Cara Menikmati Hidup walau Terlahir Nggak Good Looking

Memangnya Perempuan yang Kita Anggap Good Looking Tak Boleh Mengeluh? mojok.co/terminal

Memangnya Perempuan yang Kita Anggap Good Looking Tak Boleh Mengeluh? mojok.co/terminal

Menjadi manusia yang mempunyai penampilan biasa-biasa aja sering kali dianaktirikan di semesta raya ini. Bagi saya ataupun kalian yang termasuk golongan biasa-biasa jelas tidak jarang merasa insecure. Lalu manusia-manusia GU (Gen Unggulan) tiba-tiba menjadi motivator untuk menyembuhkan ketidakpercayaan diri ini. Tak jarang mereka, para manusia GU mengatakan, “Tuhan telah menciptakan sesuai porsinya masing-masing.” Bukannya makin bersyukur, tapi mendengar ini malah pengin misuh-misuh dengan rasa insecure yang semakin membumbung. Lalu bagi manusia yang nggak terlahir good looking, bagaimana cara menikmati hidup yang fana ini?

Lha maksudnya apa gitu loh, jelas kalian wahai para manusia GU nggak pernah merasakan gimana rasanya menjadi butiran debu. Mau nyari kerja aja susah dan kudu berpenampilan menarik. Wong sudah biasa aja dari lahir mau dipermak seperti apa pun hasilnya biasa aja. Lha kamu tinggal joget-joget sambil sesekali nyisir rambut pakai jari, sambil sesekali memperlihatkan jidat yang paripurna, endorsement sudah datang layaknya gula dirubung semut. 

Bayangkan kalau saya dan manusia lainnya yang biasa-biasa aja ini, mau joget-joget, mau nyisir rambut. Yang terjadi bukan endorse yang datang, melainkan nyinyiran, cibiran, dkk.. Wes jan mbuh.

Memang tuhan menciptakan apa pun sesuai porsinya. Saya percaya itu. Mungkin kalau yang mengucapkan adalah manusia-manusia segolongan saya ini, rasa bersyukur mungkin bisa memuncak, perlahan kami mungkin memahami cara menikmati hidup walau terlahir biasa-biasa saja. Lah kalau yang mengucapkan adalah golongan manusia GU? Di pikiran saya bukan seperti termotivasi, melainkan seperti dimentahin, Guys.

Seiring berjalannya waktu, seiring pemikiran saya tentang penampilan yang semakin terbuka, tanpa mendengarkan motivasi-motivasi dari manusia GU, rasa syukur saya semakin bertambah dengan sendirinya. Sebab, saya percaya di balik yang Allah ciptakan pasti ada hikmahnya. Berikut beberapa hikmah dan enaknya menjadi manusia yang nggak good looking alias manusia biasa-biasa aja. Setidaknya kita jadi mengerti cara menikmati hidup tanpa mengandalkan penampilan luar.

Menjadi manusia yang bodo amat

Memang apa yang bisa kita lakukan sebagai manusia yang biasa-biasa aja ini selain mensyukuri dan menjalani dalam tahap kehidupan sehari-hari? Meskipun sering merasa nggak beruntung dan nggak bersyukur, yang tetap bisa kita lakukan adalah menerima kanti ikhlas tekan ati.

Hari-hari semakin berlalu dengan penampilan kita yang begitu-begitu saja. Secara tak langsung, ini membuktikan bahwa saya dan manusia yang nggak good looking lainnya bodo amat sama penampilan.

Lama-lama kita menjadi berani menampilkan diri yang apa adanya, tidak terikat dengan standar hidup masyarakat yang kadang kala nggak masuk akal. Seperti yang dikatakan Mark Manson yang kurang lebih seperti ini, “Bersikap bodo amat bukan berarti bodo amat terhadap segala hal. Tapi, berani tampil unik dan berbeda.” Nah, bagi kalian yang merasa seperti ini sudah selayaknya kalian berbangga diri.

Mempunyai tingkat kepercayaan diri yang tinggi

Gimana nggak mau percaya diri? Ketika setiap hari menjalani aktivitas dengan manusia-manusia good looking tentunya membuat saya mau nggak mau ya harus percaya diri. Meskipun kadang kala minder juga masih menggerogoti diri dan pikiran ini, setiap hari kita harus kuat untuk percaya diri. Hal itu menyebabkan tingkat kepercayaan diri semakin hari juga semakin bertambah. Percaya diri, mau dipandang sebelah mata pun ya tetap percaya diri. Sebab apa yang saya dan para manusia yang biasa-biasa saja ini banggakan hanya kepercayaan diri. Selain itu ya apa lagi?

Tahan banting

Dianaktirikan lantaran penampilan yang biasa-biasa saja ibarat menjadi lalapan dalam kehidupan sehari-hari. Ditolak kerja hanya lantaran penampilan yang kurang cakep banyak terjadi pada kaum-kaum seperti saya. Lalu bagaimana cara orang yang nggak good looking untuk tetap menikmati hidup? Mengingat konsep “keadilan sosial bagi seluruh rakyat good looking” ini selalu dipertanyakan.

Manusia nggak good looking ini sering gagal, gagal, dan gagal meskipun kadang jatah gagal sudah habis namun tetap aja gagal hanya karena penampilan. Hal ini menyebabkan kita (atau lebih tepatnya kami) seperti mempunyai “daya tahan gagal” yang lebih kuat sehingga bisa tahan banting.

Jauh dari nyinyiran, cibiran, dan hujatan

Pernahkah kalian mengira jika hidup orang good looking adalah suatu privilese tanpa embel-embel di belakangnya? Itu salah kaprah. Menjadi good looking sepertinya memang ada bagian mulus dan kasar nya. Di balik kemulusan yang selalu tampak, terdapat kekasaran yang dipendam sendiri.

Coba bayangkan, menjadi manusia GU lalu post poto, post joget-joget langsung followers wushhh bertambah tiada kira. Endorse mengalir bak air hujan pada bulan Desember alias deras banget. Namanya juga followers, pasti ada yang follow karena suka dan follow karena benci. Masalahnya adalah yang follow karena benci ini suka dengan gampang melayangkan hinaan, bullying plus paket combo dengan body shaming. Sudah segitu cakepnya saja masih dituntut sempurna.

Menjadi manusia yang biasa-biasa aja enaknya adalah nggak bakal dinyinyiri, dicibir, dan dihujat. Mau digituin ya percuma, diperlakukan seperti itu pun kami sudah tahan banting. Jadi, pembenci pergi dengan sendirinya sebab malas berurusan dengan orang yang tidak menggubris. Memang opo to yang pantas dihina?

Selalu ada hikmah dari wajah yang pasaran ini. Selalu ada cara menikmati hidup bagi kaum yang nggak terlahir good looking. Selain itu, kenapa tingkat syukur saya bisa bertambah dengan sendirinya tak lain adalah karena mahakarya filter Instagram. Kecanggihan yang membuat saya nggak perlu risau dan gundah untuk berselfie-selfie ria. 

Namun, pada kenyataanya, stereotip tentang “dunia diciptakan untuk orang-orang good looking” mau tak mau harus dibenarkan. Sebab sampai saat ini percaya atau nggak, penampilan lebih dihargai daripada kecerdasan dan kecakapan. Sepertinya kini, selain menggelorakan kesetaraan gender, sepatutnya juga menggelorakan kesetaraan perlakuan tanpa memedulikan good looking ataupun nggak. Asal bersih dan rapi kan cukup~

Photo by Cottonbro via Pexels.com

BACA JUGA Manusia Terbaik di Dunia Adalah yang Nggak Copot Jas Hujan Pas Mulai Terang dan tulisan M. Isnaini Wijaya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version