Beruntunglah Kalian Para Jomblo

jadi jomblo

jadi jomblo

Di era modern ini status seseorang seakan menjadi penting untuk diperbincangkan—apalagi status jomblo kadang seperti kutukan bagi pemiliknya. Bahkan ada juga yang meledek tanpa segan, “OMG hari gini jomblo! Apa kata bapaknya Obama.” Nyebelin banget nggak sih? ckckck

Tapi tenang, gaes—gue akan membela lu para jomblo-jomblo, biar nggak bersedih hati lagi, yang tentunya menjadi makhluk yang paling beruntung di dunia maya ini. Nah kenapa gue bilang beruntung jadi jomblo, berikut beberapa alasannya.

Pertama, dari segi ekonomi jomblo lebih ekonomis. Kenapa gue ngomong ekonomis, dengan status lu yang jomblo, lu gak perlu pusing-pusing mikirin buat nraktir pacar lu di malam Minggu Miko. Soal traktir mentraktir pacar ini begitu menyiksa lahir dan batin dan tentunya bikin kantong lu semakin kering.

Gue punya temen yang masih pengangguran alias belum bekerja—dengan segenap jiwa dan raganya ia memutuskan meninggalkan masa lajangnya dengan berpacaran. Pada hari pertama jalan dengan pacarnya mereka pergi ke salah satu mall yang berada di kota Depok, sang pacar meminta nonton bioskop. Akhirnya temen gue menurutinya, dengan membayar uang sejumlah 70 ribu rupiah untuk dua buah tiket. Karena temen gue ini orangnya sangat loyal, ia belikan pacarnya minuman kemasan di loket bioskop itu. Namun, betapa terkejutnya temen saya—walaupun nggak sampek keluar matanya lalu menggelinding gitu, gaes—ketika sang pelayan kasir menyebutkan harga satuannya 25 ribu. Jadi kalau beli dua udah 50 ribu kan yah. Tapi, nggak mungkin dong kalau nggak jadi beli, “mau ditaruh di mana muka gue bro,” kata temen gue menceritakan pengalamannya.

Lagi-lagi sambil menunggu filmnya mulai karena dirasa masih lama jam penayangannya, ia mengajak pacarnya untuk makan. Sesudah makan maka tibalah saatnya untuk membayar. “Semuanya jadi 100 ribu, mas,” kata kasir sambil memberikan notanya dan— mau tidak mau—temen gue harus mengeluarkan uang dari kantong ajaibnya walau dengan perasaan berat hati berlinang air mata.

Kalau kita jumlahkan 70 ribu + 50 ribu +100 ribu sama dengan temen saya sudah mengeluarkan 220 ribu total. Mungkin bagi seorang yang bekerja, uang segitu tak berarti apa-ap. Tapi bagi temen gue yang pengangguran uang 220 ribu itu sangatlah berarti—bisa untuk beli rokok ketengan satu bulan, gaes. Wajar saja kemudian jika menjadi apa-apa—karena bagi temen gue yang uang jajannya masih disubsidi sama emak bapaknya, bukan sama pak presiden Jokowi loh ya!—itu adalah jumlah yang cukup besar.

Itu duit jatah gue satu tahun bulan bro, kata temen gue menceritakan dukanya setelah kencan pertamanya dengan pacar barunya. Keesokan harinya temen gue romantis—rokok makan gratis—lagi, gaes dan lebih memilih jomblo kembali.

Jadi intinya lu beruntung, mblooooo—setidaknya lu tak perlu mengalami kejadian tragis seperti yang menimpa temen gue itu. Soalnya kalau jomblo kan cukup malam Minggunya beli gorengan satu yang harga seribuan ditambah Marimas rasa jambu yang gopekan, berarti malem Minggunya cukup dengan mengeluarkan serebu maratus. wkwkwk
Yang kedua, dari segi kebebasan jomblo lebih leluasa—mau ngapain aja, nggak ada yang ngelarang. Lu pernah lihat temen lu nggak, yang mau ini, mau itu banyak sekali—udah kayak lagu Doraemon yhaaa—harus izin sama pacarnya dulu. Ngomong-ngomong, itu pacar apa nyokap lu, gaes.

Belum lagi kalo temen gue ketahuan ngerokok sama pacarnya, diceramahin udah. Mending ceramahnya menyejukkan, kadang itu radikal, gaes—sambil nyubit perih gimana gitu, “Ayang, ngerokok itu nggak baik untuk kesehatan.” Kira-kira begitu isi ceramahnya sambil tangannya nyubit asyik gitu. Sesekali gue becandain temen gue yang lagi diceramahin sama pacarnya, “tuh denger kata Mamah. Ngerokok itu nggak baik—kalo sebatang mah, kalo sebungkus baru tambah paraaaaaah.” Ckckck—ketawa jahat.

Belum lagi harus bales chatnya sang pacar setiap saat, kalo telat balesnya satu menit ajah bilangnya, “kamu udah gak sayang lagi sama aku.” Helloooooo, seribet itukah pacaran? Itu pacaran apa mengingat Tuhan sih, gaes—harus setiap saat banget kayaknya. Sekali lagi, lu beruntung jadi jomblo, karena jomblo mah bebaaaas~
Tapi—tetap aja—jomblo mah selalu sendiri, selalu kesepian, walaupun dalam terlihat tegar dari luar, dalam hatinya mah kacau. wkwkwk

Exit mobile version