Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Balasan untuk Tulisan tentang Seblak sebagai Makanan yang Paling Aneh

Muhammad Ridwansyah oleh Muhammad Ridwansyah
21 November 2020
A A
Balasan untuk Tulisan tentang Seblak sebagai Makanan yang Paling Aneh terminal mojok.co

Balasan untuk Tulisan tentang Seblak sebagai Makanan yang Paling Aneh terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Saya terkesiap membaca tulisan Mbak Aisyah Nabilla yang menganggap seblak sebagai makanan yang paling aneh. Ia kemudian melengkapi anggapannya itu dengan argumen-argumen yang menurutnya logis. Namun, bagi saya, argumennya ngawur. Sebagai pencinta seblak, izinkan saya untuk membalas tulisan tersebut dengan argumen yang juga sangat logis.

Oke, disclaimer dulu, dalam tulisan Mbak Asiyah itu, ia tidak bermaksud nyari ribut sama penggemar seblak. Terlebih, katanya, cara ia menyampaikan argumennya secara damai. Dan mungkiiin ia berharap argumennya itu bisa disetujui banyak orang yang juga punya pemikiran sama.

Nah, tulisan ini tujuan utamanya hanya untuk membalas artikel Mbak Asiyah yang tentu saja, saya tidak setuju sama pendapat-pendapatnya. Jadi, tulisan ini tidak bermaksud pengin ribut sama yang tidak suka seblak, wabil khusus sama Mbak Asiyah.

Baiklah. Begini, Mbak Aisyah. Saya sebagai orang Sunda yang mana daerah saya penghasil seblak terbanyak kedua setelah kota Bandung, saya perlu menginformasikan dulu kepada Mbak atau teman-teman pembaca sekalian bahwa orang yang doyan makan seblak itu bukan hanya di kala lapar dan pas hujan datang.

Akan tetapi, makan seblak itu sudah menjadi tradisi bagi orang Sunda. Ketika reunian misalnya, tak jarang beberapa di antara kami bilang “Nyeblak, yuk!” Pun, dari mulai anak kecil, orang dewasa, dan orang tua, kami kerap melakukan aktivitas nyeblak. Padahal, kami udah pada makan nasi. Bahkan, orang tua kami bilang bahwa kalau makan seblak itu harus makan nasi dulu biar nggak sakit perut. Terus, makan seblak pas cuaca lagi panas juga afdal, kok. Sejak kapan mencari seblak sebagai jajanan utama di kala hujan datang. Ngaco. Maksud saya, jangan sotoy lah.

Nah, terkait memesan seblak dengan level pedas tertinggi, lalu berusaha menghabiskan isi beserta kuah-kuahnya, ini bukan demi mendapat pengakuan sebagai “ratu cabai” atau bagi lelaki “raja cabai”, tapi lidah orang Sunda, kalau sudah terbiasa makan pedas terus makan yang tidak pedas, suka jadi agak gimanaaa gitu. Yang jelas, kami makan seblak dengan level pedas tertinggi tidak bermaksud untuk mendapat pengakuan semacam itu, bukan! Ini soal kebiasaan.

Mari masuk ke inti pembahasan.

Ada tiga argumen yang Mbak Asiyah sampaikan terkait seblak sebagai makanan yang paling aneh. Pertama, isi seblak tidak konsisten. Kedua, seblak hanya bisa dinikmati untuk orang yang menyukai makanan pedas. Ketiga, pada jenis seblak berkuah, ada isian berupa kerongkongan maupun tulang ayam yang kalau dibayangin sama Mbak Asiyah jadi bingung. Sebab, katanya, ayam yang pada dasarnya dimasak untuk diambil dagingnya, eh malah diambil tulangnya untuk isian makanan. Sungguh, tiga alasan yang ada ada saja.

Baca Juga:

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Mari saya jelaskan.

Pertama, seblak bukan tidak konsisten. Namun, dalam usaha kuliner, hampir seluruh pengusaha melakukan modifikasi. Para pengusaha lebih aware terhadap usaha yang dimilikinya agar tidak sama dengan para pesaingnya. Artinya, para pengusaha makanan selalu berpikir untuk melakukan berbagai inovasi agar makannya terlihat menarik. Apalagi para pengusaha seblak di Bandung, mereka dituntut untuk melakukan modifikasi sedemikian rupa agar seblaknya selalu memunculkan inovasi baru untuk tetap eksis.

Nah, itu sebabnya, seblak dimodifikasi dengan tambahan telur, sayur, dan lain-lain. Sekaligus, itu sebabnya seblak jadi banyak jenisnya. Itu sebabnya, seblak ada yang kering-kering yang kalau dimakan berbunyi “krenyes-krenyes”.

Kedua, seblak tidak hanya dinikmati oleh mereka yang suka makanan pedas, Mbak. Sebab, banyak juga orang yang makan versi tidak pedas. Lantas soal kenikmatannya tidak perlu ditanyakan. Bumbu yang Mbak tulis itu memang untuk versi pedas. Tapi, ini disebabkan ketidaktahuan Mbak, jadi malah ngaco.

Ada beberapa macam seblak yang tidak pedas dengan bumbu halus seperti garam, bawang putih, kencur, merica. Lengkap dengan toppingnya, sosis dan telur. Ada jenis yang khusus buat anak-anak kecil dengan bumbu daun bawang, kerupuk udang, telur, daun pokcoy, garam, gula, bawang putih, bawang merah. Dan seterusnya dan seterusnya. Bahkan, ada buanyakkk penggemar seblak tidak pedas garis keras, salah satunya Mbak Nida Nur Fadilah yang tulisannya dimuat di Terminal Mojok dengan judul “Penggemar Seblak Tak Pedas Garis Keras, Memangnya Kenapa?“

Kesimpulannya, Mbak Aisyah ini tidak tahu soal seblak dan belum menemukan yang cocok di lidah. 

Ketiga, Mbak Asiyah menanyakan, apa yang diharapkan dari memakan topping tulang ayam? Lalu mengajak kepada pembaca dengan ajakan untuk membayangkan, ada semangkuk makanan berkuah pedas dengan potongan tulang ayam, lalu saat kalian makan tulangnyaaa, pasti sulit jika harus menggunakan sendok. Jadi mau tidak mau harus menggunakan tangan.

Apa yang diharapkan dari makan tulang ayam? Pertama, saya mau tanya, Mbak Aisyah ini pertama kali makan seblak di mana dulu? Kalau pengin menikmati seblak Ceu Ecin, sini ke Garut.  Kedua, apakah sudah jeli memperhatikan tulang ayam itu pure tulang ayam aja? Soalnya, di dalam tulang ayam maupun kerongkongannya, biasanya masih ada sisa-sisa daging yang nempel. Sumpah, saya bakal protes sama tukang seblak kalau cuma tulang doang. Maka, saya mempertanyakan, di mana Mbak Asiyah pertama kali makan makanan khas Sunda ini?

Nah, terkait sisa-sisa daging yang nempel di tulang ayam maupun kerongkongan, itu ada filosofinya. Jadi, orang Sunda ini memercayai bahwa ada kelezatan di balik sisa-sisa daging yang nempel itu. Pernah denger tidak tentang ada keberkahan di balik sebutir sisa nasi? Nah, begitu. Ini saya benar, tidak sedang bercanda. 

Buat Mbak Asiyah, saya tidak keberatan sih kalau Mbak tidak ada keinginan untuk memakan seblak lagi. Toh, saya yakin penggemar dan mang-mang penjualnya tidak akan peduli juga. Namun, ketika menganggap seblak sebagai makanan paling aneh, terus beragumen tidak logis, saya tidak terima. 

BACA JUGA 3 Tebak-tebakan Sunda yang Melegenda walau Super Nyebelin dan tulisan Muhammad Ridwansyah lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 19 November 2020 oleh

Tags: Kulinersuku sunda
Muhammad Ridwansyah

Muhammad Ridwansyah

Founder penulis Garut. Penulis bisa disapa lewat akun Twitter dan Instagram @aaridwan16.

ArtikelTerkait

5 Kesalahan ketika Makan Nasi Padang yang Sering Dilakukan Orang Mojok.co

5 Kesalahan yang Sering Dilakukan Orang ketika Makan Nasi Padang

27 September 2024
8 Kuliner Kudus yang Patut Dicicipi kalau Lagi Main ke Kota Kretek Terminal Mojok

8 Kuliner Kudus yang Patut Dicicipi Saat Main ke Kota Kretek

28 Juli 2022
Rawon Pecel, Kuliner Khas Jember yang Membingungkan Lidah Mojok

Rawon Pecel, Kuliner Khas Jember yang Membingungkan Lidah 

15 Desember 2023
Bagi Orang Madiun, Pecel Tumpang Adalah Inovasi yang Sesat terminal mojok.co

Hilangnya Cita Rasa Pecel Madiun yang Tergerus Penjajah

26 Maret 2021

Pemburu Mie Ayam Sejati Tidak Akan Pilih-pilih Soal Mie Ayam

27 April 2020
Betapa Meresahkannya Sekte Ayam Geprek yang Tidak Digeprek Terminal Mojok

Ayam Geprek Sambal Matah, Varian Kuliner yang Sering Bikin Salah Paham

18 Januari 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.