Saat ini, keterkaitan antara manusia dengan HP menjadi sangat erat. Hampir semua kegiatan bisa dilakukan melalui layar beberapa inci saja. Mulai dari belanja, bekerja, hingga menjalin jejaring dengan dunia luar. Meski erat, manusia kadang suka berganti-ganti HP dalam beberapa waktu. Tentu saja ini mengikuti perkembangan teknologi, selain terkadang memang perlu untuk gaya. Sedikit sekali mereka yang bisa bertahan dengan satu HP selama bertahun-tahun. Dan satu dari sedikit orang itu adalah saya.
Saya bisa dibilang adalah orang yang sangat lama bertahan dengan satu HP saja selama bertahun-tahun. Sejak pertengahan 2016 hingga sekarang (nyaris enam tahun), HP yang saya gunakan sehari-hari untuk segala keperluan, ya cuma satu, yaitu Xiaomi Redmi Note 2. Di tahun itu, Redmi Note 2 saya beli dengan harga 2 jutaan. Ia sudah cukup canggih dan pas buat saya saat itu. Ya, setidaknya untuk keperluan medsos, komunikasi, keperluan kuliah, dsb, sudah cukup, lah.
Maklum, ini adalah HP android pertama saya. Selama bertahun-tahun sebelumnya, saya adalah pengguna Blackberry. Bahkan, saya juga bertahan nyaris lima tahun dengan Blackberry saya. Ketika semua orang sudah mulai berpindah ke android, saya masih saja stay di Blackberry karena memang sudah nyaman dan malas ganti. Baru ketika akan masuk kuliah pada 2016, saya memutuskan untuk berganti ke HP android dan memilih Xiaomi Redmi Note 2 sebagai HP baru saya. Saya pilih yang sesuai budget aja, lah.
Di tahun-tahun pertama, HP Xiaomi Redmi Note 2 ini sudah menyenangkan sekali untuk dipakai. Layarnya sudah cukup lebar, kamera masih cukup bagus (untuk saat itu), dan memorinya pun cukup. Dengan spesifikasi RAM 2 GB, dan memori 16 GB, rasa-rasanya sudah cukup dan tidak terpikir untuk ganti HP di tahun-tahun setelahnya. Tidak ada yang namanya memori penuh, HP lemot, atau permasalahan lainnya. Performanya masih aman, lah.
Permasalahan tentang performa mulai muncul di sekitar tahun ketiga. Saat itu, ketika semua aplikasi sudah gencar meng-update performanya, mau tidak mau aplikasi-aplikasi yang ada di HP saya juga minta di-update. Maka saya update, lah, aplikasi-aplikasi seperti Instagram, Twitter, dan lainnya. Pun dengan sistem MIUI yang juga minta di-update.
Setelah banyak aplikasi yang saya update. Otomatis memori juga termakan cukup banyak. Di sini lah permasalahannya, HP android seperti Xiaomi Redmi Note 2 yang memorinya berkapasitas 16 GB tentu tidak akan muat banyak. Sudah sepertiganya termakan oleh aplikasi sistem yang tidak bisa dihapus, sisanya untuk aplikasi yang minta di-update terus dan memakan banyak ruang. Sejak tahun ketiga hingga sekarang, sisa memori di HP saya tidak pernah lebih dari 500 MB. Kasihan banget, kan?
Padahal aplikasi yang saya gunakan juga tidak terlalu berat. Hanya Instagram, Twitter, Line, FaceBook, WhatsApp, Gojek, Mobile Banking, itu saja. Saya juga tidak main gim atau main TikTok. Kalau dilihat memang tidak banyak, tapi kenyataannya aplikasi-aplikasi ini sudah cukup memakan ruang di memori penyimpanan.
Walhasil, memori di HP saya selalu nyaris penuh dan itu berpengaruh terhadap performa yang perlahan mulai lemot. Saya juga jadi harus rajin membersihkan cache di masing-masing aplikasi supaya memori HP saya tidak penuh-penuh banget. Ya meskipun itu tidak akan menghilangkan notifikasi “penyimpanan Anda nyaris penuh, hapus aplikasi bla bla bla”.
Meskipun performanya sudah merosot, saya tetap memutuskan tidak mengganti HP ini. Alasan pertama, ya karena belum punya uang untuk ganti HP yang lebih baru. Kalau saya punya uang, ya sudah dari dulu saya ganti HP yang lebih mumpuni. Berhubung tidak punya uang, ya bertahan dengan Redmi Note 2 juga oke-oke saja, kok. Alasan kedua, ya karena fungsi utama HP saya ini masih bagus. Meski butut, Redmi Note 2 milik saya ini masih bisa digunakan untuk berkomunikasi, main medsos, berkirim via surel, baca-tulis dokumen, dan nonton YouTube. Selagi fungsi-fungsi vital itu masih oke, buat apa juga ganti HP baru?
Tapi siapa juga, sih, yang tidak mau punya HP yang lebih mumpuni. Saya pun sebenarnya pengin juga punya HP yang lebih oke, memorinya lebih banyak, performanya juga yang ciamik. Berhubung saya punya keterbatasan biaya dan punya prinsip yang lebih mengedepankan fungsi, jadinya saya belum bisa ganti HP baru karena tidak punya biaya dan fungsi HP saya masih cukup oke.
Mungkin saya akan menunggu Xiaomi Redmi Note 2 saya rusak dulu baru ganti HP. Kalau itu sampai terjadi, pasti akan jadi momen perpisahan yang sedih. Pasalnya, bertahan bertahun-tahun dengan Redmi Note 2 itu memang berat, tapi sekaligus menyenangkan.
Penulis: Iqbal AR
Editor: Audian Laili