di sana. Kalau strateginya hanya harga mahal, Blue bottle dan % Arabica pasti pemenangnya, lantaran mereka punya harga secangkir kopi yang lebih mahal dari pada Starbucks.

Baca Juga:

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Starbucks juga paham betul tentang decision paralysis, fenomena psikologis di mana otak memilih untuk tidak melakukan apa-apa karena terlalu banyak informasi yang masuk. Dalam konteks ini, customer akan bingung jika diberi terlalu banyak pilihan. Maka dari itu, Starbucks fokus pada kopi dan hal-hal yang cocok disandingkan dengan kopi.

Salah satu gerai kopi Starbucks di Insadong, Seoul, Korea Selatan (2p2play/ Shutterstock.com)

Mungkin selama ini kita beranggapan kalau memberikan banyak pilihan menu akan terlihat lebih baik karena komplit, tapi penelitian membuktikan sebaliknya. Kebanyakan pilihan atau beraneka ragam menu justru berpeluang besar memperlambat keputusan konsumen untuk membeli. Lebih jauh lagi, berpotensi membuat customer urung beli. Jika ingin membaca penelitian tentang decision paralysis, silahkan dibaca di sini.

Kalau kita amati dengan teliti, dulu Starbucks juga punya banyak ukuran gelas, ada demi (3oz), short (8oz), tall (12 oz), grande (16oz), venti (20oz), dan trenta (30oz). Lantaran tahu kalau secara psikologis orang akan lamban atau bingung jika diberi banyak pilihan, Starbucks dengan cerdas memangkas pilihan tersebut dan menawarkan customer dengan tiga jenis ukuran saja, yaitu tall, grande, dan venti. Kalau kalian tanya, kenapa harus tiga ukuran, kenapa nggak dua, monggo belajar tentang decoy effect dulu.

Starbucks juga melakukan attribute priming atau bicara banyak tentang suatu produk kepada konsumen akan membuat produk tersebut menarik di mata konsumen. Dalam ekonomi perilaku, customer akan cenderung memutuskan membeli sesuatu dari apa yang paling sering dibicarakan dan dilihatnya. Contohnya, jika dalam sehari orang melihat banyak informasi tentang yoghurt, besar kemungkinan ia akan beli yoghurt pada hari itu juga.

Jika kalian punya aplikasi Starbucks pasti tahu betul, betapa seringnya mereka memberikan informasi tentang promo makanan dan minuman. Starbucks juga sering memberikan informasi tentang menu baru. Semua itu dilakukan agar batok kepala kita penuh dengan kata Starbucks, lalu kaki kita dengan senang hati berjalan menuju gerai untuk membeli kopi.

Jika dulu kita musti membawa Starbucks card agar transaksi yang kita lakukan mendapatkan poin yang bisa ditukar dengan minuman gratis. Hari ini, semua teratasi dengan aplikasi, yang mencatat perilaku dan rekaman transaksi konsumen.

Misalnya saja, karena saya sangat sering membeli Americano dan Hazelnut Latte, maka promo-promo yang diberikan Starbucks ke saya, nggak akan jauh dari kedua minuman tersebut.

Melalui mobile app, Starbucks mencoba mendekatkan diri ke customernya dengan analisis data yang diberi nama Starbucks digital flyweel. Perilaku customer diamati, mulai dari minuman apa yang sering dibeli, berapa ratus ribu uang yang kita keluarkan dalam satu bulan untuk ngopi, sampai soal merchandise apa yang kita sukai dan metode pembayaran apa yang sering kita gunakan.

Data-data tersebut kemudian digunakan untuk memutuskan atau menyimpulkan produk apa yang paling sesuai dengan customer yang bersangkutan. Dalam skala yang besar, analisa data tersebut juga bisa digunakan untuk menentukan promo apa atau aktivitas apa yang paling cocok dilakukan untuk customer dalam satu negara.

Baru-baru ini, karena di Indonesia viral secret menu dan Starbucks Indonesia juga tahu kalau customer di negeri ini suka sekali foto gelas, kemudian dipamerkan di media sosial. Starbucks memfasilitasi hal tersebut dengan melakukan lomba yang diberi tajuk coffeemezation. Kalian tinggal tulis secret recipe apa yang biasa dibeli, lalu videokan minuman kalian, dan upload di jejaring sosial. Nanti mereka akan memilih pemenangnya untuk diberi hadiah.

Starbucks cup (Pixabay.com)

Apakah semua hal tersebut dilakukan karena Starbucks mencintai konsumennya? Ya jelas dong. Lebih tepatnya mereka mencintai uang yang akan kita keluarkan untuk perusahaannya. Dalam lomba tersebut Starbucks pasti untung, lah wong setiap mau ikut lomba harus beli minuman secret recipe dulu. Apalagi harga minuman secret recipe tuh lebih mahal dari pada minuman basic. Hehehe.

Itulah cara Starbucks merayu otak kita agar tetap membeli produknya dan senantiasa setia dengan pilihan kita. Sekali lagi, apakah itu salah? Ya nggak juga. Justru mereka pintar dan memberi kita pelajaran berharga, kalau ingin sukses dalam berdagang, ya pahami perilaku konsumen.

Hal ini bisa kalian aplikasikan juga dalam hubungan. Yaitu, amati perilaku ayang untuk memahami keinginannya. Tapi, syaratnya, punya ayang dulu. Itu. Yang. Berat.

Penulis: Tiara Uci
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Nongkrong di Starbucks Itu Murah, Asal Tahu Strateginya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 14 Mei 2022 oleh

Tags: decoy effectpilihan redaksiStarbucksstrategi
Tiara Uci

Tiara Uci

Alumnus Teknik Mesin Universitas Negeri Surabaya. Project Manager perusahaan konstruksi di Surabaya. Suka membaca dan minum kopi.

ArtikelTerkait

Meterai Tempel Boleh Dipakai dalam Pendaftaran Seleksi CPNS 2024, Bukti Nyata kalau Pemerintah Hobi Nge-prank Warganya

Meterai Tempel Boleh Dipakai dalam Pendaftaran Seleksi CPNS 2024, Bukti Nyata kalau Pemerintah Hobi Nge-prank Warganya

6 September 2024
5 Hal yang Bikin Pelanggan Kesal Saat Beli Nasi Padang

5 Hal yang Bikin Pelanggan Kesal Saat Beli Nasi Padang

10 Maret 2023
5 Drama Korea Kawin Kontrak yang Menarik untuk Ditonton terminal mojok

5 Drama Korea Kawin Kontrak yang Seru untuk Ditonton

27 Desember 2021
Akhir-akhir Ini Bandung Lebih Layak Disebut sebagai Kota Pengemis Dibandingkan Kota Romantis

Akhir-akhir Ini Bandung Lebih Layak Disebut sebagai Kota Pengemis Dibandingkan Kota Romantis

10 Agustus 2024
10 Ciri Kucing Pembawa Rezeki

10 Ciri Kucing Pembawa Rezeki

21 Februari 2023
Kita Butuh Jogja Rasa Ubud karena Nggak Semua Orang Jogja Bisa ke Ubud! terminal mojok.co

Kita Butuh Jogja Rasa Ubud karena Nggak Semua Orang Jogja Bisa ke Ubud!

28 September 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

28 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.