Dewasa ini, dunia perbankan mulai hangat sejak booming-nya bank digital, salah satunya adalah Bank Jago. Bagi yang lama berkecimpung di Gojek, entah mitra atau customer, pasti nggak asing dengan bank digital ini. Ia punya link dengan Gopay. Salah satunya bisa top up dari rekening bank ini tanpa biaya administrasi.
Bank Jago bisa dikatakan bank baru tapi rasa lama. Sebenarnya, bank ini sudah berdiri sejak 1991. Kala itu masih menyandang nama Bank Artos. Sejak 2019, Gojek memiliki saham di sini yang pada tahun 2020 berganti nama menjadi Bank Jago dan lebih modern dengan digitalisasi perbankan.
Bank digital ini punya berbagai keunggulan. Salas satunya adalah pendaftarannya mudah dan langsung jadi. Ada link untuk top up Gopay gratis, beda dengan bank lain yang dikenakan biaya administrasi 2.500 rupiah.
Rekening (lebih sering disebut “Kantong”) bisa lebih dari satu untuk membedakan keperluan tabungan, jajan, belanja, atau lainnya. Bahkan, ada reward yang berbeda berdasarkan Level: semakin tinggi, semakin besar keuntungannya, seperti kartu debit, transfer, dan tarik tunai di ATM lebih banyak jika berhasil mempertahankan rata-rata saldo sebulan.
Selama menggunakan Bank Jago, saya merasa lebih terbantu dengan keunggulan tersebut. Bahkan, Mas Muhamad Iqbal Haqiqi menilai bank ini sebagai aplikasi terbaik dan direkomendasikan. Namun, tetap saja ada kekurangan yang menurut saya cukup merepotkan.
#1 Bank Jago belum mempunyai scan QRIS
Kekurangan Bank Jago yang menurut saya cukup mengganggu adalah nggak ada fitur scan QRIS, entah via kamera atau galeri. Kok mengganggu? Transaksi via QRIS sudah menjadi gaya hidup. Mau bayar belanjaan sampai kopi di kafe sudah menggunakan metode ini.
Belum adanya scan QRIS membuat sistem pembayaran jadi terbatas. Menurut saya, untuk bank digital yang sudah berjalan selama tiga tahun, sudah selayaknya menyediakan layanan ini.
Baca halaman selanjutnya
#2 Susah untuk beberapa transaksi online…