Betapa Menyebalkannya Budaya Injak Sepatu Saat Ada yang Pakai Sepatu Baru

Deddy Corbuzier, Vans, Ventela: Tentang ATM dan Mimikri demi Konten terminal mojok.co

Suatu ketika, saya pergi ke kantor memakai sepatu yang baru saja saya beli. Sepatu kulit yang memang sudah lama saya idam-idamkan. Wajar begitu bisa membelinya dari uang tabungan sendiri, saya senang bukan main. Dan sehari berselang setelah membeli, saya langsung menggunakan sepatu tersebut ke kantor dengan hati-hati. Namanya juga sepatu baru, pakainya masih disayang-sayang. Biar awet.

Begitu tiba di kantor, beberapa teman yang menyadari bahwa sepatu yang saya pakai baru, mereka langsung berkata, “Ciee.. Sepatu baru, nih?” Perkataan tersebut bikin saya salah tingkah. Mau jawab iya tapi ada rada sungkan dan khawatir dibilang sombong, tapi kalau saya bilang bukan sepatu baru, pasti percuma karena mereka tidak akan percaya dan menganggap saya berbohong. Jadi, pada akhirnya saya putuskan untuk berkata apa adanya.

“Iya, sepatu baru, nih. Baru beli kemarin. Bagus, kan?” Jawab saya sekalian pamer. Mereka mengiyakan apa yang saya katakan. Katanya, sepatu saya memang keren. Tapi, tak lama berselang, tanpa diduga dan ketika saya lengah, beberapa teman langsung datang menghampiri saya dan menginjak sepatu baru saya sambil berteriak, “CIEE SEPATU BARU, KENALAN DONG!” Betul-betul random tingkah mereka dan satu yang pasti, bedebah betul. Bikin saya kaget sekaligus sepatu baru saya jadi terlihat kotor. Sudah pasti ini mengurangi kegagahan sepatu barunya.

Tingkah laku seperti itu memang tidak asing bagi saya. Dari SD hingga sekarang, saya masih dihadapkan dengan beberapa teman yang memiliki tingkah laku serupa. Menginjak sepatu baru yang dikenakan oleh seorang teman. Seakan sudah menjadi budaya untuk sebagian orang dan menjadi kesenangan tersendiri ketika melihat sepatu baru langsung kotor.

Nah, masalahnya, ketika saya tanya alasan beberapa—lebih tepatnya banyak—teman, mereka hanya bilang, “Ya, biar nggak keliatan baru banget aja sepatunya, mangkanya diinjek supaya kotor.” Lha, gimana, sih? Orang yang punya sepatu sudah jaga sepatunya baik-baik, orang lain kok malah seenaknya mengotori.

Tapi, sambil berlalu, saya pikir, ya sudahlah. Saya anggap itu bagian dari keisengan teman ke temannya yang lain. Namun, mereka juga harus sadar, nggak semua orang biasa aja atau terima dengan perlakuan seperti itu. Bisa aja kan, ada seseorang yang nggak terima sepatu barunya sampai kotor begitu? Kalau dia sampai marah, gimana? Jadi, mungkin harus dilihat terlebih dulu orangnya seperti apa dan bagaimana.

Makanya, untuk mengakali hal tersebut, agar tidak diinjak sampai kotor, saya sudah memiliki cara dan jawaban tersendiri ketika ditanya sepatu baru atau bukan.

Pertama, jawab aja sepatu ini pinjam punya teman. Terlepas dari percaya atau nggak, beberapa teman akan sungkan sekaligus segan untuk mengotori atau merusak kepunyaan yang bukan milik kita. Kedua, jawab aja ini sepatu lama yang baru atau jarang dipakai, jadi jarang keliatan kalau kita lagi pakai sepatu tersebut. Ketiga, dan ini yang sering saya lakukan, saya mengotori dan menginjak sepatu saya sendiri sampai terlihat sedikit kusam. Karena saya pikir, lebih baik dikotorin sama diri sendiri lah, dibanding sama orang lain yang bahkan bisa jauh lebih kotor nantinya.

Meskipun begitu, nggak semua teman kesal atau marah ketika sepatu barunya dikotori. Sebagian teman yang lain malah suka ketika sepatu barunya diinjak sampai kotor. Alasannya, mereka sendiri risih dengan sepatu yang masih baru dan terlihat kinclong. Untuk sebagian merek, belum lagi ada sensasi kaku gimana gitu. Jadi, biar sepatunya lemes dan nyaman digunakan, katanya. Apalagi untuk beberapa merek seperti Converse dan Vans. Banyak yang berpendapat, kedua sepatu dengan merek tersebut akan lebih terlihat keren jika agak kusam. Malah kalau bisa ada sedikit robekan.

Walau pada akhirnya, sepatu yang digunakan akan rusak dengan sendirinya, berbanding lurus dengan cara dan lamanya pemakaian, tapi nggak salah dong jika saya menjaganya sedari awal dibeli? Apalagi dibeli dengan uang yang ditabung sendiri. Butuh perjuangan tauk! Biar aja deh saya dibilang posesif sama barang kepunyaan, saya cuma kepengin jadi orang yang apik ketika menjaga barang. Syukur-syukur kalau barangnya awet dan bisa digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama, kan.

BACA JUGA Membeli Sepatu Itu Nggak Selalu Mudah, Sering Rumitnya atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version