Saya pikir, membahas kisah Nenek Trimah yang penuh opini ngalor ngidul sudah tidak relevan. Apalagi ketika yang dipakai adalah sudut pandang “ketimuran” yang belum bisa menerima panti jompo. Ah sudahlah, namanya saja warganet. Kalau belum sell out dan cringe, sebuah isu nggak penting akan dirujak sampai lembut.
Nah, karena mentalitas warganet yang demikian, banyak pihak mulai merangkak mendekat. Bukan untuk membantu menyelesaikan polemik, tapi mencari panggung demi keuntungan pribadi. Banyak public figure dan influencer keparat mulai ambil bagian dalam kisah Nenek Trimah. Pokoknya, berlagak paling messiah meskipun niatnya cari afeksi masyarakat.
Ternyata tidak hanya lini hiburan yang kebelet tampil melalui Nenek Trimah. Dari lini industri pun tertarik menjadi penyelamat Nenek Trimah. Salah satunya adalah Gilang Juragan99, boss dari produk skincare MS Glow. Dengan mentalitas tadi, Mas Gilang hadir dan menyatakan kesanggupan untuk merawat Nenek Trimah.
Tidak hanya itu, Nenek Trimah pun dimanjakan dengan berbagai barang terutama perhiasan emas. Pokoknya, apa yang Nenek Trimah mau, dikabulkan sama Mas Gilang. Tentu dengan syarat harus terekam kamera, ya. Kan demi kebutuhan dokumentasi dan aset perusahaan.
Tentu Mas Gilang dan MS Glow menjadi bahan perbincangan. Dengan nada kekaguman , warganet memuji dan terpukai dengan kedermawanan seorang Gilang Juragan99. Dan tentu saja, banyak yang menyuarakan pujian pada MS Glow sebagai brand yang penuh pencapaian.
Belum lama ini, MS Glow pamer “pencapaian” dengan memasang baliho digital di Times Square Amerika Serikat. Lalu, mereka menjadikan pasangan pebulutangkis Greysa/Apriyani sebagai brand ambassador. Kini, MS Glow sukses menyentuh hati masyarakat dengan publicity stunt bersama Nenek Trimah
Semua lampu menyorot MS Glow. Semua mata terkagum pada mereka. Ya, nggak, semua sih, misalnya saya sendiri. Saya pribadi lebih kagum dengan teknik marketing MS Glow. Nenek Trimah adalah puncak keberhasilan marketing mereka sejauh ini. Bahkan saya berani bilang, mereka memang jagoan marketing dari lini skincare.
Mari kita bedah satu per satu 3 strategi keren meskipun nggatheli ini. Pertama, dari masalah baliho Times Square. Banyak yang berpikir baliho ini bukti MS Glow adalah produk go international. Buktinya, ngapain ngiklan di Amerika Serikat kalau belum siap menguasai pasar dunia?
Salah, Boskuh! Memasang baliho di Times Square adalah strategi marketing mereka kepada pasar Indonesia. Pasar yang masih penuh rasa nasionalisme dan kebanggaan yang lucu. Apalagi juga masih gumunan terhadap apa-apa yang berbau luar negeri. Pokoknya kalau sudah menyentuh luar negeri sedikit, pasti akan dikagumi berlebihan.
Ini adalah cara marketing yang keren. Daripada sibuk pasang baliho sana-sini seperti Kepak Sayap Kebhinekaan, pasang saja sebentar di luar negeri. Lalu biarkan masyarakat gumunan yang membuat viral.
Kedua, itu sama kasusnya dengan endorsement ke Greysa-Apriani. Masyarakat yang masih kuat rasa nasionalismenya melihat pasangan pebulutangkis ini sebagai pahlawan. Dan ketika MS Glow mengusung mereka berdua, masyarakat memandang MS Glow mendukung perjuangan mereka di olimpiade. Mendukung sih iya, demi viralitas dan tergenjotnya penjualan produk.
Ketiga, Nenek Trimah sukses jadi brand ambassador MS Glow dengan efek luar biasa. Selain biaya lebih murah daripada pakai jasa influencer, vibes positif dan mentalitas messiah memberi efek hebat ini. Meskipun terkesan mereka buang-buang uang demi donasi, tapi ini adalah strategi marketing murah dan efektif.
Seratus juta uang untuk Nenek Trimah lebih murah daripada nitip Instastory di lapak influencer. Lihat saja rate card punya Rachel Vennya. Apalagi dampak jualan kesedihan dan kemiskinan akan evergreen dan selalu relevan. Selama masyarakat masih mudah disuapi kesedihan dan kemiskinan, marketing melalui Nenek Trimah akan selalu relevan.
Jadi saya ucapkan selamat pada MS Glow yang sukses melakukan marketing paling pecah dekade ini. Kepekaan tim marketingnya terhadap selera pasar Indonesia patut diacungi jempol. Bahkan sukses menggunakan prinsip “low cost high impact” yang jadi mantra marketing.
Apakah strategi ini etis menurut norma masyarakat? Menurut saya, sih, etis ketika bicara marketing. Toh, bukannya menyayangkan aksi aji mumpung MS Glow, opini masyarakat malah terbawa arus, kan?
Sumber gambar: Unsplash.com