Salah satu kegiatan sosial yang tergolong murah dan mudah adalah donor darah. Murah karena saat donor darah, si pedonor nggak perlu menyisihkan sebagian harta atau materi lainnya. Gratis, tis, tis. Yang ada justru tiap kali selesai donor, si pedonor dapat semacam bingkisan. Mudah, sebab saat prosedur donor darah berlangsung, si pedonor cukup rebahan dan menunggu kantong darahnya penuh saja. Bisa dilakukan sembari leyeh-leyeh ataupun scrolling lini masa memantau keributan dunia maya.
Biasanya, donor darah dilakukan bukan tanpa alasan oleh si pedonor. Ya kali darah dari dalam tubuh diambil sebanyak 350 cc tanpa alasan. Pun bagi relawan yang rutin mendonorkan darah tiap dua setengah bulan sekali, saya cukup yakin pasti ada alasan kenapa si relawan ini berkenan mendonorkan darahnya untuk orang lain. Selain alasan untuk mengisi stok darah PMI yang mulai menipis dan memenuhi permintaan darah lewat broadcast-an tentunya.
Tanpa memungkiri kedua alasan mulia yang saya sebutkan di atas, tenyata ada juga beberapa alasan lain loh yang membuat orang mau disuntik jarum yang ukurannya nggak kecil dan diambil darahnya. Baik orang yang sudah rutin donor maupun orang yang dadakan ujug-ujug mau mendonorkan darahnya, pasti punya alasan lain ini.
Beberapa alasan lain yang akan saya tulis ini, saya kurasi dari berbagai pengalaman empiris saya sendiri dan beberapa kawan yang kebetulan pernah donor bareng saya. Dari mulai cek kesehatan gratis sampai pengin dapat flashdisk, mari kita simak baik-baik.
#1 Cek kesehatan gratis
Alasan sekaligus manfaat donor yang mungkin banyak orang belum sadari adalah sebagai ajang cek kesahatan gratis. Ya gimana nggak cek kesehatan gratis, wong serangkaian prosedur pradonor darah itu kan melibatkan pengukuran tekanan darah, hemoglobin darah, dan sebagainya.
Belum lagi, kalau ternyata si calon pedonor lolos sampai tahap pengambilan darah. Sebelum digunakan untuk transfusi, darah dari si pedonor ini pasti akan dicek di laboratorium dulu oleh Unit Donor Darah (UDD) PMI. Kalau amit-amitnya, kok darah si pedonor tadi nggak beres dan ada tanda penyakit yang bisa diketahui dari pemeriksaan darah tadi, pihak UDD PMI pasti deh bakal ngabarin si pedonor. Lumayan kan ngecek kesehatan darah gratis.
Nah, alasan ini yang biasanya dipakai oleh orang yang sudah beberapa kali rutin donor darah. Beberapa kawan saya melakukan ini. Alih-alih sengaja memeriksakan kondisi darah mereka ke klinik, kawan saya ini lebih memilih sekali merengkuh donor darah, dua sampai tiga cek kesehatan darah terlampaui.
#2 Terlihat kuat di depan pasangan
Walaupun murah dan mudah, donor darah membutuhkan modal keberanian yang tidak kecil. Apalagi bagi pedonor pertama kali. Bayangkan, jarum donor darah yang ukurannya serupa jarum suntik tinta printer itu ditusukkan ke lengan. Sudah begitu dibiarkan menancap sekira 15 – 30 menit. Bagi pedonor senior sekalipun, saya yakin pasti ada rasa sakit di awal penetrasi jarum dan sensasi rasa pegal ketika jarum dicabut. Modal keberanian tadi inilah yang kerap dijadikan ajang pembuktian orang kuat di depan pasangan, pacar, gebetan, atau mungkin selingkuhan~
Sebetulnya ini pengalaman saya pribadi, sih. Hehehe. Dulu sewaktu pendekatan dengan wanita idaman saya sewaktu SMA, doi pernah menantang saya untuk donor darah. Sebagai lelaki tanggung yang melakukan segala cara agar doi terpesona dan semakin dekat dengan saya, akhirnya saya menerima tantangan itu.
Saya memberanikan diri agar terlihat kuat dan merelakan lengan saya yang waktu itu kurus kering ditembus jarum donor. Sakit sih, tapi pengorbanan tadi sebanding dengan hubungan kami yang kala itu semakin dekat. Ya, walaupun akhirnya nggak berujung jadian. Hiks. Menangis, Gaes.
#3 Pengin dapat jatah makan
Dulu sewaktu bingkisan donor darah belum berupa makanan instan dan roti-rotian seperti saat ini, Unit Donor Darah di kota saya tinggal, menyajikan makanan berupa mi dan telur rebus plus susu hangat bagi pedonor yang telah selesai diambil darahnya.Makanan yang disajikan ini tidak bisa dibawa pulang, harus dimakan di tempat donor.
Seorang kawan saya yang berasal dari luar kota dan ngekos di daerah saya menjadikan ajang donor darah ini sebagai ajang mencari makan gratisan. Bahkan, kadang ia sengaja nggak makan sebelum donor. Padahal salah satu syarat donor kan perut nggak boleh kosong beberapa jam sebelum darah didonorkan. Alhasil, kawan saya dapat jatah dobel kala itu. Sebelum dan sesudah donor. Pancen oportunis tenan kawan saya satu itu.
#4 Pengin dapat hadiah flashdisk
Tidak dapat dimungkiri, hadiah tambahan dari donor darah selain bingkisan makanan instan dan roti-rotian, kerap membuat calon pedonor semakin tergiur untuk mendonorkan darahnya. Hadiah tambahan tadi bisa berupa handuk, payung, gelas cantik, botol minum, atau bahkan hadiah tambahan paling worth it yang pernah saya dapatkan, flashdisk. Walaupun kapasitas flashdisk-nya nggak besar-besar amat sih, hanya 4 GB kalau nggak salah. Tapi, di zaman Google Drive belum semasif sekarang, peran flashdisk kala itu teramat vital, apalagi untuk mahasiswa.
Biasanya donor darah berhadiah flashdisk ini diadakan oleh unit kesehatan mahasiswa (UKESMA) di kampus atau kalau sedang ada acara charity dari instansi tertentu. Kalau sudah hadiah semenggiurkan flashdisk ini, saya dan kawan saya selalu maju paling depan. Sampai-sampai saya dan kawan saya mendaftarkan diri sebelum acara donor darah ini dibuka. Lha yo gimana lagi je. Donor darah berhadiah flashdisk ini kan jauh lebih mashoook dan secara probabilitas lebih menguntungkan dibanding acara giveaway nggak jelas itu, lho. Kalau berhasil donor darah, sudah jelas pasti dapat flashdisk.
Itulah beberapa alasan lain orang mau mendonorkan darahnya, selain karena alasan kemanusiaan dan menolong orang tentunya. Ya alasan-alasan tadi itu nggak salah sih kalau dipakai, sah-sah saja. Lha wong simbiosis mutualisme kok, pihak penerima donor untung, si pedonor juga untung.
BACA JUGA Orang Bertato Boleh Donor Darah Nggak, sih? dan tulisan Nauvan Lathif lainnya.