Sejak kecil, saya memang tidak pernah membeli sandal mewah. Apalagi yang mewah, beli sandal yang harganya di atas seratus ribu saja belum pernah. Maklumlah, saya hanya orang kecil. Beneran. Berat badan saya saja tidak sampai 55 kg. Tapi, saya cukup tabah untuk tidak ngiler ataupun iri jika melihat teman-teman saya memakai sandal-sandal bagus. Bagi saya, sandal mewah adalah sandal yang awet dan murah, contohnya sandal selop.
Dari sini kalian mungkin mengira saya ini orang yang memiliki gaya hidup sederhana. Sebenarnya tidak. Ini bukan soal sederhana. Tapi, ini soal bagaimana saya mengoptimalisasi kekayaan yang saya punya. Itu saja.
Nah, kualifikasi sandal yang awet dan murah itu sendiri tidak saya temukan pada sandal manapun. Tidak pada sandal Swallow, tidak pula pada sandal kulit yang dijahit. sandal yang bagi saya mampu memenuhi kualifikasi tersebut adalah satu-satunya sandal selop karet. Tahu kan, sandal yang saya maksud?
Sandal ini biasanya menggunakan merek dari brand-brand ternama seperti Nike, Adidas, Jeep, dan merek-merek ternama yang lain. Beberapa di antaranya bahkan tidak dikasih merek. Tapi, oleh si penjual, biasanya sandal ini ditempatkan pada satu kelompok dengan harga yang relatif sama. Maka saya berasumsi bahwa sandal-sandal ini diproduksi di perusahaan yang sama, meskipun mereknya dibuat beda-beda. Pada dasarnya sandal-sandal ini memiliki ciri-ciri yang sama, yaitu berbentuk selop dan bahannya dari karet. Inilah sebabnya saya menyebutnya sandal selop karet biar lebih mudah.
Sandal ini memiliki satu ciri lagi yang terbilang cukup khas di dunia persandalan. Bentuknya yang nggak neko-neko, tanpa jepitan, dan bisa langsung dipakai jadi pembeda. Dan hal ini menurut saya menjadi jaminan tersendiri atas keawetannya. Karena kemungkinan terjadinya sandal putus menjadi sangat kecil. Hampir tidak mungkin selopnya lepas karena ada yang bentuknya langsungan.
Soal ketahanan, sandal ini tidak perlu diragukan lagi. setidaknya sandal selop karet yang saya pakai saat ini telah saya gunakan selama dua tahun secara terus menerus. Hingga saat ini kondisinya pun tidak terlalu menyedihkan. Setiap bagiannya masih utuh. Cuma alasnya yang semakin menipis. Warrr biasa sekali ya kawan-kawan.
Berbeda dengan sandal kelas bawah pada umumnya, sandal selop karet bisa dibilang memiliki fleksibilitas di atas rata-rata. Jika biasanya sandal murahan membuat kita insecure ketika menghadiri acara-acara tertentu, sandal selop karet mampu menyamarkan diri untuk berbaur dengan sandal-sandal mewah saat dibutuhkan. Meskipun sebenarnya sandal ini lebih cocok digunakan untuk mondar-mandir di kamar mandi, tapi pada saat yang penting pun sandal ini bisa jadi alternatif. Casual dan mudah dipadukan dengan gaya berpakaianmu.
Tidak hanya itu, sandal selop karet ini sebagaimana sandal murahan yang lain, cukup aman jika digunakan di tempat-tempat rawan seperti masjid ataupun warnet. Buktinya, sandal saya selalu baik-baik saja ketika saya bawa ke masjid dan tempat-tempat lain yang terkenal rawan tertukar dan dicuri. Mungkin karena penampilannya yang tidak terlalu mencolok sehingga tidak ada yang meliriknya. Mungkin juga para pemburu sandal itu tahu bahwa sandal ini sebenarnya sandal murah. Entahlah, hanya Pak Ndul yang tahu.
Bagi kalian yang keuangannya selevel dengan saya, tidak perlu khawatir dengan harga sandal ini. Terakhir saya beli sandal ini dua tahun yang lalu, harganya masih Rp25 ribu. Seandainya sekarang harganya naik, paling nggak beda jauh. Kayaknya masih tetap terjangkau oleh kaum miss queen seperti saya tentunya.
Bayangkan saja, dengan harga demikian murah, kita mendapatkan garansi untuk tidak membeli sandal selama dua tahun lamanya, bahkan bisa lebih. Bagi saya nilai ini terbilang sangat murah melihat daya tahannya yang super tangguh.
Oke, semakin lama saya seperti sedang jualan saja. Sebenarnya ini hanya ungkapan kekaguman saya saja pada sandal selop karet. Sandal ini mampu menunjang aktivitas kita dengan sangat baik. Dia kuat, dan harganya bersahabat.
Tidak seperti sandal-sandal lain yang dengan masif dan angkuhnya mendemonstrasikan keunggulan-keunggulan mereka, sandal selop karet justru tampil rendah hati meskipun sebenarnya dia sangat layak untuk songong di depan sandal-sandal yang lain. Maksud saya, pernahkah kalian melihat iklan sandal ini di tv? Jawabannya tentu tidak.
Ini adalah bukti ketulusan yang tidak pernah kita pahami sebelumnya.
Intinya, ada hikmah dari semua ini. Sandal kita boleh berbeda, tapi ke mana arah dan tujuan kita melangkah harus tetap sama, yaitu ke pelaminan. Hah garing!
BACA JUGA 3 Jenis Pertanyaan Terlarang di Kafe dan tulisan Ahmad Mu’arifin.