Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Budaya Buruk Pejabat Daerah yang (Sayangnya) Dianggap Sepele dan Biasa-biasa Saja

Mohammad Maulana Iqbal oleh Mohammad Maulana Iqbal
27 Mei 2023
A A
Kita Tak Butuh Ucapan Turut Berduka Cita dari Pejabat, Kita Butuh Aksi Nyata Mereka!

Kita Tak Butuh Ucapan Turut Berduka Cita dari Pejabat, Kita Butuh Aksi Nyata Mereka! (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Pejabat bukanlah dewa, yang segala tindak lakunya dianggap benar, meskipun ia pimpinan dari sebuah institusi pemerintah yang paling dianggap suci sekalipun. Justru menurut saya, nggak sedikit pejabat, khususnya yang di daerah itu, dengan fasilitas dan kekuasaannya, mereka justru berperilaku buruk. Kadang, mereka bertindak sewenang-wenang, dan nggak bisa membedakan mana kerja dan mana kehidupan persona. Semua campur aduk dan dibiasakan menjadi suatu budaya yang buruk.

Sebelumnya saya sempat menulis artikel tentang bagaimana nggak enaknya menjadi seorang ajudan dan honorer di instansi daerah. Kali ini masih tentang pengalaman saya kerja di pemerintahan, tapi nggak tentang saya-nya, melainkan tentang pengalaman saya melihat budaya buruk yang diadopsi pimpinan atau pejabat-pejabat instansi daerah tempat saya bekerja. Sepele tapi sangat merugikan negara.

Jam karet

Sebuah permasalahan klasik orang-orang Indonesia adalah jam karet, suka datang terlambat dengan dalih ngalor ngidul yang nggak jelas. Begitupun yang dilakukan oleh para pejabat di instansi daerah. Untuk datang ke kantornya, memang tepat waktu, karena di kantor ada absensi digital yang jika telat dikit aja, akan dikalkulasikan selama sebulan dan totalnya akan dipotong tukin dari yang bersangkutan.

Namun, bukan itu yang saya maksudkan. Melainkan jam karetnya para pejabat itu sering kali dilakukan kalau sedang ngadain kegiatan atau sedang menghadiri sebuah kegiatan. Mereka itu molooor banget. Saya pernah mendampingi pimpinan saya menghadiri sebuah pembinaan, yang mana pimpinan saya ini menjadi salah satu pematerinya.

Saya sudah mengingatkan pimpinan saya H-1 acara. Bahkan beberapa jam sebelum keberangkatan sudah saya ingatkan untuk segera siap-siap. Sopir pun begitu, sudah melakukan manajemen perjalanan, manajemen kemacetan, dan lain-lain. Tapi ya gitu, tetep aja pimpinan keluar ruangannya lelet.

Hingga pada akhirnya meskipun sopir udah ngebut, tapi tetep aja telat. Semenit dua menit sih nggak masalah, lah ini telat hingga satu jam. Bahkan saya melihat peserta itu udah kipas-kipas kepanasan di ruangan gedung pembinaan. Saya sendiri selaku yang mendampingi itu malu banget. Tapi pejabat-pejabat ini kayak nggak ada malunya datang telat, bahkan berlenggak-lenggok menggagahkan diri. Aneh, salah kok bangga.

Campur aduk urusan pribadi dan kantor

Hal yang paling kesel dan menurut saya sesuatu budaya yang buruk oleh pejabat daerah itu adalah mereka suka mencampuradukkan urusan pribadi mereka dan urusan kantor. Saya dan sopir kantor sangat sering mengalami itu.

Suatu saat pernah saya dan sopir kantor diajak mengikuti dan ikut riweh tahlilan kematian orang tua dari pimpinan saya yang berada di kampung halamannya dengan jarak tempuh empat jam dari kantor. Walhasil mau nggak mau saya dan sopir kantor harus menginap di kampung halaman pimpinan, dua hari satu malam.

Baca Juga:

Mobil Dinas Pejabat Itu Memang Harus Mahal, kalau Bisa, Pilih yang Paling Mahal Sekalian

Negara Bisa Hemat Lebih dari Rp2 Triliun kalau Mobil Dinas Pejabat Ditiadakan

Padahal loh ya, pimpinan ini punya sopir pribadi sendiri dan punya pembantu pribadi. Tapi kenapa saya yang selaku pegawai kantor dalam surat tugas saya, dan sopir kantor yang juga selaku pegawai kantor, ikut diriwehkan dengan urusan-urusan pribadi para pejabat. Terus buat apa sopir dan pembantu pribadinya?

Parahnya, pejabat ini izin sehari full nggak kerja sama sekali dari pagi untuk menempuh jarak jauh kampung halamannya, dan saya masih dibebankan tugas untuk ngurus media kantor di tengah keriwehan tahlilan. Jadinya kan campur aduk. Pribadi-pribadi aja, kantor-kantor aja gitu lo. Ngapain sih diulek-ulek semuanya.

Mentang-mentang mereka adalah pimpinan, seolah-olah semua urusan itu jadi satu. Nggak ada sekat mana pribadi dan mana kantor. Kebijakan mereka tak pernah mempertimbangkan konteks, yang penting mereka suka, ya udah, urusan bawahan yang melakukan.

Menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi

Nah, asal kalian tau, saya dan sopir kantor pergi ke kampung halaman pimpinan itu, menggunakan mobil dinas kantor. Bahkan bensinnya pun ikut bensin pengeluaran uang kantor. Kampret, emang. Kok, bisa-bisanya itu loh, apakah ini termasuk korupsi juga?

Belum lagi, terkadang pimpinan saya itu kalau habis menghadiri undangan itu sukanya mampir-mampir. Entah itu mau beli sesuatu, mau makan, dan lain sebagainya. Itu kan sama saja menggunakan fasilitas kantor untuk urusan pribadi. Lantas apakah ini bukan korupsi?

Kecil memang, nggak sampe ratusan bahkan jutaan atau miliaran. Tapi kalau itu terus dilakukan selama masa jabatannya, ya tinggal kalkulasi saja berapa totalnya. Sedikit dami sedikit, lama-lama menjadi bukit.

Dan, itu sulit untuk terdeteksi oleh lembaga hukum karena nggak terang-terangan mengambil atau mengalihkan penyaluran dana. Melainkan penyelewangan atau memanfaatkan alat kantor yang jumlahnya bahkan sangat kecil.

Mempersulit birokrasi yang mudah

Kalau kata para pejabat di pusat, reformasi birokrasi, itu bullshit, omong kosong semuanya. Nyatanya, ditataran bawah yang namanya birokrasi itu masih saja ada yang sulit. Faktor utama birokrasi sulit di tatanan bawah itu karena terdapat pimpinan yang nggak suka dengan individu tertentu yang akhirnya mempersulit birokrasi si individu ini.

Saya punya teman, yakni ajudan pimpinan sebelum saya yang mengalami hal nggak mengenakkan karena ia tidak disukai oleh pimpinan saya. Saya mengenal dekat dengan baik ajudan sebelumnya, ia merupakan orang yang cerdas. Namun, karena ia nggak disukai pimpinan, walhasil kenaikan jabatannya dipersulit, bahkan meskipun naik jabatan ia akan dimutasi ke tempat yang terpencil jauh diperkotaan.

Inilah yang terjadi di birokrasi tatanan instansi daerah. Masih banyak pimpinan atau pejabat daerah yang mengeluarkan kebijakan bukan atas landasan objektif, melainkan subjektif kepentingan pribadi yang berujung pada mempersulit birokrasi pada siapapun yang nggak ia sukai. Nggak heran kalau negara ini nggak maju-maju, kalau tataran bawahnya begini.

Miris nggak sih ngelihat tingkah pejabat kita dengan budaya buruknya. Apalagi ketika saya tanya pada kawan-kawan lain, mereka seolah-olah menganggap semua itu sebagai sesuatu yang biasa. Lah wong pimpinan kok, yo bebas. Seolah-olah itu terlegitimasi bahwa pejabat boleh melakukan segalanya.

Penulis: Mohammad Maulana Iqbal
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Motor Yamaha Terbaru Kades dan Lurah yang Menyimpan Masalah

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 27 Mei 2023 oleh

Tags: budaya burukjam karetPejabat
Mohammad Maulana Iqbal

Mohammad Maulana Iqbal

Terkadang sedikit halu.

ArtikelTerkait

Kelam Dunia Caddy Golf: Menjadi Simpanan Orang Kaya hingga Gaji ala Kadarnya

Kelam Dunia Caddy Golf: Menjadi Simpanan Orang Kaya hingga Gaji ala Kadarnya

29 November 2022
hal yang boleh dilakukan pejabat, hal yang boleh dilakukan pejabatAjang Penghargaan untuk Apresiasi Pejabat Publik yang Hobi Bikin Statement dan Aksi Aneh

4 Hal yang ‘Boleh’ Dilakukan Pejabat, tapi Jadi Gaswat Kalau Dilakukan Orang Biasa

21 Juni 2020
waktu salat ngaret jam karet nggak tepat waktu mojok

Kebiasaan Orang Indonesia Saat Janjian: Menyebut Waktu Salat sebagai Waktu untuk Bertemu

10 Oktober 2020
Betapa Anehnya Jika Calon Pejabat Masih Mencatut Silsilah Keluarga di Baliho terminal mojok

Betapa Anehnya Jika Calon Pejabat Masih Mencatut Silsilah Keluarga di Baliho

14 Agustus 2021
kebocoran data NIK Jokowi pejabat data pejabat mojok

Cacat Pikir Solusi Pemerintah Menanggapi Kebocoran Data: Sekalipun NIK Jokowi Bocor, Tidak Akan Dipakai untuk Pinjol

5 September 2021
Kita Nggak Butuh Pemimpin Melek Korea, Kita Butuh Pemimpin yang Beneran Peduli dengan Rakyat

Kita Nggak Butuh Pemimpin Melek Korea, Kita Butuh Pemimpin yang Beneran Peduli dengan Rakyat

23 November 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas Mojok.co

Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas

13 Desember 2025
Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
Suzuki S-Presso, Mobil "Aneh" yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

Suzuki S-Presso, Mobil “Aneh” yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

13 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label “Mobil Taksi”

16 Desember 2025
Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.