Saya bukan orang yang paham banget soal dunia komputer, tapi saya cukup mengikuti perkembangan trennya. Dalam lima tahun terakhir, standar spesifikasi untuk berbagai jenis komputer telah terjadi begitu cepat dan semakin ribet. Hal ini agaknya menuntut kita untuk mengubah cara pandang mengenai dunia komputer yang mengubah cara kita dalam menyelesaikan pekerjaan sehari-hari.
Beberapa waktu silam, salah satu adik sepupu saya yang tak lama lagi akan menjadi mahasiswa di jurusan desain ingin meng-upgrade komputernya untuk kebutuhan kuliah. Mengingat adik sepupu saya ini punya komputer dengan spesifikasi pas-pasan, serta budget yang mepet untuk upgrade, saya pun menyarankan untuk menambah RAM dan mengganti hard disk dengan SSD SATA III kapasitas 500 GB.
Meski kurang ideal, paling nggak komputer bisa digunakan dengan nyaman untuk jangka waktu yang panjang. Dari estimasi biaya yang dikeluarkan pun nggak sampai tiga juta untuk menikmati sebuah komputer lama dengan performa seperti komputer baru. Apalagi untuk kebutuhan desain grafis yang mesti menggunakan aplikasi macam Adobe Photoshop dan Illustrator yang terbilang berat.
Ketika kami berdua berdiskusi mengenai hal ini, bibi dan paman saya yang mendengar obrolan ini tiba-tiba menginterupsi. “Udahlah, nggak usah nambah RAM sama ganti SSD, nanti kamu jadi lebih asik main game daripada ngerjain tugas kuliah,” ujar paman saya kepada anaknya itu. Tak lama setelah paman berkata demikian, bibi saya pun ikut berargumen, “Kalau aku sih punya spek komputer segitu masih bisa sabar, toh kalo cuman ngedesain doang mah nggak perlu spek sampe segitu.”
Sebelum masuk ke inti pembahasan dari tulisan ini, saya ingin sedikit meluruskan pemahaman tentang RAM dan SSD. RAM atau Random Access Memory, punya fungsi memproses data ke prosesor ketika pengguna komputer melakukan komputasi berdasarkan aplikasi yang digunakan. Gampangnya, semakin besar RAM yang kita miliki, semakin cepat pula komputer memproses aplikasi yang kita gunakan.
Sedangkan SSD atau Solid State Drive adalah komponen yang berfungsi untuk menyimpan data. Prinsipnya sama saja seperti hard disk. Namun, yang membedakan antara hard disk dengan SSD yaitu cara kinerja dari komponen itu sendiri. Hard disk, memiliki komponen cakram untuk mengakses suatu data atau aplikasi yang kita simpan. Dan konsekuensinya adalah kita mesti menunggu lebih lama ketika mengakses sebuah aplikasi.
Berbeda dari hard disk, SSD justru tidak memakai komponen penggerak untuk mengakses data. Mereka menggunakan chip untuk memproses aplikasi yang diminta oleh prosesor. Dan sudah barang tentu, respon dan performanya pun jauh lebih cepat ketimbang hard disk ketika mentransfer data dan membuka aplikasi. Kecepatan tertinggi hard disk ketika mentransfer hanya mentok 150 Mbps. Angka itu pun nggak bisa dicapai dengan konsisten. Sedangkan SSD, untuk jenis SATA seperti hard disk, punya kecepatan konsisten di 400 Mbps.
Jadi secara sederhana, kecepatan yang dimiliki oleh SSD dalam kondisi standar pun masih lebih cepat ketimbang hard disk sekalipun berada pada kecepatan yang paling tinggi. Intinya adalah SSD dan RAM ini saling bersinergi dalam memaksimalkan performa komputer. Kedua komponen ini merupakan perpaduan ideal untuk mengoptimalkan proses komputasi meski prosesornya adalah keluaran lama.
Nah, berkaitan dengan pendapat paman dan bibi saya yang merupakan kalangan generasi tua, rasanya sangat nggak adil ketika beliau-beliau ini menggeneralisir kebutuhan calon mahasiswa jurusan desain dengan kebutuhan mereka yang sekadar ngetik-ngetik doang.
Walau sebetulnya saya nggak masalah dengan opini tersebut, namun sebagai orang yang cukup mengikuti perkembangan dunia komputer, saya bertanggung jawab untuk meluruskan anggapan yang salah kaprah itu. Komputer bukanlah sebuah benda seperti panci atau sendok yang bisa terus-terusan awet selama nggak dibanting dari gedung lantai 100 atau ditimpa gerombolan Si Berat. Benda satu ini terus mengalami pengembangan seiring dengan kemajuan teknologi yang makin rumit.
Saya sama sekali nggak mendesak kedua orang tua adik sepupu saya ini untuk segera mengganti komponen, tapi saya mencoba untuk memberikan pemahaman bahwa solusi paling efisien dan nggak merepotkan adalah dengan menambah RAM dan mengganti harddisk dengan SSD.
“Bukannya gimana-gimana, Bi, tapi saya khawatir kalau nanti mesti ngeluarin uang lebih banyak di pertengahan semester. Takutnya kebentur sama biaya semesteran atau uang bulanan,” jelas saya kepada bibi.
“Iya, tapi apa emang harus secepet itu? Kan kalau cuman ngedesain doang mah mestinya harus bisa lebih sabar. Lagian nggak ada salahnya dia sabar lima sampe sepuluh menit pas ngerjain tugas. Ini sih cuma masalah disiplin sama waktu aja,” respon bibi saya. Memang sih, ngerjain tugas adalah perkara disiplin soal waktu.
Namun yang jadi masalah, apa kita bisa benar-benar bersabar tatkala kita mengerjakan sesuatu yang mestinya bisa lebih cepat tapi kemudian tertahan oleh hal yang remeh? Ibarat mau beli galon ke warung yang jaraknya 100 meter dari rumah tapi tahunya rantai motor ambrol? Kan nyebelin ya. Yang tadinya beli galon itu hal sepele seketika jadi sesuatu yang bikin runyam. Tadinya kita harus ngeluarin 30 ribu malah nambah jadi 300 ribu. Amsyong bener dah!
Saya pun merasakan sendiri perbedaannya. Saya pernah numpang pakai komputer teman yang punya spesifikasi kelas atas dari sisi RAM, VGA, dan prosesor untuk export foto serta video yang nggak terlalu banyak dikasih efek. Sayangnya, kawan saya masih menggunakan hard disk dan mempengaruhi durasi export dan render jadi lebih lambat.
Namun, berbeda ketika saya memakai laptop dengan spesifikasi lebih rendah tapi menggunakan SSD sebagai storage, kedua proses itu berjalan lebih cepat 2-3 menit. Bahkan durasi tersebut berjalan dengan konsisten dan hampir nggak ada penurunan signifikan. Kebayang dong, SSD bikin user semakin nyaman mengerjakan sesuatu dan memangkas waktu meski hanya 2 sampai 3 menit.
Saya pikir edukasi tentang perkembangan teknologi kepada generasi tua rasanya penting untuk diupayakan. Pasalnya, banyak di antara mereka yang hanya memahami dari satu sisi tanpa melihat sisi lain dari kegunaannya. Disadari atau tidak, gadget atau berbagai jenis komputer yang kita miliki adalah salah satu bentuk investasi yang menunjang semua pekerjaan kita. Karena nyatanya, ketika mengikuti kemajuan teknologi maka kita bisa menentukan skala prioritas dengan bermacam-macam opsi sesuai kebutuhan kita. Lantas, kenapa orang tua mesti khawatir?
BACA JUGA SSD vs HDD, Mana yang Paling Baik untuk Perangkat Kita? dan tulisan Muhammad Yusuf lainnya.