Hokage adalah sebutan pemimpin di Desa Konoha. Kepemimpinan dari para Hokage sebenarnya patut dipelajari dan dijadikan teladan bagi sosok pemimpin. Walaupun sering dianggap oligarki karena kebanyakan hokage adalah murid dari hokage pendahulunya, tapi sebenarnya itu adalah anggapan yang bisa dibantah.
Dari hokage pertama sampai hokage ketujuh, semuanya layak dipilih karena merupakan yang terbaik di masanya dan punya kualitas yang tak diragukan. Berikut adalah alasan-alasan kepemimpinan hokage itu sebenarnya layak dipelajari sekaligus bukti mereka bukan sekadar figur pemimpin sembarangan.
#1 Dipilih berdasarkan kemampuan
Sebenarnya tudingan bahwa hokage adalah gambaran dari kepemimpinan oligarki adalah hal yang tidak terbukti kebenarannya. Hokage dipilih oleh Daimyo yang terdiri dari para sesepuh desa yang berhak menentukan shinobi terbaik yang ada di desa. Untuk membantah tudingan terjadinya oligarki di Konohagakure, cukup sebutkan contoh terpilihnya Minato Namikaze, ayah Naruto, sebagai hokage yang keempat. Minato bukanlah murid dari seorang hokage.
Kalau kepemimpinan Hokage adalah bentuk dari praktik oligarki, tentu sang Hokage ketiga, Hiruzen Sarutobi, akan mengusulkan murid kesayangannya, Orochimaru, sebagai kandidat kuat hokage selanjutnya kepada Daimyo. Selain itu, Minato adalah yang terbaik dari generasinya dan dikenal lintas desa shinobi dengan sebutan “Kilat Kuning Konoha”. Jadi, hokage memang dipilih karena ia merupakan yang terbaik dan diakui kualitas individunya.
Selain itu, alih-alih merupakan bentuk praktik oligarki, kepemimpinan hokage di Desa Konoha justru lebih tepat disebut aristokrasi. Dalam bahasa Yunani, aristo artinya “yang terbaik” dan kratia berarti “untuk memimpin”. Aristokrasi dapat dipahami sebagai kepemimpinan oleh orang yang terbaik. Di Desa Konoha, para hokage adalah shinobi terbaik dan paling layak dipilih.
#2 Dipilih dan memimpin berdasarkan tradisi perdamaian
Dari awal sejarah kemunculan desa, Konohagakure memang dibentuk berdasarkan kesepakatan perdamaian. Sebelum menjadi hokage pertama, Hashirama Senju sebenarnya bisa saja membunuh Madara setelah berhasil mengalahkannya dan menyingkirkan semua shinobi Uchiha untuk mewujudkan impiannya membangun desa. Namun, Hashirama lebih memilih berdiplomasi secara damai dan akhirnya diangkat sebagai pemimpin desa.
Hal ini pun terus dilanjutkan dalam pemilihan hokage selanjutnya. Saat Hiruzen diangkat sebagai penerus hokage kedua pun sebenarnya ada kecemburuan dari rivalnya, Danzo, untuk menjadi seorang hokage. Namun, dalam kepemimpinan Sarutobi, Danzo selalu mengakuinya dan Sarutobi pun mengizinkan Danzo membentuk organisasi bawah tanah untuk ikut melindungi desa.
Saat Orochimaru memutuskan meninggalkan desa karena Hiruzen lebih memilih Minato sebagai hokage selanjutnya, Hiruzen pun membiarkannya pergi tanpa keinginan untuk menciptakan konflik. Pemilihan hokage dari generasi ke generasi selalu diupayakan dengan tradisi perdamaian.
Terbukti saat hokage memimpin pun, tidak ada upaya pemberontakan dari para penghuni desa maupun upaya penggulingan kekuasaan oleh para elite shinobi, kecuali yang hendak dilakukan oleh klan Uchiha. Dalam tragedi kudeta klan Uchiha pun, jalan perdamaian selalu lebih dikedepankan dengan mengirim Itachi sebagai agen penghubung untuk mengupayakan perdamaian dengan klan Uchiha. Tradisi perdamaian inilah yang patut dipelajari dalam hal kepemimpinan.
#3 Peduli terhadap masyarakat bawah
Di Desa Konoha, masyarakat desa benar-benar menjadi prioritas dalam kepemimpinan. Mereka dapat leluasa menjalankan aktivitas tanpa perlu khawatir terhadap keamanan desa. Saat desa mendapat serangan pun, merekalah yang paling utama mendapatkan perlindungan.
Saat penyerangan Kyuubi di desa, umpamanya, masyarakat bawahlah yang pertama-tama dilindungi dan diungsikan. Para shinobi muda seperti Kakashi dan Guy diperintahkan oleh Hiruzen untuk tidak bertempur di barisan depan, tetapi ikut membantu mengevakuasi masyarakat desa.
Saat diserang oleh keenam Pain pun, misalnya, Tsunade yang merupakan hokage keenam juga lebih mengutamakan melindungi masyarakat dan mengobati mereka yang terluka. Ia tidak ambil bagian dalam pertempuran di barisan depan untuk berkonsentrasi menyembuhkan luka para shinobi dan penduduk desa dengan menggunakan Katsuyu. Walaupun akhirnya harus berhadapan dengan Pain dengan kondisi kelelahan, untungnya Naruto segera datang untuk melindunginya.
Setelah Pain berhasil dikalahkan, Desa Konoha berada dalam keadaan rusak parah akibat serangan total Shinra Tensei milik Pain Yahiko. Untungnya, pemulihan desa dapat berjalan baik dan bantuan terhadap masyarakat pun sangat diutamakan. Yamato yang menguasai teknik kayu Mokuton diperintahkan untuk ikut membantu membangun kembali rumah-rumah yang sudah hancur.
Baik setelah serangan Kyuubi maupun Pain, bantuan kepada masyarakat bawah selalu diutamakan. Desa Konoha beruntung memiliki pemimpin yang peduli meskipun sudah berganti berkali-kali. Para bawahan hokage pun juga turut memedulikan mereka dan tidak pernah “korup” dalam bantuan sosial berupa materi maupun tenaga.
Itulah keunggulan kepemimpinan hokage dari era ke era walaupun kerap mendapat tudingan oligarki dari para pembaca. Kepemimpinan hokage di Konohagakure patut dijadikan pelajaran bagi pemimpin di dunia shinobi maupun di dunia nyata. Keunggulan kepemimpinan mereka dari alasan-alasan di atas layaklah diacungi jempol.
Sumber Gambar: YouTube DarkassassiN
BACA JUGA Politik Dinasti pada Pemilihan Hokage di Konoha, Bahaya Kalau Ditiru di Dunia Nyata dan tulisan Muhammad Bintang Aldijana lainnya.