Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Otomotif

Benarkah Pertalite Harga Baru Lebih Boros? Mari Kita Buktikan

Rizky Prasetya oleh Rizky Prasetya
26 September 2022
A A
Benarkah Pertalite Harga Baru Lebih Boros? Mari Kita Buktikan

Benarkah Pertalite Harga Baru Lebih Boros? Mari Kita Buktikan (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Belakangan, marak pembicaraan tentang Pertalite yang katanya boros semenjak harganya naik. Sebagai pasukan anti-prei lintas provinsi, saya tertarik. Sebab, awalnya, saya juga merasakan hal yang sama, plus isu ini penting untuk saya yang dua kali seminggu bolak-balik Jogja-Wonogiri.

Namun, saya ragu kalau tidak mencoba sendiri. Maksudnya, membuktikan Pertalite cepat habis tanpa eksperimen yang (agak) serius. Dan ini saya fokuskan ke motor. Buat mobil, skip dulu. Nga paham soalnya.

Saya membeli Pertalite dengan jumlah yang sama, tepat dua liter. Pertalite tersebut saya pakai untuk perjalanan Wonogiri-Jogja dan sebaliknya, sekitar 80 kilometer. Motor saya Honda PCX 150, cicilan 10 bulan lagi. Kenapa harus dua liter? Karena untuk menempuh 100 kilometer, motor saya butuh dua liter bensin, menurut data speedometer saya. Oh iya, saya mengambil rute yang sama: Kantor Mojok-Prambanan-Srowot-Cawas-Bayat-Weru-Tawangsari-Selogiri-Wonogiri Kota.

“Lho, kok nggak lewat Maguwo terus Jalan Solo?” Nanti, saya kasih tahu alasannya.

Dengan kondisi indikator bensin berkedip, saya isi dua liter pas alias 20 ribu rupiah. Kalau tiap seratus KM butuh dua liter, maka per liter bisa untuk 50 KM. anggap saja, bensin berkedip itu sekitar 1/5 liter. Gitu ya, biar mudah. Setelah saya isi, bar indikator bensin terisi empat bar. Oke, patokannya ini.

Perjalanan dari Kantor Mojok ke Wonogiri, lalu lintas relatif lancar. Saya menemui macet tak berarti hanya di Prambanan-Gantiwarno. Saya juga hanya kena satu lampu merah, dan berhenti sejenak di perlintasan kereta Stasiun Srowot. Pertalite masih aman, tapi indikator sudah berkurang satu, jadi tiga bar.

Di Cawas-Tawangsari, saya tak terkena macet, hanya sesekali menurunkan kecepatan. Nah, indikator baru turun lagi menyentuh Tawangsari, jadi dua. Ini yang unik, soalnya Tawangsari sudah dekat ke Wonogiri.

Begitu sampai rumah, indikator masih dua. Lho, kok beda sama kata orang-orang? Pertalite, nyatanya tak seboros itu. Bahkan masih sama, menurut saya.

Selama perjalanan Jogja-Wonogiri, saya jarang menurunkan kecepatan drastis (kecuali saat berhenti di lampu merah). Kecepatan terendah yang saya catat itu di angka 38 KM, dan seringnya saya syabil di 65 KM per jam. Saya jarang buka-tutup gas, kalau nyalip hanya saya puntir dikit banget.

Namun, saya merasa ada yang kurang. Harus saya coba itung lagi ketika berangkat ke Kantor Mojok.

Bensin berkedip lagi, terus saya isi dengan jumlah yang sama: dua liter. Kali ini, rutenya jelas lebih panjang sebab saya harus mampir ke rumah Ibu, saya mau gendong anak sebentar. Saya harus memutar dari rumah saya ke rumah ibu, plus lewat gunung, yang otomatis saya harus lewat tanjakan. Dari sini, harusnya konsumsi Pertalite lebih boros. Lumayan je nambah jaraknya, 10 kilometeran lah.

Nah, saya berangkat lagi, lewat rute yang sama, tapi dibalik.

Kali ini, ada yang berbeda. Lalu lintas lumayan macet, sebab kalau pagi hingga siang, Weru-Srowot itu dipenuhi truk pasir yang berangkat cari… pasir. Otomatis, jalanan lebih macet kan. Dan di Stasiun Srowot, saya berhenti cukup lama. Ada dua kereta yang lewat. Konsumsi Pertalite pasti lebih boros, meski saya hidupkan idle modenya.

Dari Srowot ke Prambanan juga lumayan macet, meski saya masih bisa agak ngebut. Dari Prambanan, saya belok kanan, lalu ikuti rute menuju kantor Mojok. Indikator bensin, dari 4, berkurang jadi satu bar, tapi nggak berkedip. Baru berkurang dari dua ke satu bar waktu masuk jalan tembus Prambanan.

Ternyata, Pertalite “baru” nggak seboros yang orang bilang. Padahal saya pakai motor 150 cc, yang jelas dan harusnya lebih boros ketimbang motor sejuta umat, Beat. Tapi, kenapa orang-orang bilang kalau boros? Saya punya beberapa asumsi. Asumsi lho, ya. Yang saya ambil dari pengamatan pribadi.

Jadi, begini. Saya yakin kalau kebanyakan yang merasa Pertalite boros itu menggunakan motornya di perkotaan, yang otomatis bakal ketemu kemacetan lebih sering. Motor jelas akan lebih boros bahan bakar ketika ketemu kemacetan. Kenapa? Mereka buka-tutup gas lebih sering. Buka-tutup gas itu ngaruh lho, menurut saya lho ya.

Kemacetan, jelas memengaruhi konsumsi Pertalite. Jadi kalau kalian merasa boros, itu bukan karena pertalitenya aneh, tapi lumrah. Dulu nggak kerasa, soalnya harga murah. Sekarang begitu mahal, kalian jadi lebih aware.

“Tapi, saya isi 25 biasanya 4 hari baru habis, ini dua hari udah abis, boros kan?”

Ya tolong, dulu 25 ribu bisa dapet Pertalite tiga liter lebih, sekarang cuma dua setengah liter. Patokan harga, jelas nggak saya pakai.

Kedua, ini asumsi saya yang lumayan saya yakini, adalah perubahan perilaku pengguna Pertamax ke Pertalite. Orang-orang ini, jelas bakal kaget kalau pertalite ternyata boros. Kok bisa?

Sederhana, sebab Pertamax lebih efisien dalam hal pembakaran. Gampangnya, kamu butuh setengah liter Pertalite untuk menempuh 30 KM, tapi kamu hanya butuh 1/5 liter Pertamax untuk menempuh jarak yang sama. Ini cuman pengandaian lho ya.

Pengguna Pertamax, yang merasa keberatan dengan harganya, akhirnya beralih ke Pertalite. Mereka kaget kalau mereka harus ngeluarin uang yang hampir mirip, padahal niat mereka beralih itu agar lebih murah.

Ketiga, frekuensi orang bepergian yang meningkat. Kembalinya anak kuliah ke kampus dan mulai banyak kantor yang memberlakukan 100 persen WFO. Otomatis, makin banyak yang ada di jalanan, dan kemacetan meningkat. Balik lagi ke asumsi pertama jadinya.

Orang mungkin luput melihat hal ini. Lumrah, kita sudah terbiasa melihat dunia sepi selama dua tahun, dan nggak sadar kalau sekarang semua udah kembali normal. Mahasiswa balik ke kampus, kantor mulai penuh, jalanan makin macet, dan pemerintah makin absurd. Dunia sudah kembali ke sedia kala.

Kesimpulannya, menurut saya, Pertalite “baru” nggak lebih boros. Behaviour yang berubah, cara berkendara, serta kemacetan lah yang menurut saya menyumbang “keborosan” Pertalite. Lagi-lagi, eksperimen ini nggak bisa dijadikan pegangan ilmiah. Kalau nggak cocok, monggo nyoba sendiri, dan balas artikel ini.

Akhir kata, saya tidak sedang jadi buzzer Pertamina atau pemerintah. Saya nggak akan ngitung beginian kalau harga bahan bakar nggak naik. Tapi, perlu ada informasi berimbang kek gini, biar adil.

Lagian kalau mau irit bahan bakar, solusinya sederhana sih: transportasi umum. Tapi, ini urusan pemerintah. Sedangkan pemerintahnya…

Bagus lah, masak nggak.

Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Netizen Keluhkan Pertalite Semakin Boros, Pertamina Pastikan Tak Ada Perubahan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 27 September 2022 oleh

Rekomendasi Fashion Pria Kekinian Spesial 9.9

  • Kaos Polos Oversize - No Void Minds AEZY TPF Oversized Core T-Shirt
  • Kaos Polos Warna Trendy - Common Goods Regular Boxy Orutech T-Shirt Series
  • Celana Panjang Cargo - Malibu Celana Cargo Loose Long Pants Katun Twill Tebal Pria
  • Celana Panjang Chinos - Erigo Chino Pants Sirius Black
  • Jaket Pria Anti Angin - Coop Design Cesta Jaket Motor Parasut dengan Hoodie
View this post on Instagram

A post shared by MOJOK (@mojokdotco)


Tags: boroseksperimenJogjapertalitepilihan redaksiWonogiri
Rizky Prasetya

Rizky Prasetya

Redaktur Mojok. Founder Kelas Menulis Bahagia. Penulis di Como Indonesia.

ArtikelTerkait

4 Pesan Drakor Juvenile Justice yang Penting untuk Parenting Terminal Mojok.co

4 Pesan Drakor Juvenile Justice yang Penting untuk Parenting

1 Maret 2022
Ketidakadilan Bagi Warga Bantul Perihal Jarak Tempuh di Jogja (Unsplash)

Ketidakadilan Bagi Warga Bantul Perihal Jarak Tempuh di Jogja

21 Mei 2023
Wonogiri dan Gunungkidul, Saudara Kembar Beda Nasib

10 Makanan Legendaris Kota Wonogiri selain Mi Ayam

22 November 2022
UNESA Jangan Buru-buru Mengejar World Class University, deh. Itu Kampus Ketintang Surabaya Masih Banjir, lho! unesa surabaya

UNESA Jangan Buru-buru Mengejar World Class University, deh. Itu Kampus Ketintang Surabaya Masih Banjir, lho!

1 Desember 2023
Purwokerto, Purwakarta, Purworejo- Dilema karena Sebuah Nama (Unsplash.com)

Purwokerto, Purwakarta, Purworejo: Dilema karena Sebuah Nama

8 Agustus 2022
Museum Date di Museum Sonobudoyo Jogja, Ide Kencan yang Nggak Bikin Kantong Jebol. Cocok untuk Kaum Mendang-mending Mojok.co

Museum Date di Museum Sonobudoyo Jogja, Kencan yang Nggak Bikin Kantong Jebol. Cocok untuk Kaum Mendang-mending

7 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar




Terpopuler Sepekan

9 Kuliner Cirebon yang Layak Dikenal Lebih Luas selain Empal Gentong dan Nasi Jamblang Mojok.co

Privilege Jadi Orang Cirebon yang Tidak Dimiliki Daerah Lain, Bisa Jadi Bunglon!

16 September 2025
Jembatan Pelor Malang, Jalan Tikus yang Memudahkan, tapi Berbahaya di Malang Mojok.co

Jembatan Pelor Malang, Jalan Tikus yang Memudahkan, tapi Berbahaya

19 September 2025
5 Kelebihan UT Bandung yang Sulit Dijumpai di Kampus UT Daerah Lain

5 Kelebihan UT Bandung yang Sulit Dijumpai di Kampus UT Daerah Lain

23 September 2025
Guru Asing di SMA Garuda, Lelucon Dunia Pendidikan di Awal Tahun yang Berpotensi Jadi Masalah Besar di Kemudian Hari lembaga pendidikan swasta

Saatnya Pemilik Lembaga Pendidikan Swasta Meminta Maaf pada Guru karena Menggaji Mereka Tidak Layak!

16 September 2025
Toyota Hilux D Cab Bukan Lagi Mobil Niaga, Kini Menjelma Jadi Mobil Kece Idaman Wanita toyota yaris 2013

Toyota Yaris 2013 Limited, City Car Terbaik, Irit, dan Nggak Banyak Drama

18 September 2025
4 Dosa Penonton Bioskop Jogja yang Mengganggu dan Sulit Dimaafkan Mojok.co

4 Dosa Penonton Bioskop Jogja yang Mengganggu dan Sulit Dimaafkan 

18 September 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=WsdEOPcSdBY

DARI MOJOK

  • Penderitaan Naik Bus Dahlia Indah: Terpaksa Tidur Bareng Kambing di Jalur Solo-Kediri
  • Menolak Berbagai Beasiswa PTS demi Kuliah di UB Malang: Dulu Menyesal, Kini Bersyukur Dapat Banyak “Berkah”
  • Derita Jadi WNI: Dipaksa Anti-Pengetahuan dan Tak Boleh Pintar, Suka Baca Buku Dianggap “Ancaman”
  • Merantau di Jogja: Berat Meninggalkan usai Lulus Kuliah, Saat Kembali Lagi Malah Tak Betah karena Tertampar Realita
  • Main Serong di Sinema Indonesia: Mengapa Kamu Menyukai Film Bertema Perselingkuhan?
  • Keluarga Melarat bikin Hidup Pas-pasan Selama Kuliah di ISI Jogja, meski Dapat Beasiswa KIP tapi Hanya Cukup untuk Biaya Nugas

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.