Bahasa Jawa lebih kaya kosakata daripada bahasa Indonesia. Bukannya ingin memicu perdebatan seputar bahasa Indonesia yang miskin kosakata seperti beberapa bulan lalu. Saya hanya ingin membuka diskusi perihal bahasa Jawa yang kaya kosakata, sayangnya penuturnya semakin berkurang.
Salah satu artikel di Mojok yang berjudul 6 Istilah dari Kata “Menempel” dalam Bahasa Jawa, Mulai dari Nemplek hingga Rengket. Beda Konteks Beda Penggunaan mencerminkan betapa kayanya bahasa daerah yang satu ini. Selain kaya kosakata, bahasa ini termasuk bahasa daerah yang rumit. Sebab, dalam bahasa ini ada tingkatan bahasa yaitu krama dan ngoko alias halus dan kasar.
Nah, menguasai salah satu tingkatan bahasa saja kosakatanya sudah sangat banyak. Misal, untuk mengungkapkan jatuh dalam bahasa Jawa ngoko ada banyak jenisnya tergantung konteks.
Daftar Isi
Orang Jawa yang kehilangan kejawaannya
Sebagai orang asli yang sehari-hari pakai bahasa Jawa, saya bangga atas kekayaan bahasa daerah ini. Namun, di saat yang bersamaan, saya merasa khawatir. Saat ini ada banyak orang Jawa yang tergerus kemampuan berbahasanya.
Sejauh pengamatan saya, pada beberapa kondisi, penggunaan bahasa daerah ini terkadang malah dicampur sama bahasa Indonesia. Lebih parahnya, ada yang mencampurkan dengan bahasa yang dikarang-karang sendiri. Macam orang Jaksel yang pakai bahasa Indonesia dicampur sama istilah bahasa Inggris.
Kesalahan-kesalahan dalam berbahasa Jawa bisa saya maklumi kalau penutur adalah pendatang atau orang yang baru belajar. Tapi, kalau penuturnya adalah orang asli Jawa tulen yang sehari-hari menggunakan bahasa daerah, saya cuma bisa ngelus dada.
Itu mengapa saya kemudian mempertanyakan kejawaan orang-orang Jawa ini. Salah satu kesalahan yang paling sering saya temui adalah bahasa Jawa terkait angka. Mayoritas hanya fasih menyebutkan angk a1 sampai 10. Akan tetapi, untuk angka tertentu yang memang berbeda pola penyebutannya daripada angka lain macam 25, 50, dan 60 yang banyak orang Jawa masih keliru pengucapannya.
“Selawe”, “seket”, dan “sewidak”
Saya coba jelaskan sedikit bagi yang masih asing. “Selawe”, “seket”, dan “sewidak” adalah bahasa Jawa yang benar dan sahih untuk menyebut 25, 50, dan 60. Namun, masih banyak yang bingung dan salah dengan penyebutan tiga angka tersebut. Padahal, pengetahuan ini seharusnya menjadi hal yang dasar dalam berbahasa Jawa lho karena digunakan sehari-hari.
Saya semakin kesal ketika ada orang Jawa tulen yang menyebutkan rong puluh limo, limang puluh, dan enem puluh. Itu adalah salah kaprah yang terus menerus lestari. Kasus ini juga terjadi sama angka 21 sampai 29. Nggak ada dalam kesusastraan Jawa yang menyebut dengan istilah rongpuluh siji, rong puluh loro, rong puluh telu, dan seterusnya. Penyebutan yang benar adalah selikur, rolikur, telulikur, patlikur dan seterusnya.
Banyak orang Jawa perlu belajar bahasa Jawa lagi
Di dalam hati saya sering membatin, mereka yang sehari-hari berbahasa daerah ini ternyata juga masih perlu belajar bahasa Jawa. Ini perlu supaya tidak ada kekeliruan dan tersesat semakin jauh dalam berbahasa. Sehingga, bahasa yang lestari hingga anak cucu kita adalah bahasa daerah yang benar dan sahih.
Kembali ke awal, apa istimewanya bahasa Jawa kaya kosakata kalau penuturnya semakin berkurang atau tidak menurutkan secara tepat? Perlahan akan punah, kaya atau miskin kosakata hanya akan jadi cerita. Jadi orang Jawa tulen, ayo belajar lagi bahasa daerah kalian lagi.
Penulis: Rizqian Syah Ultsani
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 11 Istilah Bahasa Jawa yang Susah Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.