Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Kesehatan

Bali Belly Bukan Penyakit Ganas, Itu tuh Mencret doang!

Muhammad Adib oleh Muhammad Adib
16 Mei 2023
A A
Bali Belly Bukan Penyakit Ganas, Itu tuh Mencret doang!

Bali Belly Bukan Penyakit Ganas, Itu tuh Mencret doang! (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Bali Belly apaan, itu mah mencret!

Saya rasa nggak ada satu pun orang bule yang nggak kenal sama Bali. Turis asing dari ujung dunia sampe Ujung Kulon pasti tahu atau bahkan udah pernah trip to Bali. Konon katanya, kepopuleran Bali mengalahkan Indonesia itu sendiri. Padahal Indonesia kan nggak hanya Bali. Ada Labuan Bajo, ada Raja Ampat dan banyak destinasi lain yang nggak kalah oke-nya dengan Bali. Walaupun harus kita akui, pulau yang terletak di antara Jawa dan Lombok ini sudah terkenal sejak abad ke-19, cuma persepsinya aja yang kontradiktif.

Dalam buku Bali: A Paradise Created karangan sejarawan Adrian Vickers menjelaskan bahwa masyarakat Bali pada abad 19 terkenal buas, ganas, dan trengginas. Masyarakat Bali saat itu diidentikkan dengan pemalas dan hidupnya bergantung dari beras yang berasal dari Lombok. Pokoknya serba negatif.

Setelah diambil alih oleh Belanda pada 1908, barulah Bali mengalami perubahan pesat. Bali yang semula dicap panas, perlahan image-nya berubah menjadi hi-class. Pemerintah Belanda dengan cepat merekonstruksi Bali hingga menjadi Island of Paradise. Pun pada waktu itu memang dikenal sebagai masa keemasannya pariwisata (Golden Age of Travel). Ditambah dengan kedatangan para pelukis kelas dunia seperti Miguel Covarrubias, Vicki Baum, Walter Spies, Rudolf Bonnet, dan Rabindanath Tagore menjadikan Bali sebagai destinasi wisata ter-beautiful saat itu.

Nah, beberapa waktu lalu viral bad news tentang Bali. Artis Verrel Bramasta mengalami Bali Belly saat pakansi. Putra tamvan Venna Melinda ini dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami mual muntah, lemas, dan diare tentunya. Namun banyak yang bertanya-tanya kenapa turis asing kena Bali Belly? apakah kebersihan di Bali benar-benar ambyar? Belum ada kita dengar penyakit Labuan Bajo Belly, Lombok Belly atau Borobudur Belly. Ada yang udah pernah dengar belom?

Bali Belly, justifikasi diskriminatif

Dilansir dari news.com.au perusahaan asuransi perjalanan Cover More pada 2022 mencatat 1.174 turis Australia mengalami gastroenteritis. Nah yang menarik ternyata 112 di antaranya berasal dari Bali. Lho kok bisa? Tunggu dulu dong, jangan langsung menjustifikasi Bali sebagai sarangnya infeksi perut.

Coba kita lihat WNI termasuk artis yang berstatus turis di negara orang berhari-hari, mereka aman-aman aja tuh. Paris Belly, Milan Belly, Amsterdam Belly, dan Belly-belly lainnya nggak ada satu pun kasusnya yang viral di media. Sultan sekelas Raffi-Nagita dan Anang-Ashanti nggak pernah saya liat bermasalah dengan belly-belly kayak gini. Seolah-oleh justifikasi ini menjadi stereotip negatif buat Bali.

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dr. Cokorda Agung Wahyu, Sp.PD. menjelaskan bahwa Bali Belly hanyalah julukan yang disematkan oleh para turis. Bukan nama penyakit spesifik yang dipatenkan oleh pakar kesehatan. Hal ini terjadi akibat gagalnya para turis beradaptasi dengan Bali dan segala macam starter pack-nya termasuk makanan dan minuman. Nama penyakit ini sebenarnya traveler’s diarrhea atau diare pelancong. Ya kalau bahasa sehari-hari kita sih, mencret.

Baca Juga:

5 Kesalahan yang Sering Tidak Disadari Turis Asing ketika Liburan ke Jepang

4 Hal yang Wajar di Bali, tapi Nggak Lumrah di Jogja

Perut nggak bisa pedes ya gitu

Cokorda menambahkan Bali Belly ini bisa disebabkan dari makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri terutama E. Coli. Namun, bisa juga disebabkan makanan-makanan tradisional Bali dengan bumbu medoknya seperti urap bumbu genep, sambel embe atau lawar. Makanan tradisional Bali dengan ciri khas pedas menyengat dengan bumbu rempah Bali seperti kunyit, kencur, lengkuas dan lainnya sangat tidak lazim dikonsumsi para turis.

Jadi ya wajar kalau si doi mules lemes. Yang biasanya makan makanan asin gurih ala Amerika-Eropa tiba-tiba ke Indonesia langsung makan pedas level setan, ya pasti perut bakal langsung kaget dan akhirnya terjadilah perasaan buang hajat itu. Belum lagi kebiasaan turis yang suka meminum air langsung dari keran. Woi-woi ini Indonesia, keran air di sini belum semuanya ready to drink kayak di kampung Anda. Ya salah sendiri dong, pantesan aja perut situ moncor.

Tapi nggak perlu khawatir, penyakit ini menurut para dokter bukan penyakit fatal. Bahkan bisa sembuh dengan sendirinya dengan perawatan yang tepat. Have you ever heard Diapet?

Soal kenapa warga lokal aman jaya dari mencret ini karena udah dari oroknya sono biasa terpapar kuman dan berkotor-kotoran. Jadi naturally tubuhnya lebih imun. Bak kata iklan deterjen dulu berani kotor itu baik.

Saran untuk turis

Saran saya untuk para turis sebelum berlibur ke Indonesia pertama, memperbanyak khazanah mencicipi kuliner pedas. Terutama untuk destinasi wisata yang akan dituju sebelum take off, agar lidah dan perut terbiasa dan nggak kaget ketika di TKP. Kedua, pahami special guidelines liburan di Indonesia seperti jangan makan makanan mentah dan meminum air langsung dari keran, bawa air minum sendiri atau beli air kemasan. Hindari juga memakan jajanan pasar lokal secara serampangan. Ketiga, perhatikan kebersihan baik kebersihan tangan dan alat makan. Terakhir, stand by kotak P3K dalam setiap suasana (sukur-sukur si bule bisa baca tulisan saya ini).

Saya meminta semua pihak terkhusus turis untuk menghentikan justifikasi Bali Belly ini. Penyakit ini tidak berbahaya, Bestie. Penyakit ini hanya penyakit umum dengan nama mencret yang diakibatkan kelalaian turis itu sendiri. Jadi jangan seolah-olah menjustifikasi Bali Belly sebagai penyakit endemik. Sekali lagi, cuma mencret.

Penulis: Muhammad Adib
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Mengatasi Diare yang Rewel dengan Lima Langkah Mudah

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 16 Mei 2023 oleh

Tags: bali bellydiaremencretTuris
Muhammad Adib

Muhammad Adib

Manusia apa adanya dan ada apa-apanya.

ArtikelTerkait

Betapa Bahagianya Jadi Warga Gunungkidul, Jadi Turis di Kampungnya Sendiri

Betapa Bahagianya Jadi Warga Gunungkidul, Jadi Turis di Kampungnya Sendiri

11 November 2022
Culture Shock Orang Surabaya Meski Sudah Menetap di Jogja (Unsplash.com)

Turis Membunuh Jogja

3 Januari 2023
5 Hal Unik tentang Kota Solo di Mata Turis Lokal terminal mojok.co

5 Hal Unik tentang Kota Solo di Mata Turis Lokal

5 Desember 2021
Membela Turis Indonesia yang Gemar Belanja dan Berfoto Ria Terminal Mojok

Membela Turis Indonesia yang Gemar Belanja dan Berfoto Ria

10 Desember 2022
4 Hal yang Wajar di Bali, tapi Nggak Lumrah di Jogja Mojok.co

4 Hal yang Wajar di Bali, tapi Nggak Lumrah di Jogja

21 September 2024
Kenapa Turis Indonesia Lebih Sibuk Berbelanja dan Berfoto Ria daripada Turis Eropa Terminal Mojok

Kenapa Turis Indonesia Lebih Sibuk Berbelanja dan Berfoto Ria daripada Turis Eropa?

2 Desember 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.