Bunga tabungan 0 persen ini bikin kita jadi ragu untuk menabung di bank
“Bing beng bang yok, kita ke bank. Bang bing bung yok, kita nabung. Tang ting tung hey, jangan dihitung. Tau tau nanti kita dapat untung”.
Kalian pernah dengar lagu itu? Lagu berjudul “Menabung” karya Titiek Puspa yang rilis sekitar 20 tahunan lalu ini memang sangat relevan di masa itu. Lagu ini merupakan bagian dari kritik sosial sekaligus nasihat pada era itu untuk jangan boros-boros, terlebih di masa-masa memasuki krisis ekonomi.
Tapi untuk era sekarang, nasihat dari lagu itu sepertinya sudah nggak relevan lagi, terlebih dengan kebijakan bunga tabungan 0 persen yang diterapkan oleh hampir seluruh bank di Indonesia.
Terhitung sejak 2010, bunga tabungan memang berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada dasarnya, bunga tabungan ini nggak diatur secara spesifik oleh Bank Indonesia. Sehingga tiap-tiap bank punya hak prerogatif sendiri dalam menentukan persentase bunga tabungan. Penurunan secara konsisten mulai terlihat jelas pada 2015-2022, dimulai dari angka 1,5 persen, turun terus hingga menyentuh rata-rata nol persen.
Kita ambil contoh dari tiga bank BUMN yaitu Bank BRI, BNI, dan Mandiri yang kompak menerapkan bunga 0 persen untuk nominal tabungan di bawah 50 juta. Ada penambahan sedikit di angka 0,5-0,6 persen jika tabunganmu di atas 500 juta.
Bayangkan saja, duit 500 juta hanya nambah 0,5 persen, dan itu per tahun lagi.
Kebijakan para bank yang menerapkan bunga nol persen ini nggak lepas dari upaya mereka untuk menekan cost of fund (biaya modal). Bank nggak mau membebani diri dengan tanggungan bunga tinggi kepada nasabah tabungan.
Kenapa? Karena tabungan nasabah itu kan nominalnya yah segitu-segitu aja. Beda dengan deposito. Bank sudah terbebani dengan bunga deposito yang rata-rata saat ini di kisaran 2-3 persen dengan durasi waktu pembagian bunga mulai dari 3 bulanan, 6 bulanan, 9 bulanan, dan seterusnya.
Menekan bunga tabungan di kisaran 0 persen juga untuk memberi kemudahan bagi bank dalam menyalurkan bunga kredit yang persentasenya lebih murah. Jadi kalau biaya yang ditanggung bank sedikit, otomatis bank lebih leluasa dalam menyalurkan pinjaman murah ke para kreditor.
Sebenarnya fasilitas menabung di bank ini masih bisa tetap bermanfaat meski bunganya 0 persen sekalipun. Alasannya jelas, yaitu menawarkan keamanan yang lebih terjamin ketimbang ditaruh di atas bantal atau di dalam celengan ayam. Tapi masalahnya, fasilitas tabungan di bank ini kan yo nggak gratis maszeh, ada biaya administrasi plus ada biaya layanan anjungan tunai mandiri (ATM) yang itu dipotong setiap bulannya.
Ilustrasinya begini, kalian nabung uang satu juta di sebuah bank yang kebetulan menawarkan bunga tabungan sebesar 0,50 persen per tahun (ini udah termasuk cukup tinggi untuk nominal tabungan segitu). Artinya kalian dapat 5 ribu/tahun. Tapi di sisi lain, tabungan itu menanggung beban biaya administrasi ditambah biaya ATM sekitar 10 ribu sampai 15 ribu per bulan. Kalau dikali setahun artinya duit kalian kepotong 120-180 ribu. Lha malah tombok.
“Ya tapi kan setahun saya nggak mungkin cuma nabung sejuta, bisa aja setiap bulan saya nabung sejuta jadi selama setahun totalnya 12 juta”.
Oke, tapi nabung 12 juta dengan bunga tabungan 0.50 persen, hasilnya cuma 60 ribu, bahkan nggak nutup buat biaya admin dan ATM-nya sebulan, wkwkwk.
Itu masih bicara persoalan ketika uang tabungan kalian hanya berhadapan dengan biaya administrasi dan ATM, belum menghadapi yang namanya inflasi, yang apesnya mungkin bakal tambah naik karena kenaikan BBM. Kementerian Keuangan memprediksi inflasi akhir tahun bisa mencapai 5 persen. Jadi uang tabungan kalian yang di bank itu, nilainya bisa terkikis 6 persen dalam setahun. Tambah ngenes nggak tuh.
Nabung di bank sampai 12 juta niatnya mau buat beli iPhone, eeh ketika cek saldo duitnya kepotong plus harga hapenya malah naik, kan yo orak menaki blas.
Kalau sudah begitu, masih mau nabung di bank? Harus kalian tahu, uang yang ditabung itu ibarat kamu nyuruh uangmu buat tidur-tiduran aja, yang sebenarnya bikin penyakit. Orang-orang yang kerjanya cuma tidur kan yo nggak sehat.
Sama halnya dengan uang, kalau mau kaya ya paling tidak uangmu disuruh kerja, alias diinvestasikan. Investasinya juga yang resmi seperti di pasar modal bisa melalui saham dan reksadana atau bisa juga investasi emas. Memang ada fluktuasinya, tapi lebih bertahan dalam menghadapi inflasi dan yang pasti nggak ada biaya administrasi.
Kalau memang mau menempatkan uang di bank, pakailah deposito yang basic-nya investasi, punya rekening tabungan cukup dijadikan alat transaksi aja, nggak perlu nimbun banyak-banyak, yang enak ya nanti pihak banknya.
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Hukum Riba dan Hukum Bunga Bank Itu Penjelasannya Kayak Gini