Bus Bojonegoro-Ngawi memang tak sempurna, tapi bus ini bisa mengantar saya ke Yogyakarta
Sebagai insan yang mencoba memperbaiki nasib dengan mencari ilmu di kota orang, tentu bersinggungan dengan transportasi umum adalah suatu keharusan. Bersinggungan dengan berbagai macam transportasi umum. Meski bisa juga dengan menggunakan motor pribadi.
Walau begitu, naik motor dari Lamongan ke Yogyakarta adalah keputusan yang tidak terlampau bijak jika dilakukan setiap saat. Tahu sendiri kita harus menempuh jarak 281 km atau sekitar 7 jam lebih dengan menggunakan kendaraan pribadi, ya kalau sekali dua kali sih masih oke saja, tapi kalo setiap saat sih kayaknya banyak yang enggan melakoninya, maka naik bus adalah pilihan yang harus ditempuh.
FYI, dari Lamongan ke Yogyakarta harus melewati 5 kabupaten yang tidak bisa dianggap sepele. Harus melewati jalan berliku dan naik turun di Bojonegoro, melewati hutan wingit di Ngawi dan rumitnya jalanan kota Solo.
Dengan rumitnya perjalanan tersebut, naik bus tentu bisa jadi opsi, dan bus Bojonegoro-Ngawi adalah opsi yang teramat istimewa dengan segala fasilitas yang dimilikinya. Setelah itu, baru naik bus jurusan Yogyakarta. Ribet? Iya, tapi lebih murah.
Bus Bojonegoro-Ngawi, bus murah dengan kualitas yang… ya udah
Sejak SMA saya sudah sering menumpang bus Bojonegoro-Ngawi untuk bersilaturahmi ke rumah saudara yang ada di Ngawi. Jadi sudah tidak asing dengan bus yang terbilang berusia senja ini.
Sejak dulu hingga kini bus ini tidak ada perubahan sama sekali baik body maupun kursi penumpangnya, semakin eksotis dan futuristik saja batinku saat menaikinya. Bus Bojonegoro-Ngawi ini menggunakan bus kecil dengan kapasitas penumpang hanya 30 orang saja.
Tapi kenyataannya berkata lain. Bus ini tetap menaikkan penumpang meski sudah penuh. Belum lagi ketika pagi kita harus berbagi tempat dengan barang bawaan pedagang pasar yang jumlahnya tidak sedikit.
Bahkan ada juga bus Bojonegoro-Ngawi yang membiarkan lantai bis berlubang menganga hingga kita bis melihat kondisi jalan. Tidak jauh berbeda dengan kapal yang mendesain dek kapalnya dengan kaca agar kita bisa melihat terumbu karang.
Vrindavan lokal
Dengan kondisi bus yang penuh karat dan cat yang banyak terkelupas di mana-mana mengingatkan saya dengan viralnya bus Vrindavan yang viral di media sosial TikTok.
Maka tidak belebihan jika bus Bojonegoro-Ngawi disebut dengan bus Vrindavan versi kearifan lokal yang layak untuk dimaklumi. Meski untuk melakukan peremajaan bus tampaknya bukan perkara sulit.
Kita tahu Bojonegoro adalah salah satu kabupaten dengan PAD terbesar di Jawa Timur. Ditunjang oleh banyaknya sumber minyak yang bikin kabupaten ini jadi salah satu kabupaten terkaya di Jawa Timur.
The real APBD elite, transportasi publik sulit.
Tapi ya, sebagai kaum mendang-mending, saya nggak masalah. Bus Bojonegoro-Ngawi tetaplah jadi idola saya. Tetap jadi pilihan saya menuju Kota Istimewa, dengan segala kekurangan yang ada.
Penulis: Muhammad Rizal Firdaus
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten yang Sering Dilupakan