Jadi tempat baru bagi warga untuk menghabiskan duit
Saya ingat pernah menulis di Terminal Mojok, bahwa Kota Pekalongan itu layak disebut dengan kota bisnis. Tulisan itu nggak hadir dari ruang hampa. Di sini memang banyak pengusaha-pengusaha hebat dan tentu kaya, walaupun tak sekaya Rayyanza Malik Ahmad. Mulai dari pengusaha batik, kuliner, mori, tekstil, dan masih banyak lagi. Selain para bos, karyawan di Pekalongan juga kece-kece.
Jangan salah, para buruh di sini adalah kelompok masyarakat yang berduit. Berbeda dengan pedagang kecil yang omsetnya berkali-kali lipat lebih sedikit dari modalnya.
Terbukti setiap tanggal 1 Mei, jalanan dan pusat kota selalu sepi. Nyaris nggak ada buruh yang berdemo atau melancarkan aksi protes. Itu menandakan kalau buruh di sini sudah sangat sejahtera. Kesejahteraan buruh inilah yang pada gilirannya akan melahirkan sikap konsumerisme.
Warga Pekalongan makin konsumtif makanya butuh tempat untuk ngabisin duit. Dan McDonald’s adalah tempat yang sangat amat tepat buat ngabisin duit. Dengan harga yang “terjangkau”, warga Pekalongan bisa langsung memborong semua menu di McDonald’s. Bukan begitu?
Kehadiran McDonald’s bisa menutupi UMR Pekalongan yang kecil
Lagi pula kehadiran outlet McDonald’s di Kota Batik juga akan berperan penting untuk menutupi UMR Kota Pekalongan yang terbilang sedikit. Selama ini warga Pekalongan juga toh sudah menganggap bahwa gaji UMR yang kini menyentuh Rp2,3 juta sekian itu termasuk tinggi.
Warga Pekalongan yang menganggap UMR adalah upah tertinggi dan dibukanya outlet McDonald’s menjadi perpaduan mantap untuk menutup realita bahwa UMR di sini tak cukup untuk hidup sebulan. UMR pada akhirnya akan semakin dianggap upah tertinggi oleh warga Pekalongan. Apalagi para buruh di Pekalongan, yang tak sedikit dari mereka adalah usia produktif dan masih muda, rajin menghamburkan uangnya ke outlet-outlet junk food, tak terkecuali McDonald’s.
Para pemangku kebijakan, terutama yang berwenang memutuskan angka UMR di Kota Batik pasti akan melihat bahwa dengan UMR segitu saja, masyarakat Kota Pekalongan bisa jajan McDonald’s. Jadi, UMR tak perlu dinaikkan, karena kalau dinaikkan warga Pekalongan akan tambah konsumtif. Dan konsumtif adalah sifatnya setan.
Penulis: Muhammad Arsyad
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Hidup di Kota Pekalongan Itu Menyenangkan, Saya Lagi Nggak Bercanda, Semenyenangkan Itu!