Dulu jaya, kini dirundung duka
Bus trayek Jepara-Semarang seolah hidup segan mati tak mau. Penumpang sudah tidak seramai dulu. Tidak ada lagi teriakan kernet meneriaki penumpang biar siap-siap turun. Boro-boro mau menurunkan, ada penumpang naik saja sudah bersyukur.
Dimudahkannya proses kredit kendaraan, belum lagi dengan adanya travel Jepara-Semarang yang menjamur, dan ojek online membuat peminat bus trayek Jepara-Semarang menyusut. Isinya paling orang tua, orang ke pasar, atau orang macam saya yang mager naik motor menyeberangi kemacetan pantura.
Sekarang bus trayek ini juga semakin tidak semarak. Banyak bus yang tidak menyalakan TV-nya, atau bahkan hanya tinggal wadah penyangga tv tabung yang ada. Isinya sudah entah ke mana. Ramainya suara penyanyi pantura berganti dengan suara reot di sana-sini.
Semakin sedikit bus trayek ini yang beroperasi. Belum lagi kalau dapat saya kadang harus menelan pil pahit dioper pas sampai Demak Kota. Alasannya sederhana saja, sudah habis jam dan mungkin kalau mengangkut sedikit tidak nutut upahnya. Yah…
Bus legendaris ini memang menyebalkan. Dulu, saya sebagai penumpang sering harus makan ati kalau berhadapan dengan kernetnya. Tapi ketika hal tersebut tak lagi ada, rasanya ada yang hilang. Ternyata, hal-hal menyebalkan bisa jadi hal yang begitu dirindukan.
Penulis: Anisa Fitrianingtyas
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Review Bus PO Narendra Rute Ponorogo-Semarang: Berasa Melaju di atas Awan