Jika saya diminta untuk mendeskripsikan apa yang terjadi pada Barcelona musim ini hanya dalam satu kata, kata yang seketika akan saya ucapkan adalah: bencana. Bencana itu sendiri sejatinya sudah terjadi sejak awal musim, ketika sang kapten, Lionel Messi, “terpaksa” harus angkat kaki dari Camp Nou. Bencana-bencana selanjutnya pun perlahan menyusul, mulai dari rentetan hasil buruk yang didapatkan oleh anak asuh Ronald Koeman, hingga pemecatan sang arsitek asal Belanda tersebut dari kursi kepelatihan yang kian akhir memang kian memanas.
Bencana lainnya pun menimpa sang penyerang asal Argentina, Sergio “Kun” Aguero. Beliau menderita cardiac arrhythmia atau gangguan irama jantung, dan dirumorkan akan segera gantung sepatu. Kapankah semua bencana ini akan menemui ujungnya?
Xavi, sang juru penyelamat?
Menyedihkan bila melihat sebuah klub sehebat Barcelona harus menapaki jalanan securam ini. Nasib Blaugrana saat ini sungguh mengenaskan. Seorang juru selamat pun amat diperlukan demi menolong Memphis Depay dkk. agar mampu bertahan dari rentetan tragedi ini. Pertanyaannya: siapakah ksatria yang cukup tangguh untuk mengemban tugas berat tersebut?
Nama Xavi Hernandez pun terpilih untuk menjalankan tugas tersebut. Dalam laga debutnya menghadapi Espanyol kemarin, Xavi berhasil memberikan sebuah kemenangan penting bagi Barcelona. Meski hanya unggul satu gol atas rival sekotanya itu, tiga poin yang didapat tentu akan memberikan suntikan semangat baru bagi Laskar Catalan. Namun, pertanyaan baru pun seketika muncul: mampukah Xavi dan anak asuhnya melanjutkan tren positif tersebut secara konsisten?
Apakah kedatangan Xavi pasti akan menjamin kesuksesan bagi Barcelona? Belum tentu, bukan? Bisa saja Xavi justru akan bernasib sama dengan Frank Lampard di Chelsea, atau Andrea Pirlo di Juventus—seorang legenda yang kembali untuk melatih klub yang telah membesarkan namanya, tetapi justru gagal mengulangi kesuksesan seperti saat mereka masih bermain. Jangan sampai hal semacam itu terjadi kepada mantan punggawa Timnas Spanyol tersebut. Sebagai seorang fans Barca sejak dini, saya tentu akan sangat menyayangkan jika nama besar “Xavi” harus tercoreng jika hal tersebut sampai terjadi. Xavi terlalu ‘agung’ untuk harus berakhir murung.
Target Barcelona musim ini
Apa target utama Barcelona musim ini? Apakah menjuarai Champions League? Apakah menjuarai La Liga? Apakah menjuarai Copa del Rey? Atau bahkan, menjuarai ketiganya?
Menurut saya, target-target tersebut sejatinya cukup mustahil untuk dicapai. Alasannya sederhana: Barcelona belum menjadi tim yang cukup tangguh untuk menjadi juara dari ketiga kompetisi tersebut. Masih banyak tim yang lebih kuat dan layak untuk menjadi kampiun, baik dari segi permainan, kedalaman skuad, dan lain-lain. Barca harus mau “berkaca” dan menyadari kelemahan mereka. Harus diingat bahwa kita tak lagi berada di tahun 2009 atau 2015, masa-masa di mana “kemenangan” dan “trofi” merupakan dua kata yang akrab di telinga para fans Barcelona. Saat ini, kita sedang berada di tahun 2021, masa di mana “kekalahan” dan “tumbang” merupakan dua kata yang tepat untuk menguraikan performa klub sejauh ini.
Satu-satunya yang bisa Barcelona harapkan hanyalah: proses. Proses yang dimaksud tentu adalah perkembangan para talenta muda seperti Eric Garcia, Sergino Dest, Ronald Araujo, Oscar Mingueza, Pablo Gavi, Nico Gonzalez, dan yang paling menghebohkan, Ansu Fati. Nama-nama tersebut diharapkan mampu menjadi juru selamat yang telah lama dinanti-nanti oleh fans Barca di seluruh dunia.
Sejatinya, Barcelona saat ini hanya sedang tertidur pulas, menanti untuk dibangunkan di saat yang tepat, dan oleh orang-orang yang tepat pula. Pertanyaannya: kapan sang Raksasa Catalan akan terbangun? Hanya waktu yang mampu menjawab.
Sumber Gambar: Pixabay