Kalimat “Manusia tidak ada yang sempurna” sepertinya nggak berlaku untuk beberapa calon mertua (camer). Perihal jodoh untuk anaknya alias menantunya kelak, orang tua cenderung sangat selektif. Walaupun sudah menjalin hubungan dengan baik dan yakin dengan pasangan. Tetap saja, beberapa orang tua masih memasukkan kriteria “ideal” menurut mereka (orang tua) bukan menurut pasangan (sang anak dan pasangannya).
Ideal dalam tulisan ini adalah standardisasi yang harus dipenuhi oleh calon menantu dari segi fisik. Iya serius, ideal dari segi fisik, ini calon mertua mau seleksi beauty pageant atau gimana nih?
Saya cukup bingung mendapat curhatan dua orang sahabat yang sedang merasa insecure akibat “tubuh yang tidak ideal”. Setelah saya telisik sebabnya, insecure tersebut datang karena dorongan orang tua sang pacar yang mengharuskan badan mereka ideal jika ingin berniat ke hubungan serius hingga menikah.
Saya nggak habis fikir, padahal saya tau jelas niat kedua pasangan ini menjalani hubungan serius nggak main-main atau sekedar uwu-uwuan aja. Kedua pasangan ini saling bertumbuh namun ditebas habis rasa yakinnya akibat kriteria ideal yang membuat saya melemparkan satu pertanyaan “emang orang tuanya juri Indonesia Next Top Model?”
Calon menantu perempuan harus memiliki bentuk badan bak biola Spanyol, sedangkan laki-laki harus kurus tinggi menjulang dada bidang. Sekali lagi, ini memutuskan jodoh untuk anaknya atau memutuskan jalinan kasih yang selama ini terbangun kokoh nih, hm?
Bukan kalimat dukungan untuk semakin menguatkan jalinan kasih sang anak dengan pasangan yang diberi. Tapi, sang calon mertua mirip banget kayak sales iklan obat penggemuk atau penurun berat badan dengan melontarkan pernyataan “gemuk gitu nanti apa kata tetangga!”, “Cari baju nikahnya susah nanti kalau gemuk gitu!”, “Penyebab susah hamil itu karena berat badan kurang lho sis!” Kiranya begitulah beberapa kalimat dorongan yang terlontar langsung dari bibir calon mertua atau melalui anaknya untuk segera diamanatkan kepada pasangannya.
Dua sahabat saya tadi menanggapi dengan berbeda, satunya yakin bahwa tidak hanya soal fisik saja yang harus diunggulkan. Hingga akhirnya ia sepenuh tenaga branding diri dengan kelebihan lain yang dimilikinya. Walau tetap saja, sang camer kekeuh mewajibkan calon menantunya tersebut harus berbadan ideal. Sedang satu sahabat saya lagi, beberapa kali masih dilanda insecure walau saat ini ia sedang menerapkan gaya hidup sehat. Sebab ia yakin, sehat bukan perihal berat badan, tapi perihal keseimbangan gaya hidup
Ternyata oh ternyata, standar tubuh ideal atau kecantikan tidak hanya memenuhi ruang-ruang media komersil kita ya. Tapi, sudah tertanam hingga menjadi prinsip calon mertua dalam memilih menantu.
Siapa pun kamu yang sedang berjuang untuk meyakinkan camer, apa pun halangannya tetaplah menjadi dirimu sendiri. Sebab, bagaimanapun yang menikah, menjalankan komitmen dan janji suci hingga mati adalah antara kamu dan pasangan. Bukan kamu dengan ibu/bapak dari pasanganmu.
BACA JUGA Buanglah Khayalan Romantis Pernikahan kalau Masih Serumah dengan Mertua dan tulisan Anisah Meidayanti lainnya.