Kalian yang sudah nonton Twenty Five Twenty One episode 10 kemarin pasti tahu ada adegan Ji Seung Wan, Moon Ji Woong, dan Ko Yu Rim menangkap basah murid SMA lain yang sedang mencuri bantal duduk sekolah mereka. Sebelum saya terlampau keheranan, untungnya dialog antarkarakter mengisyaratkan bahwa mencuri bantal duduk dipercaya menjadi faktor “luck” saat ujian masuk universitas.
Ternyata, adegan tersebut sangat akurat. Dikutip dari The Korea JoongAng Daily, di tahun 1990-an, memang ada kebiasaan murid-murid cowok mencuri bantal duduk murid perempuan. Hal itu dilakukan sebab dipercaya mendatangkan kemujuran saat ujian.
Aneh? Namanya juga mitos. Nggak heran nihil penjelasan logisnya. Usut punya usut, Negeri Ginseng yang notabene sangat modern ternyata mempercayai banyak banget mitos, lho. Salah satunya soal benda-benda yang dipercaya mendatangkan keberuntungan buat para pelajar saat ujian, berikut di antaranya.
#1 Yeot
Makan yeot adalah salah satu cara yang dipercaya memuluskan ujian di Korea. Yeot sendiri adalah sejenis permen yang terbuat dari beras putih. Rasanya manis sehingga banyak digunakan sebagai pemanis tradisional. Selain manis, yeot juga punya sifat lengket. Nah, sifat lengketnya ini yang dipercaya sebagai simbol “melekatkan” ilmu yang telah dipelajari ke otak.
#2 Tteok
Tteok alias kue beras-nya Korea Selatan, adalah panganan yang terbuat dari tepung beras dan ketan. Bentuknya biasanya batang atau silinder dan punya sifat lengket. Sama seperti yeot, tteok juga dipercaya bikin ilmu makin nempel dan meresap. Di Korea, tteok bahkan dikemas sebagai gift set di masa-masa ujian masuk universitas, lho.
#3 Botol susu bayi
Memberikan botol susu bayi ke pelajar kandidat ujian bukan tanpa alasan. Masyarakat Korea Selatan mempercayai benda ini sebagai sumber keberuntungan. Bagaikan bayi yang menyusu dari botol sampai tandas, pelajar juga diharapkan menyerap sebanyak-banyaknya ilmu sebelum ujian.
#4 Permen karet
Permen karet juga jadi salah satu benda pemantik keberuntungan saat ujian. Layaknya gelembung permen karet yang dapat mengembang besar, mengunyah permen karet sebelum ujian dipercaya dapat meningkatkan skor ujian setinggi mungkin.
#5 Garpu
Garpu menjadi salah satu benda yang sering dijadikan hadiah buat para pelajar yang akan menjalani ujian. Layaknya garpu yang digunakan untuk mengambil makanan, pelajar diharapkan dapat “mengambil” jawaban paling tepat dari tiap pertanyaan yang diujikan.
#6 Tisu toilet
Memberikan tisu toilet buat para kandidat ujian dipercaya bisa memberi keberuntungan ekstra. Hal ini bukan untuk digunakan sesuai fungsinya sebagai tisu toilet. Bagaikan gulungan tisu yang gampang dibuka, mereka percaya para pelajar bisa menyelesaikan soal-soal dengan mudah dan cepat.
#7 Obat pencernaan
Benda unik pemantik keberuntungan lainnya adalah obat pencernaan. Orang Korea percaya, menghadiahi pelajar sebuah obat pencernaan bakal membuat mereka lancar “mencerna” soal-soal ujian. Simbolisasi yang sungguh wow, ya, Yeorobun~
#8 Dadu
Benda-benda yang bisa digelontorkan atau digulingkan seperti dadu, ban, dan bola bowling juga dipercaya sebagai kado mujarab bagi para kandidat ujian. Diyakini, memiliki benda-benda itu bakal membuat otak bekerja lebih lancar.
#9 Origami burung bangau
Selain di Jepang, origami burung bangau juga dipercaya orang Korea mendatangkan keberuntungan jika dibuat sepenuh hati sampai 1000 buah. Hal ini juga dilakukan beberapa orang tua di Korea dengan harapan sang anak mampu melewati ujian dan mencapai impian.
Di Korea Selatan, ujian yang terkenal menjadi momok adalah suneung alias ujian masuk universitas. Makanya menjelang momen itu, banyak bertebaran toko-toko yang menjual hadiah simbol keberuntungan. Meskipun terkesan cocoklogi semata dan nggak ada penjelasan logis dari tiap benda, beberapa benda di atas nyatanya menjadi salah satu aspek budaya Negeri Ginseng.
Itulah beberapa benda yang dipercaya mendatangkan keberuntungan buat pelajar yang bakal menghadapi ujian. Kalau boleh pilih satu, kalian mau pilih yang mana? Kalau saya sih tteok aja. Tteokbokki, jelas kenyang~
Penulis: Maria Monasias Nataliani
Editor: Intan Ekapratiwi