Bantul, Daerah yang Penuh dengan Kejadian (dan Orang) Aneh

Mencoba Pahami Konsep Jalan Perbatasan di Bantul terminal mojok.co

Mencoba Pahami Konsep Jalan Perbatasan di Bantul (Unsplash.com)

Sebagai bagian dari warga Bantul, saya sering mendapatkan pertanyaan dari teman-teman yang meminta kejelasan: memangnya kelakuan warga Bantul itu benar random dan aneh, ya?

Duh, aslinya saya bingung ini pertanyaan yang harus dijawab atau tidak. Sebab, memanglah Bantul ini dipenuhi dengan keanehan. Misalnya saja, minimarket berwarna biru yang terkenal itu justru diberi nama Al-Fatihah. Kemudian, cuacanya yang sering kontras dengan kabupaten lain di Jogja: di Sleman hujan badai, di Bantul panas banget nggak ngotak! Saya sebagai pengendara lintas kabupaten sering jadi korban prank dengan pakai jas hujan sendirian di lampu merah sesaat setelah memasuki perbatasan, malu banget!

Akan tetapi, kalau kamu kepo dengan kelakukan orang-orangnya biar pertanyaanmu itu bisa terjawab, baiklah, saya merangkum beberapa kejadian aneh yang saya ingat di Bantul berikut ini.

Ini kejadian sudah lama, sewaktu hujan yang lagi turun dengan deras-derasnya, saya tengah duduk-duduk saja di depan warung rumah. Bukan sok indie menunggu senja, tapi karena di dalam rumah cukup sepi, jadi saya memutuskan keluar. Tak lama kemudian, lewat satu motor yang dinaiki oleh tiga orang laki-laki dan semuanya bertelanjang dada.

Bonceng tiga, telanjang dada, di waktu hujan. Oke.

Baca halaman selanjutnya

Kejadian kedua di Bantul…
Ini kejadian kedua, dan ya di Bantul juga. Waktu itu malam hari, saya menemani Ibu menjaga warung depan. Selepasnya, datang pengendara motor yang berhenti di pelataran warung. Tapi, blio ini hanya diam, melihat ponsel, dan tidak turun dari motornya lebih dari 5 menit. Beberapa menit kemudian, blio menyalakan kembali motornya dan pergi begitu saja tanpa menengok atau mampir membeli sesuatu di warung.

Asli, itu aneh banget. Berhenti di pelataran warung hanya untuk mengecek ponsel selama lebih dari lima menit. Buset, dah, Bapak ini ada masalah apa, sih?

Ketiga, belum lama ini, saya mengendarai motor di daerah Bantul dan posisinya sejajar depan-belakang dengan pengendara lain. Awalnya tidak ada yang aneh, sampai pada akhirnya pandangan saya tertuju ke plat motor bagian belakang yang ditutupi dengan tulisan yang dicetak dan dilaminasi.

Yang aneh adalah bukan kemudian cetakan itu bertuliskan nomor polisinya, tetapi justru kata “bensin”. Ya, tau, sih kini ‘kan memang sudah diberlakukan tilang elektronik, jadi saya berpikiran negatif saja, mungkin blio ini mau menghindari itu dengan cara menutupi plat nomornya. Tapi, ya setelah dipikir-pikir lagi, masa tulisannya “bensin”, sih?

Ya, aslinya, sih masih banyak kejadian random lain, sayangnya saya nggak begitu ingat. Maka, pertanyaan apakah warga Bantul itu aneh, kalian bisa simpulkan sendiri. Saya nggak yakin mereka warga Bantul atau bukan. Jadi mungkin, pertanyaan yang lebih tepat adalah: kenapa di Bantul selalu ada kejadian aneh, dan kenapa orang-orang bertingkah aneh di sana?

Mungkin Bantul punya vibes yang bikin orang bertindak random, atau berani berekspresi lebih dari batas yang diwajarkan. Sudah tata ruang kecamatannya memusingkan, jalan perbatasannya rusak berat, cuacanya sering berbeda, ruwet memang. Bantul, tidak bisa dimungkiri, adalah tempat yang spesial. Spesial randomnya.

Penulis: Cindy Gunawan
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Mencoba Pahami Konsep Jalan Perbatasan di Bantul

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version