Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

‘Bang-bang Wetan’, Lagu Jawa Sarat Makna yang Sering Dikira Lagu Horor

Mukhammad Nur Rokhim oleh Mukhammad Nur Rokhim
8 Januari 2021
A A
'Bang-bang Wetan', Lagu Jawa Sarat Makna yang Sering Dikira Lagu Horor terminal mojok.co

'Bang-bang Wetan', Lagu Jawa Sarat Makna yang Sering Dikira Lagu Horor terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Indonesia memiliki segudang lagu mulai dari yang klasik sampai populer. Dari sekian banyaknya lagu, pernahkah Anda mendengarkan lagu “Bang-bang Wetan”? Jika pernah, apa yang Anda rasakan pada saat mendengar lagu tersebut?

Bagi Anda yang suka mengedit video atau berselancar di Instagram, YouTube, maupun Tik-Tok, lagu ini biasanya sebagai backsound dari video-video atau gambar horor. Maka, jangan heran jika di kemudian hari lagu ini dikenal sebagai lagu horor juga. Lagu “Bang-bang Wetan” yang berbahasa Jawa itu apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kurang lebih akan bermakna sebagai berikut.

Bang-bang wus rahina, bang-bang wus rahina, srengengene muncul muncul muncul, sunar sumamburat
Cicit cuit-cuit, cicit cuit-cuit, cit-cuit rame swara ceh-ocehan
Krengket gerat-geret, krengket gerat-geret, nimba aning sumur sumur sumur, adus gebyar-gebyur
Segere kepati, segere kepati, kepati bingah bagas kuwarasan 

‘Langit fajar memerah pertanda pagi, langit fajar memerah pertanda pagi
Matahari muncul dengan cahayanya yang bersinar terang
Suara timba berbunyi krengket ditarik gerat-geret, menimba air dari sumur, mandi dengan semangatnya
Sungguh segar sekali, aku bahagia dan badanku sehat’

Begitulah kutipan lirik lagu “Bang-bang Wetan” yang dinyanyikan secara berulang-ulang pada awal lagu. Kemudian, pada akhir lagu diselingi dengan semacam suluk atau kombangan sebelum ending.

Lingsir wengi tan kendhat bebaya memala, tan kinaya apa, bebendu pepeteng tan kena atinira
Bang-bang wetan bang-bang wetan, semburata semburata

‘Waktu yang mendekati sepertiga malam terakhir, semoga tidak ada bahaya atau musibah, tidak ada halangan suatu apa pun, tidak ada kutukan yang mengenai kepada diri seseorang
Fajar pagi, cepatlah engkau bersinar, cepatlah bersinar’

Pada awalnya, lagu “Bang-bang Wetan” ini adalah lagu anak-anak atau tembang dolanan yang dibuat oleh Ki Hadi Sukatno dari Taman Siswa. Lagu tersebut menyuguhkan semangat yang muncul sebagai gambaran jiwa anak-anak. Logiskah lagu anak-anak dianggap sebagai lagu yang mistik dan horor?

Baca Juga:

Gara-gara Sinetron ‘Di Sini Ada Setan’, Lagu ‘Antara Ada dan Tiada’ Berubah Jadi Lagu Horor

Tradisi Rewangan Adalah Ajang Kompetisi MasterChef Indonesia Versi Local Pride

Saat ini, lagu “Bang-bang Wetan” yang biasanya kita dengarkan salah satunya merupakan aransemen dari Cak Nun dan Kiai Kanjeng. Garapan musiknya yang khas, mampu mengetuk pintu sanubari sehingga perasaan yang mendengarnya menjadi bergetar. Hal ini sudah menjadi ciri khas garapan musik Gamelan Kiai Kanjeng yang “lain daripada yang lain”. Kemudian, dari aransemen tersebut berkembang hingga dinyanyikan berulang kali oleh beberapa seniman.

Jika kita jujur kepada lirik aslinya, lagu ini sebenarnya tidak menyuguhkan unsur horor sama sekali. Dilihat dari tempo dan ritme yang sigrak atau semangat seperti hendak memunculkan adanya semangat atau greget yang tinggi dari lirik lagu yang disampaikan.

Dalam lagu tersebut terdapat dua pelajaran, yakni tentang semangat dan harapan. Pada dasarnya, kehidupan ini dibentuk melalui aspek berpasang-pasangan. Ada gelap-terang, senang-sedih, siang-malam, dan sebagainya. Hal tersebut sama dengan kehidupan manusia, ada masa lalu dan ada masa depan.

Manusia selalu memiliki harapan atau cita-cita untuk mendapatkan penerangan atas hidupnya. Penerangan itu berfungsi sebagai penunjuk jalan agar tidak salah memilih jalur menuju masa depan. Masa lalu biarlah menjadi kenangan dan pelajaran. Masa depan harus disikapi dengan semangat untuk lebih baik seraya berdoa agar dijauhkan dari bahaya.

Secara tidak langsung, lagu ini memiliki makna yang kurang lebih sama dengan lagu “Sebelum Cahaya” yang dinyanyikan oleh Letto. Manusia menantikan cahaya dan embun pagi kemudian digenapkan dengan sinar fajar dengan mandi “adus gebyar-gebyur”. Manusia merasakan kesegaran rohani yang digambarkan dengan menghirup udara pagi dan merasakan sensasi kebugaran jasmani melalui mandi. 

Dua aspek tersebut sebenarnya adalah hal-hal yang berkesinambungan. Sinar fajar adalah manifestasi dari cahaya dan mandi adalah perwujudan nyata merasakan kesegaran air (embun). Apabila seorang mempunyai mimpi dan harapan, dia juga harus berusaha atau ikhtiar. Maka, ketika anugrah atau peluang itu datang, manusia bisa merasakan bagaimana kesegaran atau kenikmatan sebenarnya.

Satu hal yang berulang-ulang kali menjadi stereotip masyarakat adalah lagu-lagu berbahasa Jawa dikait-kaitkan dengan hal-hal mistis seperti halnya lagu “Lathi” pada saat itu. Padahal, tidak semua lirik lagu berbahasa Jawa atau bahasa daerah bernuansa mistis. Mistik atau tidaknya lagu tersebut dimunculkan oleh fungsi dan tujuannya, tidak selalu karena jenis bahasanya.

BACA JUGA Tingkat Egaliter Seseorang Diukur dari Tempat Duduknya dan tulisan Mukhammad Nur Rokhim lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 Januari 2021 oleh

Tags: lagu horortradisi jawa
Mukhammad Nur Rokhim

Mukhammad Nur Rokhim

Juru Pikir di Pendhapa Kabudayan.

ArtikelTerkait

Gara-gara Sinetron 'Di Sini Ada Setan', Lagu ‘Antara Ada dan Tiada’ Berubah Jadi Lagu Horor terminal mojok.co

Gara-gara Sinetron ‘Di Sini Ada Setan’, Lagu ‘Antara Ada dan Tiada’ Berubah Jadi Lagu Horor

12 Juli 2021
mudhun lemah

Mudhun Lemah: Tradisi Jawa yang Konon Bisa Meramalkan Masa Depan Anak

20 April 2020

Tradisi Rewangan Adalah Ajang Kompetisi MasterChef Indonesia Versi Local Pride

27 Mei 2021
navigasi

Saya Buta Navigasi 4N (Ngalor-Ngidul-Ngetan-Ngulon): Emang Kenapa Sih?

15 Oktober 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.