Honda merupakan salah satu penguasa kendaraan roda 2 dan 4. Nah, di artikel ini, saya tidak akan membahas Jazz, Civic, atau Accord. Kali ini, saya akan membahas tentang mobil terkecil Honda, yaitu Brio.
Pengantar sejarah Honda Brio: Kesuksesan Honda City yang menjadi pembuka
Pada akhir periode 90-an, Honda menyadari sesuatu. Jadi, harga dari salah satu produk terlaris mereka, Civic, sudah terlalu mahal untuk ukuran Thailand, Malaysia, dan Indonesia.
Maka dari itu, mereka membuat kendaraan yang lebih murah untuk menyaingi Toyota Soluna. Saat itu, Soluna menggebrak pasar Thailand. Maka, lahir Honda City, sedan kecil berbasis Civic EF. Kalau di Indonesia terkenal dengan nama Civic Wonder.
Penjualan City sangat sukses. Bahkan di India, model ini menjadi salah satu mobil terlaris pada tahun 1998. Tunggu dulu, ini kan sejarah Brio? Kenapa malah bahas City? Tenang, ini baru permulaan.
Milenium baru dan kelahiran Honda Jazz
Honda City mengukir sejarah baru di akhir tahun periode 1999. Maka, mereka menyegarkan City yang telah usang. Pada 2002, mereka melahirkan generasi terbaru di mana pengembangannya dilakukan di Thailand dengan berbasiskan Honda Fit/Jazz GD yang telah diluncurkan di Jepang 1 tahun sebelumnya.
Honda menggabungkan 2 elemen, yaitu kepraktisan ala MPV dan bagasi sedan. Hal ini membuat City generasi ini memiliki desain yang aneh, terutama di bagian belakang. Hasilnya, mereka harus menelan pil pahit. Penjualan City jauh lebih rendah dari generasi sebelumnya. Nah, dari kegagalan ini, lahir Jazz, the new best selling dari pabrikan Jepang itu.
Jazz masuk ke pasar Asia Tenggara untuk menemani City sebagai versi hatchback yang lebih praktis. Awalnya, Honda menargetkan Jazz sebagai produk niche yang menyasar segmen terbatas.
Namun, ternyata, Jazz ini sangat sukses karena desainnya yang unik dan segar. Loh, kok malah membahas Jazz? Mana sejarah Honda Brio? Sabar.
Honda Brio: From Bangkok to Mumbai
Kita masuk ke tahun 2010. Honda Jazz telah berganti generasi dan segmen hatchback semakin mahal. Jazz memberi ruang baru bagi Honda untuk mengembangkan produk baru yang lebih kecil dan murah.
Pada Delhi Auto Expo di tahun 2010, mereka meluncurkan New Small Concept. Sebuah mobil konsep untuk pasar negara berkembang, terutama Thailand yang baru saja membuat program eco car (serupa LCGC) dan India.
Pada awal 2011, lahir Honda Brio. Sebuah hatchback mungil bagi pasar negara berkembang. Brio meluncur dengan mesin yang sama seperti Jazz untuk pasar Eropa, yaitu L12B i-VTEC. Honda mengawinkan mesin ini dengan transmisi manual 5 speed atau otomatis 5 percepatan (India) dan CVT (Thailand).
Honda berharap Brio menjadi produk terlaris dan mengulangi kesuksesan City dan Jazz di India dan Thailand sebagai basis produksi. Namun sayang, kedua pasar tersebut tidak menerima Brio dengan baik.
Penyebab kegagalan Brio di India dan Thailand adalah ruang belakang yang sempit bagi postur tubuh orang India. Bagasinya sempit, serta desain Interior yang dicap murahan dan kurang baik.
Di Indonesia sendiri, Brio meluncur tahun 2012 dengan skema Completely Built Up (CBU) dari Thailand. Bedanya, untuk pasar Indonesia menggunakan mesin L13Z berkapasitas 1.300 cc dengan transmisi manual 5 percepatan dan otomatis 5 percepatan.
Saat meluncur, harganya Rp170 juta rupiah. Makanya, banyak yang menganggap Brio itu overprice dan terlalu kecil untuk harga yang mendekati Jazz. Namun, publik berkata lain, Brio mendapat sambutan yang baik di Indonesia.
Raja baru Indonesia
Pada 2013, pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan Low Cost Green Car (LCGC). Kebijakan ini bentuk dari usaha pemotongan pajak barang mewah kendaraan bermotor untuk mempermudah masyarakat Indonesia membeli mobil pertama mereka.
Makanya, Honda memasukkan Brio dengan spek yang serupa dengan India dengan mesin 1.2 i-VTEC dan merakitnya di Indonesia. Hal ini memangkas harga yang sebelumnya Rp160 sampai Rp170 juta, menjadi Rp89 sampau Rp111 juta rupiah saja.
Hal ini membuat Brio menjadi instant success. Penjualan bisa bersaing dengan lawan-lawannya di kelas LCGC. Brio juga mengubah namanya menjadi Brio Satya (untuk versi LCGC dan bertransmisi manual), Brio (untuk versi 1.2 otomatis), dan Brio Sports (untuk varian 1.3 cc CBU Thailand), serta menyematkan penambahan fitur seperti lampu kabut dan wiper belakang.
Honda juga memberikan penyegaran untuk Brio pada 2016 meliputi bemper depan, lampu, transmisi CVT serta interior yang diambil dari Mobilio. Mereka juga mengganti transmisi otomatis 5 percepatannya dan menyederhanakan tipenya menjadi 3 saja.
Hilang sudah Brio Reguler dan Brio Sport. Brio RS menggantikan keduanya. Untuk Satya, ia mendapatkan transmisi otomatis CVT. Karena penjualan yang terus meningkat, Honda meluncurkan generasi baru pada 2018, masih menggunakan platform dan interior yang sama seperti generasi sebelumnya.
Pernah menjadi mobil terlaris
Di generasi ini, Brio semakin memperkuat taji. Pada 2020, Brio bahkan berhasil menggeser Toyota Avanza sebagai mobil paling laris di Indonesia.
Hal ini merupakan pencapaian terbesar Honda selama di Indonesia. Brio memang pernah gagal. Tapi, kegagalan di satu tempat bisa menjadi keberhasilan di tempat yang lain.
Penulis: Antonio Marco Lukito
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Alasan Honda Brio Bisa Dapat Julukan Mobil Jamet
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















