Bagi masyarakat wabilkhusus pemuda pemudi indie yang hidup dan besar di Malang, pastilah sudah mengenal boso walikan atau bahasa yang dibalik. Jikalau belum, pasti mainmu kurang jauh pulangmu kurang pagi. Boso walikan merupakan bahasa yang mana struktur huruf dalam kata-nya dibalik sehingga membentuk kata yang baru, contohnya kata “kamu” jika di dalam boso walikan menjadi ”Umak”. Pembalikan katanya juga berlaku untuk bahasa Jawa seperti kata “sepurane” menjadi “enarupes”. Boso walikan Malang biasanya tenar digunakan dalam tongkrongan poskamling, pasar, dan warung kopi yang turut bersaing dengan bahasa Kedirian dan Jakartaan.
Dalam sejarahnya, boso walikan digunakan bahasa atau kode untuk menjamin kerahasiaan, efektifitas, dan komunikasi kepada sesama pejuang. Sekaligus untuk mengidentifikasi mana lawan atau kawan. Pada Maret 1949, Belanda banyak mengirim mata-mata ke dalam kelompok pejuang. Mata-mata belanda merupakan pribumi yang menguasai bahasa daerah sehingga mudah mendapatkan informasi dari kalangan pejuang arek Malang yang tergabung dalam Gerilya Rayat Kota (GRK). Sehingga berpotensi informasi bocor ke pihak Belanda, jika berkomunikasi dalam bahasa Jawa.
Selama 23 tahun hidup di Malang, ternyata nggak semua kata itu bisa dibalik seenak jidat dalam boso walikan. Pembalikan katanya dari yang saya amati itu disesuaikan dengan pengucapanya agar lebih mudah. Kata “menang” dalam boso walikan menjadi “nganem” bukan “gnanem”, hal ini dikarenakan “nganem” lebih mudah pengucapannya. Namun, tidak cukup sampai situ mengenai struktur kata dari bahasa tersebut, mari kenali lebih dalam dalam penjabaran berikut:
Pembalikan sempurna
Boso walikan Malang yang memiliki pembalikan sempurna memilki struktur yang seluruh hurufnya dalam dalam kata dibalik semuanya. Strukturnya yakni kata-kata yang awalannya memiliki struktur K1V1K2V2K3 berubah menjadi K3V2K2V1K1. Contoh kata yang menggunakan kata ini adalah kata dalam Jawa ”budal” atau dalam bahasa Indonesia berarti “berangkat” berubah menjadi “ladub”.
(Keterangan K: Konsonan V: Vokal)
Jika dibuat dalam contoh kalimat yakni Kamu wis budal durung (kamu sudah berangkat belum ) menjadi “Umak wis ladub durung?
Pembalikan sempurna ini banyak dipakai untuk kata kata dalam bahasa Jawa. Contohnya yakni, kabeh (Banyak) menjadi hebak, manuk (burung) menjadi Kunam, dewe (sendiri) menjadi ewed, dan masih banyak contoh lain.
Pembalikan semi sempurna
Pembalikan semi sempurna ini di mana di dalam kata yang sebagian hurufnya tidak dibalik. Struktur suku kata dalam pembalikan semi sempurnya ini yakni kata yang memiliki struktur K1V1K2V2 K3 K4 berubah menjadi K3K4V2K2 V1 K1. Dalam struktur tersebut katanya tetap dibalik, namun dua huruf dengan suku kata K3 dan K4 tidak dibalik. Contoh kata yang menggunakan struktur ini adalah kata “Malang” menjadi “Ngalam”.
Kebanyakan kata kata yang memakai struktur seperti ini adalah kata kata yang di akhir katanya terdapat huruf “ng”. Contoh yakni kering menjadi ngirek, lanang (laki-laki ) menjadi nganal. Eits jangan disalahartikan ya. Ada lagi nih kata sembarang berubah menjadi ngarambes. Kata kata yang menggunakan struktur ini jika dibuat kalimat contohnya yakni “orep ndek Malang gak iso sembarangan (hidup di Malang tidak bisa sembarangan)”, jika dibuat boso walikan menjadi “orep ndek ngalam gak iso ngarambes”.
Kata yang mendapat imbuhan, hanya dibalik katanya saja
Aturan ini sebenarnya sederhana, di mana kata yang mendapat imbuhan di-, dan –an, yang dibalik hanya katanya saja, imbuhanya tetap. Struktur katanya yakni di- K1V1K2V2K3 berubah menjadi di-K3V2K2V1K1, Hal yang sama juga berlaku untuk imbuhan –e dan –an. Contohnya yakni “disikat” menjadi “ditakis”, dan “menangan” menjadi “nganeman”.
Penggunaan boso walikan dengan struktur ini khususnya untuk yang menggunakan imbuhan di- biasanya dipakai untuk beberapa kata kerja, baik dalam bahasa Jawa maupun bahasa Indonesia. Sedangkan untuk yang menggunakan kata imbuhan –an biasanya digunakan untuk penekanan kata sifat.
Pada intinya boso walikan Malang tidak ada aturan yang benar benar baku layaknya bahasa Indonesia, karena boso walikan Malang sudah menjadi kultur yang mendarah daging. Pada boso walikan Malang prinsipnya di mana kata yang dibalik harus dapat diucapkan lebih mudah. Ayo Nalod ning Ngalam, ben gak ning hamur tok wae!
BACA JUGA Rekomendasi Wisata Nol Rupiah di Kota Malang dan tulisan Wikan Agung Nugroho