Dahulu pada musim kompetisi 2008-09, fans Barcelona selalu membanggakan akedemi yang mereka miliki, La Masia. Kebanggaan tersebut bukan tanpa alasan, fans Barcelona bangga karena saat itu mereka pernah meraih treble winner dengan banyak pemain lulusan akademi La Masia.
Pemain akademi La Masia tersebut mendominasi skuad Barcelona, mulai dari Lionel Messi, Xavi Hernández, Andres Iniesta, Gerard Pique, Charles Puyol, hingga kiper Victor Valdes. Pemain akademi La Masia tersebut dikombinasikan dengan pemain bintang lainnya bernama Thierry Henry, Dani Alves, Eric Abidal, dan pemain lainnya. Kebanggaan akan La Masia masih berlanjut dengan hadirnya Pep Guardiola selaku pelatih. Pep Guardiola juga merupakan lulusan La Masia.
Pada 2012 saat harus melakukan away ke markas Levante, di bawah asuhan Tito Vilnova barcelona pernah bermain dengan 11 pemain La Masia. Saat itu sebenarnya Barcelona hanya bermain dengan 10 pemain lulusan La Masia, dan kebetulan pada menit ke-14 Dani Alves harus ditarik keluar karena cidera, Alves digantikan dengan Martin Montoya. Otomatis saat itu Barcelona benar-benar memaksimalkan 11 pemain akademi La Masia yang mereka miliki.
Pada 2014 Barcelona kembali meraih treble winner, walau saat itu Barcelona sudah mulai banyak jajan pemain mahal, tapi nyatanya pemain lulusan akademi La Masia masih menghiasi skuad mereka. Pada 2014, fans Barcelona juga masih bisa membanggakan akademi yang mereka miliki.
Tapi nyatanya La Masia hanyalah akademi sepakbola biasa. La Masia tidak bisa terus-terusan memproduksi pemain sekaliber Xavi, Iniesta, Puyol, Valdes, Pique, Busquets, dan Messi. Sebagai salah satu tim besar dunia, Barcelona sangat membutuhkan pemain dengan talenta yang sangat bagus. Kebutuhan akan pemain bintang akan terus dibutuhkan Barcelona untuk memburu gelar baik gelar domestik ataupun gelar internasional.
Kebutuhan akan pemain bagus memaksa Barcelona harus jajan pemain dengan harga luar biasa, dimulai dari Neymar, Luis Suarez, Ousmane Dembele, Philippe Coutinho, hingga Antoine Griezmann. Mereka sebagai pemain bintang yang berkualitas, didatangkan secara bertahap dengan harga yang tentu sangat tinggi.
Sepakbola modern menjadikan klub seperti perusahaan bisnis pada umumnya, tujuan mereka tak lain dan tak bukan adalah menghasilkan untung yang banyak. Pemain pun dianggap sebagai aset berharga, pemain-pemain bintang mahal yang didatangkan secara bertahap diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi sebuah klub. Kita sama-sama tahu, sebuah klub mendapatkan keuntungan bukan hanya dari gelar, tapi juga dari uang sponsor, penjualan merchandise, dan juga hak siar.
Saya bisa memaklumi alasan Barcelona—dan juga klub raksasa lainnya—saat memutuskan untuk jajan pemain dengan harga fantastis. Barcelona tidak bisa menjadi klub raksasa jika hanya mengandalkan pemain akademi La Masia, seperti Marc Bartra, atau Sergi Samper. Menunggu pemain muda berkalitas membutuhkan waktu lama, dan sepertinya Barcelona tidak bisa menunggu terlalu lama. Oleh karena itu dilakukanlah jajan pemain mahal.
Tapi sayang sekali beberapa pemain bintang dengan harga fantastis yang didatangkan tidak terlalu berguna bagi Barcelona. Lihat saja bagaimana musim Coutinho bersama Barcelona. Selain itu lihat juga Dembele yang entah kenapa selalu saja mengalami cedera panjang. Yang terbaru lihat Griezmann, pemain yang didatangkan dengan harga 120 juta Euro, hanya menjadi pemain cadangan di beberapa laga terakhir Barcelona.
Keputusan pelatih Quique Setien mencadangkan Griezmann tentu penuh dengan pertanyaan, saat Barcelona menjamu Atletico Madrid, entah kenapa Setien lebih memilih memainkan Arturo Vidal hingga injury time. Di masa injury time barulah Griezmann dimasukan menggantikan Vidal. Padahal saat itu Barcelona sangat membutuhkan goal kemenangan.
Hampir semua fans Barcelona juga paham, jika ingin bermain menyerang maka kehadiran Griezmann lebih dibutuhkan dibandingkan kehadiran Vidal. Atau mungkin, pelatih Setien tidak ada bedanya dari segi kemampuan dengan pelatih Barcelona sebelumnya yang bernama Ernesto Velverde. Hingga saat ini kedua pelatih tersebut nyatanya tidak bagus-bagus amat saat menangani Barcelona yang bertabur bintang.
Sedih rasanya melihat pemain bintang yang didatangkan dengan uang banyak, tapi nyatanya gagal bersinar. Di sisi lain ada juga pemain akademi yang tidak dianggap mumpuni untuk bermain bersama Barcelona, akhirnya pemain tersebut harus hijrah ke klub lainnya. Tapi harus diakui juga, selain Thiago Alcantara tidak ada lagi pemain akademi yang memang bisa menopang nama besar Barcelona.
Barcelona harus memerhatikan pemain akademinya. Riqui Puig dan Ansu Fati haruslah terus dijaga, jangan sampai pindah ke klub lain. Untuk pemain-pemain yang sedang dipinjam oleh klub lain, semoga saja mereka mendapatkan ilmu dan bisa menjadi tulang punggung Barcelona nantinya. Barcelona juga tidak boleh melakukan lagi kesalahan fatal ketika harus kehilangan talenta Jepang bernama Takefusa Kubo.
Pada akhirnya, kejayaan Barcelona tahun 2008-09 bisa saja terulang kembali jika Barcelona mau membenahi akademi La Masia, dan tentu saja dengan bantuan uang agar bisa jajan pemain berkualitas dan pelatih jenius. Atau mungkin Bartomeu harus didepak dari kepemimpinan agar Barcelona tak lagi berbuat konyol.
BACA JUGA Arthur Melo dan Miralem Pjanic, Ironi Mes Que Un Club Barcelona dan tulisan Muhammad Ikhsan Firdaus lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.