Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Berjibaku Naik KRL di Bawah Bayang-Bayang Virus Corona

Widi Kurniawan oleh Widi Kurniawan
13 Maret 2020
A A
naik krl

Berjibaku Naik KRL di Bawah Bayang-Bayang Virus Corona

Share on FacebookShare on Twitter

Sebuah pesan WA sempat membuat saya terhenyak ketika membacanya.

“Kamu jahat! Udah gak sayang keluarga ya?”

Belum sempat menghela nafas dan berpikir panjang, istri saya kembali melanjutkan pesan WA-nya.

“Kok hand sanitizernya engga dibawa sih?”

Jeng, jeng. Seketika saya sadar lupa membawa hand sanitizer yang sudah susah payah dibelikan istri sejak hari pertama diumumkan bahwa ada yang positif corona di Indonesia.

Ketika kami ketemu di rumah sepulang kerja, obrolan itu berlanjut. Saya dibilang sebagai orang paling beresiko terkena segala macam virus dan bakteri dibandingkan semua anggota keluarga yang tinggal di rumah kami. Iya, karena pulang pergi saya naik KRL Commuterline, masih lanjut naik MRT dan di kantor pun ketemu banyak orang. Belum lagi kebiasaan saya mampir-mampir sepulang kerja. Tukang gorengan sering saya datangi, Indomaret dan Alfamart juga kerap saya sambangi. Intinya saya beresiko.

Wajar kalau istri saya jadi sangat care dengan saya. Bahkan pas saya bilang kalau masker udah kemahalan untuk dibeli dan saat saya berlindung dengan kata-kata Pak Menkes yang mengatakan bahwa orang sehat nggak perlu pakai masker, istri saya kembali meluncurkan argumen yang sulit dibantah.

“Menkes kan bukan suami aku! Memangnya dia tiap hari naik KRL?”

Baca Juga:

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Wahai generasi yang belum nikah. Tak perlu serem saat diomelin istrimu kelak. Itu tandanya pasangan kamu sangat care dengan kamu.

Saya memang penumpang harian KRL Commuterline Bogor-Jakarta PP. Tiap pagi dan sore jangan ditanya gimana padatnya. Tiap hari keinjek sudah biasa. Tiap hari kedorong dan mendorong sudah biasa. Lihat orang berantem sudah biasa. Diomelin dan ngomelin orang di kereta sudah biasa. Lihat orang pingsan juga biasa.

KRL sudah lama hadir sebagai transportasi massal di Jabodetabek yang digunakan oleh semua kalangan, kecuali kalangan atas tentunya. Saya pun andai nggak terpaksa ya nggak mau susah payah naik KRL, hal yang sebenarnya dirasakan sama oleh ratusan ribu penumpang lainnya.

Masalahnya tinggal di daerah pinggiran dan kerja di Jakarta itu tak bisa ditempuh dengan jalan kaki atau naik sepeda kayuh. Motor Astrea Grand 91 saya juga tak bakalan sanggup diajak melaju tiap hari dengan jarak tempuh seperti itu. Sedangkan mobil saya masih saja tak pernah bisa keluar dari dealer sepanjang saya belum pernah datang ke dealer mobil dengan niat untuk membeli. Tentu saja niat yang diiringi dengan kekuatan finansial yang memadai.

Jadi jangan pernah bilang “gak usah naik kereta kalau gak mau kena penyakit”. Kamu bisa viral di dunia maya kalau komentar seperti itu. Nggak naik KRL ya artinya nggak kerja. Kalau nggak kerja ya nggak dapat duit. Kalau nggak dapat duit ya nggak makan. Kalau nggak makan ya sakit.

Nah, ujungnya bisa sakit juga kan?

Masalahnya sejak kewaspadaan terhadap virus corona merebak, upaya pihak pengelola KRL Commuterline terasa kurang maksimal. Meskipun sosialisasi untuk jaga kesehatan, pakai masker kalau sakit, dan pakai hand sanitizer sudah digaungkan di tiap perjalanan, tetap saja kurang ngefek terhadap ratusan ribu penumpang tiap harinya.

Katanya hand sanitizer sudah tersedia di tiap stasiun, kenyataannya banyak botol yang lenyap entah ke mana. Pas ada, muncul pula oknum penumpang yang mengurasnya untuk isi ulang. Sungguh-sungguh kreatif warga di negara yang dulunya berkembang dan kini sudah maju ini.

Dari dulu naik KRL dengan kepadatan yang luar biasa memang selalu memunculkan kecurigaan antar penumpang. Penumpang sudah biasa bertatap curiga dalam rangka antisipasi kejahatan macam copet, jambret, silet hingga pelaku pelecehan. Sekarang tatapan aneh akan ditujukan pada penumpang yang masih suka mengabaikan etika batuk, bersin dan flu.

Saya tiap hari masih saja nemu penumpang yang bersin “wohang-wahing” tanpa tedeng aling-aling. Batuk “uhak-uhuk” tanpa ditutup pakai apa pun. Pilek “slutrap-slutrup” juga tanpa masker.

Aura dalam KRL seolah makin panas seiring kewaspadaan corona. Masalahnya dalam kondisi kepadatan luar biasa, sangat susah menjauhi orang yang tidak beretika saat batuk dan flu.

Kalau nekat mau negur, hanya dua kemungkinan reaksinya. Pertama bisa menerima, yang kedua malah tersinggung dan ngajak berantem. Kemungkinan kedua ini sejak bertahun-tahun lamanya sudah lazim terjadi.

Beberapa waktu lalu, muncul kabar menghebohkan soal Gubernur DKI yang memaparkan data bahwa jalur KRL Bogor-Depok-Jakarta dianggap paling riskan terhadap penularan virus corona. Wah ini mah jalur saya.

Dalam pikiran sempit saya ada harapan secuil bahwa penumpang jalur itu bakalan panik, takut dan menghindari naik KRL. Ya kali aja kalau yang lain pada takut kan kereta jadi sepi dan saya pun bakal enak naik KRL yang longgar.

Eh tapi ternyata nggak ngefek juga. Masih sama padatnya, masih sama pula auranya.

Mungkin kami-kami ini memang nggak punya pilihan lain. Di saat berbagai negara dan berbagai tempat membatalkan acara dengan keramaian publik, kami-kami ini masih menjalani keseharian dengan saling nempel satu sama lain berdesakan dalam KRL Commuterline. Bisa jadi pepatah “sudahlah kita jalani saja”, sudah terlanjur sangat kuat menempel di benak kami.

Saya jamin, bahkan manusia seperti Cristiano Ronaldo yang kini tinggal di Italia dan terkenal garang di lapangan hijau, tidak bakal berani andai ditawari naik KRL di Indonesia. Meskipun dibayar lebih tinggi dibandingkan nominal nilai kontraknya selama satu tahun.

Kalau begitu, ternyata saya lebih pemberani dibanding Ronaldo dong?

BACA JUGA Saya Tinggal di Depok, Khawatir Virus Corona, Tapi Saya Tidak Sebar Hoax dan Borong Masker atau tulisan Widi Kurniawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 13 Maret 2020 oleh

Tags: JakartaKRLvirus corona
Widi Kurniawan

Widi Kurniawan

ArtikelTerkait

Jakarta Japanese School (JJS), TK Jepang ala Shinchan di Jakarta: Kegiatannya Unik, Fasilitasnya Nomor Wahid

Jakarta Japanese School (JJS), TK Jepang ala Shinchan di Jakarta: Kegiatannya Unik, Fasilitasnya Nomor Wahid

23 Februari 2024
Tak Ada yang Lebih Tabah dari para Pejuang KRL Jakarta Tarif KRL berbasis NIK

Tak Ada yang Lebih Tabah dari para Pejuang KRL

29 September 2023
Cikarang Menyimpan Salah Paham yang Bikin Iri sama Jakarta (Unsplash)

Cikarang Menyimpan Banyak Salah Paham yang Membuat Kami Jadi Iri sama Jakarta

12 September 2023
Bunyi Klakson Ibukota yang Bikin Sakit Telinga

Bunyi Klakson Ibukota yang Bikin Sakit Telinga

26 Januari 2020
Konser Coldplay Cuma Sehari di Jakarta, Harusnya Pemerintah Sadar Diri dan Berbenah xyloband

Surat Terbuka untuk Fans Coldplay yang Nggak Balikin Xyloband: Nggak Apa-apa kok, Beneran, tapi Ingat, Lemah Teles!

25 November 2023
Harga Tiket Konser di Jogja Terlalu Mahal (Pixabay)

Harga Tiket Konser di Jogja Terlalu Mahal, Mencekik Fans yang Cuma Ingin Melihat Pujaannya

13 November 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru Mojok.co

6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru

27 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.