Alur Kerja Togel
Terlepas dari maraknya judi online yang membuat pelaku tidak perlu bertemu langsung dengan bandar, nyatanya, judi konvensional tetap saja ramai peminat. Maklum, tidak semua orang melek dengan perkembangan zaman. Mereka yang gagap teknologi tapi ingin berjudi menjadikan togel konvensional sebagai solusi. Voila, gayung bersambut bagi para bandar II.
Untuk bisa pasang nomer, pembeli togel konvensional haruslah mendatangi bandar II terlebih dahulu. Kemudian, di hadapan bandar II ini para pembeli akan menyebutkan nomer jitu beserta nominal taruhannya. Oleh bandar II, angka ini dituliskan di secarik kuitansi berlogo SYD–atau server lain, tergantung server bandar mana yang dikehendaki pemain.
Untuk menghindari kecurangan, kuitansi tersebut akan diberi stempel tertanggal hari pembelian nomor togel. Berikutnya, kuitansi tersebut akan difoto oleh bandar II untuk dikirimkan ke Bandar 1 via pesan WhatsApp. Pesan tersebut kemudian diteruskan ke Bandar darat utama (Bos darat). Bos darat utama inilah yang berhubungan dengan server bandar di luar negeri.
Setelah bandar II selesai memberi laporan pada bandar I, barulah kuitansi berisi nomer togel diserahkan kepada pembeli untuk disimpan. Tujuannya, agar pembeli memiliki bukti pencairan, kalau-kalau nomer yang dia pasang tembus. Oh, ya, dalam mengundi nomor togel, sang bandar tidak melakukannya sendiri, melainkan mengacu pada pengacakan oleh server bandar judi togel internasional di luar negeri.
Meskipun judi togel diklaim bisa menguntungkan hingga berkali-kali lipat dari jumlah duit yang dipertaruhkan, tapi, namanya juga taruhan, kemungkinannya hanya ada dua: menang atau kalah. Sayangnya, tak ada yang benar-benar menang di hadapan togel. Satu kemenangan akan menjadi candu yang mengantar pada pertaruhan demi pertaruhan lain yang sialnya, sulit untuk dimenangkan kembali. Hingga akhirnya, semua habis, tak bersisa, tinggallah nestapa.
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Pemburu Togel: Orang yang Nggak Tahu kalau Dirinya Tahu Ilmu Matematika, Semiotika, dan Hermeneutika