Seratus dua puluh tiga menit sudah, Lionel Messi bermain untuk Paris Saint-Germain di laga resmi. Dari menit-menit yang sudah berlalu tersebut, statistik Messi bisa dibilang sangat buruk, belum ada assist apalagi gol yang berhasil ditorehkan oleh pemilik Ballon d’Or enam kali ini.
Tentu bagi pemain yang dibeli secara gratis seharusnya tidak ada ekspektasi terlalu tinggi, namun pemain gratis ini bernama Lionel Messi. Ekspektasi dan standar tinggi bukan lagi sesuatu yang perlu dibebankan kepadanya, tetapi memang sebuah keharusan.
“Kegagalan” Leo Messi selama satu setengah pertandingan untuk PSG ini pun menimbulkan perdebatan, mungkinkah Messi akan flop? Bagi saya, rasanya mustahil melihat pemain sehebat Messi bisa flop di klub baru. Tapi nyatanya, hal ini mungkin saja terjadi.
Beberapa pemain hebat seperti Kaka dan Griezmann menjadi contoh nyata bahwa skill yang mumpuni belum tentu bisa beradaptasi dengan baik. Ricardo Kaka, pemenang Ballon d’Or 2007, dibeli dengan mahar berlimpah dari AC Milan, kariernya seketika langsung anjlok karena gagal membuktikan diri di Spanyol. Antoine Griezmann, pemain yang bolak-balik masuk nominasi Ballon d’Or, justru tak berdaya ketika harus pindah ke Barcelona, sampai akhirnya dia harus pulang kampung lagi ke Atletico Madrid.
Seperti anak rantau
Lionel Messi di Paris bagaikan seorang anak yang lahir dan tumbuh besar di satu kota dan negara yang selalu sama, kemudian harus memutuskan pergi untuk merantau ke luar negeri. Apa yang dirasakan anak rantau, mungkin bisa relate dengan apa yang dirasakan Messi saat ini. Bingung, galau, dan beragam tekanan terus menghantui pikirannya hingga Messi mungkin merasa homesick. Sama seperti anak rantau pada umumnya, meskipun Messi memiliki beberapa teman yang sudah dia kenal seperti Paredes, Di Maria, sampai Neymar, sepertinya hal tersebut belum cukup untuk mengobati rasa rindu dengan kota maupun klubnya yang lama, Barcelona.
Atau singkatnya, rekannya di PSG tak seperti rekannya di Barcelona, entah dalam segi pertemanan atau segi kemampuan. Tim duit minyak sih.
Dihantui Cristiano
Tidak afdol rasanya membahas Messi tanpa menyebut pemain asal Portugal satu ini, Cristiano Ronaldo. Cristiano, meskipun sama-sama harus pindah klub di bursa transfer musim panas lalu, langsung berhasil membuktikan dirinya dengan tiga gol ke gawang Newcastle dan Young Boys. Tapi, tentu tidak adil jika Cristiano Ronaldo yang pulang ke rumahnya dibandingkan dengan Messi yang baru pertama kalinya pergi dari rumah.
Cristiano Ronaldo tentu sudah hafal betul dengan suasana Manchester, Old Trafford, dan Liga Inggris, sehingga tidak perlu lagi beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Apalagi jika melihat permainan Messi melawan Club Brugge, dia justru menjadi seorang playmaker sehingga untuk mencetak gol bukan lagi yang utama. Jadi, membandingkan Cristiano dan Messi di klub baru ini membutuhkan waktu lebih lama sampai keduanya bisa membuktikan diri bahwa mereka tetap layak diperdebatkan sebagai Greatest Of All Time.
Ballon d’Or 2021, tetap Messi?
Setelah gelaran Copa America selesai, saya langsung mengambil keputusan bahwa Ballon d’Or 2021 sudah pasti jatuh ke tangan Lionel Messi. Menjadi pemain terbaik, pencetak gol terbanyak, dan pemberi asis terbanyak, sekaligus mendapatkan trofi internasional pertamanya, ditambah lagi permainan luar biasa sepanjang 2021 membuktikan bahwa hanya Messi yang layak mendapat Ballon d’Or 2021.
Namun semua itu berubah, setidaknya beberapa pekan terakhir ini, Lewandowski yang tidak berhenti mencetak gol, Jorginho yang memenangkan pemain terbaik Eropa, dan Messi yang tak kunjung bersinar kecuali hattrick-nya ke gawang Bolivia, pekan lalu membuat saya yakin bahwa Ballon d’Or 2021 belum resmi jatuh ke tangan Messi. Dia harus membuktikan dulu selama tiga bulan ke depan bahwa dirinya bukanlah pemain flop yang digaji besar untuk klub Perancis tersebut.
Tapi, bagaimana pun pendapatmu tentang Lionel Messi, hanya waktu lah yang bisa menjawab semua pertanyaan tersebut. Patut dinanti apakah Messi akan flop atau klop bersama Paris Saint-Germain.