Transformasi bendungan
Bendungan Walahar Karawang terdiri dari 3 bagian. Bagian bawah, di mana sebagai pintu penahan air berjumlah 5 pintu. Yang kedua, merupakan jembatan seluas 3 meter, yang menghubungkan Klari dan Anggadita. Lalu bagian terakhir, merupakan ruang mesin untuk mengatur sistem bendungan.
Awalnya, pemerintah Belanda membangun Bendungan Walahar Karawang untuk mengatasi kekeringan yang sering dialami oleh daerah Karawang bagian utara. Selain itu, bendungan tersebut bermanfaat untuk mengairi areal persawahan yang luas mencapai 87.506 hektare. Sejak zaman penjajahan, Kota Karawang sudah menjadi daerah lumbung padi.
Selain menjadi penjaga aliran air, Bendungan Walahar Karawang juga mengalami transformasi menjadi tempat wisata. Seperti yang saya jelaskan di atas, kawasan ini menjadi tujuan wisata. Pemandangan indah dan suasana yang mendukung membuat kunjungan selalu ada. Apalagi kuliner khas Sunda di sana juga enak dengan harga terjangkau.
Bertahan di tengah terjangan zaman
Saat ini, Bendungan Walahar Karawang sudah berkontribusi meningkatkan perekonomian dari berbagai sektor di wilayah setempat. Mungkin para penjajah dahulu tidak menyangka jika bendungan yang mereka bangun bisa menjadi daerah wisata yang sangat potensial.
Meski sudah berusia cukup tua, namun mesin-mesin yang beroperasi masih berfungsi sebagaimana mestinya. Melihat hal itu, seharusnya Perum Jasa Tirta bisa merawat bahkan mengembangkan potensi dari teknologi bendungan ini.
Penjajahan itu pasti menyakitkan karena menyandera hak kebebasan individu. Namun, di satu sisi, kita tidak bisa memungkiri bahwa Belanda meninggalkan pemikiran yang jauh ke depan. Khususnya untuk irigasi dan pertanian.
Dan, Belanda selalu serius ketika membangun sesuatu. Buktinya, selain Bendungan Walahar Karawang, banyak bangunan peninggalan mereka masih kokoh dan kita bisa merasakan manfaatnya.
Penulis: Diaz Robigo
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Manisnya Sejarah Kecamatan Kencong Jember, Pusat Ekonomi Belanda pada Masa Kolonial