Banyak Tugu di Bangkalan Madura Jadi Tak Bermakna karena Pemerintahnya Tak Bisa Kerja

Banyak Tugu di Bangkalan Madura Jadi Tak Bermakna karena Pemerintahnya Tak Bisa Kerja Mojok.co

Banyak Tugu di Bangkalan Madura Jadi Tak Bermakna karena Pemerintahnya Tak Bisa Kerja (unsplash.com)

Tugu-tugu di Bangkalan Madura tidak merepresentasikan kondisi yang ada. 

Setiap kota umumnya memiliki tugu sebagai ikon kota tersebut. Biasanya, tugu dibangun untuk merepresentasikan keunikan sebuah kota, dalam bahasa lain kota tersebut beda dengan yang lain. Ada banyak yang bisa direpresentasikan menjadi sebuah tugu. Misalnya, kebudayaan setempat, lingkungan alam, atau prestasi yang tak dimiliki oleh kota lain. Nah, dengan begitu, kota tersebut akan mudah diingat serta menarik antusias wisatawan untuk berkunjung.

Saya katakan, itu umumnya, faktanya ada beberapa kabupaten/kota yang gagal merawat keunikan sebuah tugu. Sebut saja, salah satunya adalah kabupaten saya sendiri, Bangkalan Madura. Di kabupaten ini, tugu untuk merepresentasikan semangat dan keunikan wilayahnya tidak hanya ada satu, tapi banyak. Sayangnya, semua tugu ini masih belum dan sudah tak lagi benar-benar menggambarkan kondisi di lapangan. 

Tugu Bebas Tributa tak merepresentasikan apa-apa

Tugu paling ikonik ini merupakan hadiah dari Gubernur Jatim pada 1989. Tujuan didirikan Tugu Bebas Tributa untuk menyatakan bahwa masyarakat Bangkalan telah bebas dari 3 kebutaan, yakni buta aksara, buta pengetahuan, dan buta keterampilan (pekerjaan).

Akan tetapi, jika kita berkaca pada kondisi Bangkalan saat ini, semangat bebas Tributa yang dimiliki tugu ini agaknya sudah tidak relevan. Alasannya, jika buta pengetahuan ini kita ukur dengan tingkat pendidikan, maka kondisinya sangat jauh dari kata ideal. Lalu, ketika pendidikannya tidak ideal, apa kalian yakin bisa menciptakan pekerja yang terampil. Saya sih tidak.

Yah, saya sudah berkali-kali membahas masalah ini di Terminal Mojok, maka dari itu saya tak akan membahasnya kembali.

Tugu Adipura hanya euforia Bangkalan di masa lalu 

Selain tugu Bebas Tributa, ada satu tugu lagi yang masih sering menjadi euforia masyarakat Bangkalan Madura, yakni Tugu Adipura. Tugu Adipura menggambarkan bahwa sebuah daerah pernah mendapat anugerah sebagai kabupaten dengan lingkungan yang bersih. Tugu ini terpampang di jantung kabupaten. 

Akan tetapi, saat ini, apalah arti Tugu Adipura bagi Bangkalan Madura. Sekarang kondisinya sudah berbanding terbalik. Permasalahan sampah di kabupaten ini belum juga selesai. Bahkan, sudah 10 tahun Bangkalan Madura tak bisa mengikuti proses penilaian Anugerah Adipura. Saya katakan lagi, proses penilaian. Jadi memang tidak ikut.

Masalahnya, Bangkalan Madura kini belum memiliki tempat pembuangan akhir yang permanen, sehingga tidak memenuhi syarat penilaian Adipura. Sangat menyedihkan, bukan?

Baca halaman selanjutnya: Ada Tugu Kota Salak …

Ada Tugu Kota Salak, tapi produksi salaknya masih kalah jauh dari daerah lain

Ada satu hal yang kerap digambarkan sebagai ikon Bangkalan Madura yakni Kota Salak. Bahkan, ikon ini didukung dengan berdirinya beberapa Tugu Kota Salak di Bangkalan Madura. Akan tetapi, kalau kita bandingkan dengan kabupaten/kota lain di Jawa Timur, julukan Kota Salak untuk Bangkalan Madura ini terlalu berlebihan. Sebab, ada banyak kabupaten/kota di Jawa Timur yang produksi salaknya lebih tinggi daripada Bangkalan Madura.

Pada 2023, Bangkalan Madura hanya memproduksi salak sebanyak 20 ribu kuintal. Coba bandingkan dengan kabupaten/kota lain. Misal, Jember dan Bojonegoro yang produksinya masing-masing sampai 200 ribu kuintal. Sementara Lumajang menyentuh 300 ribu kuintal. Bahkan, di tahun ini Malang bisa memanen hingga 2 juta kuintal.

Apalah produksi Bangkalan kalau dibandingkan dengan kabupaten/kota di Jawa Timur. Bangkalan hanya tinggi jika dibandingkan dengan kabupaten lain di Madura.

Semua ini salah pemerintah Bangkalan

Saya tidak memungkiri, 3 tugu di atas aslinya bisa menggambarkan keunikan kabupaten tercinta. Hanya saja, ketiganya kini sudah tidak lagi menggambarkan kondisi Bangkalan Madura sebenarnya. Siapa yang salah? Jelas, pemerintah!

Kondisi pendidikan yang miris karena pemerintahnya tidak punya semangat bebas tributa pada rakyatnya. Bayangkan kalau semangat yang dimiliki Tugu Bebas Tributa ini jadi perhatian pemerintah, jangan ragu kalau Bangkalan Madura suatu saat akan jadi ikon kota pendidikan di Jawa Timur.

Lalu, tugu Adipura, tak menutup kemungkinan Bangkalan Madura bisa memerolehnya kembali jika pemerintahnya serius mengatasi permasalahan lingkungan. Kemudian, Tugu Kota Salak, ikonnya ini bisa tumbuh kembali jika pemerintah mampu melakukan pembinaan pada para petani salak dengan baik.

Itu hanya opini dan saran dari saya saja ya. Selanjutnya, saya tetap kembalikan pada kalian yang punya wewenang, kekuasaan, dan uang pajak yang kita bayar. Sungguh, Bangkalan Madura ini sangat kaya. Tinggal pejabat pemerintahnya saja mau atau tidak untuk kerja.

Penulis: Abdur Rohman
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Sebagai Warga Bangkalan, Saya Iri pada Kabupaten Sampang yang Diam-diam Mulai Berbenah. Bangkalan Lewat!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version