Marvel Cinematic Universe memerlukan sesuatu yang baru dan film Eternals menjawab hal itu. Film arahan Chloé Zhao tersebut mendapat respons yang cukup ajaib, mengingat para kritikus yang menganggap film itu jelek, sementara banyak penonton yang justru menyukainya. Sekalipun ada juga penonton yang menganggap Eternals adalah film gagal.
Pada kasus ini, saya berada di kubu yang menyukai Eternals. Kalau cerita Eternals memang harus difilmkan, saya merasa adaptasi yang dilakukan Chloé Zhao sudah sangat tepat. Ulasan mengenai seberapa bagus Eternals sudah pernah ditulis Jenar Kidjing di sini, dan saya sangat sependapat dengan blio.
Akan tetapi sekalipun menyukainya, saya tetap merasa bahwa Eternals bukanlah film sempurna. Ada beberapa aspek di dalam film tersebut yang membuat saya sampai geleng-geleng kepala kenapa harus dieksekusi secara demikian. Pun, aspek-aspek tersebut saya rasa adalah yang membuat banyak orang pada akhirnya tidak menyukai film Eternals. Berikut adalah beberapa aspek yang membuat Eternals menjadi tampak jelek.
#1 Kingo yang super cringe
Kingo adalah salah satu dari para Etenals yang hanya hadir sebagai pelempar lelucon. Pun lelucon yang dilontarkan sangat garing dan sering gagal membuat penonton tertawa—setidaknya hanya sedikit dari penonton yang tertawa dengan lelucon Kingo di studio tempat saya menonton.
Ia hadir agar nuansa MCU tetap terasa di film Eternals ini, padahal saya rasa lelucon Kingo sungguh tidak perlu. Saya justru akan lebih menyukai jika Kingo membuang semua leluconnya, atau bahkan tidak pernah ada sama sekali. Ada atau tidak ada Kingo di film ini tidak berpengaruh banyak, toh ia memutuskan untuk tidak ikut campur di babak terakhir film.
Dengan adanya Kingo dan lelucon khas MCU, film Eternals justru tampak kehilangan arah. Tensinya serius, tetapi beberapa kali justru muncul lelucon yang dipaksakan. Ingat film Justice League versi teatrikal? Ya, begitulah Eternals jadinya. Konsep awalnya serius, tetapi karena mendadak DC tampak mencoba seperti Marvel, maka diubahlah Justice League menjadi memiliki lelucon khas Marvel.
#2 Eternals sebagai entitas yang lemah
Sebagai entitas yang diciptakan oleh Celestials, para Eternals tampak memiliki kemampuan biasa-biasa saja, dan itu sungguh mengherankan. Mereka memiliki kekuatan super, tetapi kekuatan mereka tampak begitu standar dan tidak ada istimewanya sama sekali. Saya bisa lumayan yakin apabila Ikaris bertarung dengan Doctor Strange, ia akan kesusahan menghadapi sang Sorcerer Supreme, atau bahkan langsung kalah begitu saja. Pun Gilgamesh, entah ia bisa duel imbang dengan Hulk atau tidak. Bahkan, Captain Marvel atau Wanda rasanya bisa dengan mudah mengalahkan para Eternals sekaligus. Mungkin yang akan lumayan susah dihadapi adalah Druig dengan kemampuan pikirannya.
Saya jadi bertanya-tanya, dengan kekuatan mereka yang tidak begitu istimewa, jangan-jangan alasan mereka tidak melawan Thanos bukan semata karena tidak diperbolehkan ikut campur, tetapi karena mereka akan mudah dikalahkan oleh Thanos yang memiliki Infinity Gauntlet lengkap dengan semua Infinity Stone.
Tetapi untuk kasus ini, saya sebenarnya memiliki sedikit teori untuk menenangkan pikiran saya sendiri. Bisa saja bukan para Eternals yang lemah, tetapi memang para Deviantss yang terlalu kuat sehingga para Eternals tampak biasa saja saat melawan mereka. Bisa saja, jika para Avengers menghadapi satu Deviants saja, mereka akan kewalahan setengah mati atau bahkan kalah.
Atau, bisa saja para Eternals memang tidak sekuat itu, semata-mata karena mereka memang hanya memiliki tugas untuk memusnahkan Deviantss. Dengan tugas yang hanya seperti itu, wajar jika kekuatan mereka memang tidak terlalu harus luar biasa. Yah, untuk apa kekuatan yang sangat luar biasa jika mereka hanya harus memusnahkan Deviantss, lantas membimbing peradaban di suatu planet menjadi berkembang, lantas menunggu waktu untuk ditugaskan ke planet berikutnya?
#3 Alur cerita yang standar
Sekalipun Eternals menjadi film yang tampak sangat berbeda dari film MCU lainnya, sungguh disayangkan karena alur cerita film ini begitu standar. Plotnya sebatas mereka adalah entitas yang diciptakan Celestials untuk datang ke suatu planet yang peradabannya masih kuno, membimbing mereka agar lebih maju, serta menghabisi para Deviantss yang berpotensi untuk memusnahkan peradaban.
Setelah itu, mereka berpisah sambil menunggu waktu untuk pulang. Mendadak di masa depan, sekumpulan Deviants kembali muncul dan menyerang, sehingga para Eternals harus bersatu lagi untuk menghadapinya.
Kalau saja keseluruhan film hanya seperti yang saya tulis, fix saya bakal menganggap Eternals adalah film yang jelek sekalipun dengan cinematografi ciamik. Untungnya, plot twist yang cukup mendebarkan tersaji babak terakhir film ini. Plot twist yang sedikit mengingatkan saya pada akhir film Watchmen karya Zack Snyder.
#4 Deviants yang mubazir
Alur cerita yang standar tersebut terselamatkan karena plot twist. Sayangnya, plot twist yang disajikan justru merusak apa yang sudah dibangun sejak awal. Gara-gara plot twist, Deviantss yang sejak awal ditampilkan sebagai sosok yang harus dihadapi, justru menjadi sosok yang tidak usah digubris juga tidak masalah.
Hal tersebut sungguh mubazir, terlebih ketika ada satu Deviants yang sudah berevolusi jadi punya kemampuan para Eternals sekaligus memiliki kecerdasan, justru mati begitu saja dengan beberapa tebasan. Lucunya, bahkan sebelum Deviants tersebut mencapai evolusi paling tinggi, para Eternals termasuk Ikaris saja kewalahan dan hampir terbunuh berulangkali. Nah, begitu terjadi plot twist dan cerita harus fokus ke plot baru tersebut, justru Deviants yang sudah super kuat dan super cerdas itu dibuang begitu saja tanpa memiliki ancaman berarti.
Permasalahan Deviantss yang mubazir itu sebenarnya bisa diatasi apabila pertarungan melawan sang Deviants Cerdas dibuat lebih dramatis dengan tingkat kesulitan yang tinggi, sehingga para Eternals harus mengesampingkan konflik mereka (yang jika saya bahas akan menjadi spoiler) dan melawan Deviants tersebut. Meski ya, itu akan membuat film berdurasi menjadi lebih lama.
Atau, justru tidak usah tampilkan saja Deviantss, dan semuanya akan menjadi lebih menarik.
Jadi begini, Eternals terdiri atas dua garis waktu yang berbeda. Di masa lalu dan masa kini. Di masa lalu, mereka berhasil membunuh semua Deviantss, lantas para Eternals hidup terpisah. Di masa sekarang, mendadak Deviantss muncul lagi, sehingga mereka harus berkumpul. Kemunculan Deviantss di masa sekarang itu yang membuat para Eternals berkumpul kembali, sebelum muncul plot twist. Ya, kemunculan Deviantss memang diperlukan untuk mengumpulkan Eternals. Tetapi sejatinya, tanpa plot munculnya Deviantss di masa sekarang, para Eternals akan segera berkumpul cepat atau lambat.
Gempa bumi yang terjadi akibat proses kelahiran Eternals Tiamut pasti akan membuat salah satu dari Eternals mencari Eternal pemimpin yaitu Ajak. Ketika ternyata terjadi sesuatu dengan Ajak, dan ditunjuk pengganti Ajak, maka sudah pasti proses pengumpulan semua Eternals akan terjadi. Nah, setelah itu baru berikan plot twist, maka tidak akan ada kemubaziran dari Deviants yang sudah berevolusi.
Sumber Gambar: Akun Instagram Eternals
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.