Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

Bagi Orang Madiun, Pecel Tumpang Adalah Inovasi yang Sesat

Ahmad Natsir oleh Ahmad Natsir
18 November 2020
A A
Bagi Orang Madiun, Pecel Tumpang Adalah Inovasi yang Sesat terminal mojok.co

Bagi Orang Madiun, Pecel Tumpang Adalah Inovasi yang Sesat terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

“Aku titip pecel, Yah, tapi ingat, tanpa sambel tumpang!” kata istri saya saat kami mudik ke Nganjuk. Nada istri saya kali ini serius, tidak main-main. Mimiknya menandakan ada ancaman. Hal ini karena pernah suatu ketika saya membelikannya sarapan pecel plus sambel tumpang dan itu membuat saya trauma dan selalu mengingat dengan benar saat saya membeli sarapan di daerah kelahiran saya.

Komentar yang muncul dari istri saya yang asli Madiun juga tidak kalah mengerikan. Dia memberi majaz yang menyeramkan untuk sebuah sambal khas Nganjuk dan Kediri ini. Memang, saya akui, sambal yang berupa olahan tempe yang sudah menghitam, dikukus, kemudian dihaluskan dicampur dengan kunir ini menjadikannya seperti… (saya tidak tega menulisnya di sini. Pembaca bisa mengira sendiri, kan?)

Komentar senada juga datang dari kakak ipar saya, dan teman saya yang berasal dari Ponorogo yang kini menetap di Nganjuk. Mereka sepakat tanpa pernah bertemu bahwa sambel tumpang itu merusak rasa pecel khas daerah mereka masing-masing. Sementara itu, saya yang tergila-gila dengan sambal ini hanya terdiam mendengarkan. Suara minoritas sejak kapan menjadi raja, hah?

Yang saya rasakan kemudian adalah munculnya sebuah pertarungan wacana mengenai pecel Madiun vs pecel Nganjuk (sengaja saya tidak menyebut Kediri kali ini). Perdebatan ini sesungguhnya tidak kalah epic dari pertempuran antara bubur diaduk dan tidak diaduk.

Kalau perdebatan antara bubur diaduk dan tidak diaduk hanya berada di tataran aksiden (titik. Jangan ada yang ngeyel), perdebatan antara pecel Madiun dan pecel Nganjuk berada dalam ranah substansi. Dari penampilan, bahan, hingga rasa berubah seratus delapan puluh derajat. Singkatnya, menurut orang Madiun dan se-keresidenannya, pecel tumpang adalah inovasi (kalau tidak mengatakannya sebuah bid’ah) yang sesat. Sakit hati saya mendengarnya.

Hanya, perdebatan ini tidak pernah diliput oleh media mana pun. Sehingga pertengkaran ini tidak terlalu terdengar, masih kalah dengan perdebatan bubur yang hanya (sekali lagi) berada di wilayah estetika semata. Kurang bois, bukan?

Mereka tidak pernah tahu bahwa sambal khas ini hanya bisa di dapatkan di daerah tertentu. Pernah suatu ketika bibi dari istri saya, membuat sambel ini di Madiun, memakai bahan-bahan dari Madiun. Bahan yang digunakan sama, bumbunya juga sama tetapi dia mengalami kegagalan. Mungkin inilah yang membuat orang Madiun begitu membenci sambal ini. Bilang saja, “Nggak bisa,” repot amat, sih. Hahaha.

Saya juga pernah menemukan sambal tumpang ini di Ponorogo, rasanya (maaf) masih jauh dari sambal tumpang yang selama ini saya rasakan. Memang selama ini, saya didoktrin untuk menyukai sambal tumpang. Semenjak saya SD kelas enam, saya selalu membeli remukan peyek kemudian dituang di atasnya sambal kacang dan sambal tumpang. Nikmatnya tiada tara. Saya tidak merasakannya sebagai kesesatan berinovasi melainkan cita rasa yang benar-benar menggoyang lidah pedesaan saya.

Merenungkan pertengkaran yang tidak kunjung usai ini, saya mengerti satu hal, kita sering bertengkar tentang sesuatu yang dianggap asli (original) dan sesuatu yang dianggap hasil inovasi. Layaknya pecel dua versi ini. Padahal, pencipta pecel pertama kali tidak menginginkan sebuah pertengkaran sama sekali.

Barangkali cita-cita penemu pecel dapat saya ilustrasikan dalam kejadian ini, suatu pagi dua orang petani tani sedang mencangkul di sebuah sawah. Tiba-tiba keduanya menghentikan kegiatan mereka saat mendengar putra sang empu sawah datang membawa makanan dalam rantang.

“Sarapan, Pak De!” teriaknya. Mereka langsung menuju ke sebuah saung di tengah sawah. Dihamparkan depan mereka masakan yang tidak asing lagi bagi mereka berdua, pecel. Hanya pemilik sawah sengaja memisahkan sambel tumpang dalam wadah tersendiri. Setiap orang berhak memilih topping sesuai selera mereka masing-masing.

Tidak ada yang bertengkar di kala mereka berbeda pilihan. Kedua petani tersebut langsung saja melahap apa yang telah menjadi pilihan mereka, tanpa mengusik pilihan temannya. Dan mereka betul-betul menikmati sarapan di bawah naungan saung, di tengah pematang sawah. Saya sendiri pernah merasakan betapa nikmatnya suasana itu.

Mereka tidak terbesit untuk bertengkar. Mereka tetap tertawa dan melahap dalam naungan kesahajaan. Jadi, apa masih perlu memperdebatkan selera makan masing-masing sampai mengolok-olok segitunya?

BACA JUGA Getuk Pisang: Oleh-oleh Khas Kediri yang Bikin Nganjuk Insecure dan tulisan Ahmad Natsir lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 10 Februari 2022 oleh

Tags: pecel tumpangpecel. madiun
Ahmad Natsir

Ahmad Natsir

Bapak rumah tangga yang nyambi nulis esai.

ArtikelTerkait

Bagi Orang Madiun, Pecel Tumpang Adalah Inovasi yang Sesat terminal mojok.co

7 Dosa Penjual Nasi Pecel yang Ngaku Asli Madiun

7 Januari 2023
Nasi Pecel Bukan Milik Madiun Saja, Kota Lain di Jawa Timur Juga Punya

Nasi Pecel Bukan Milik Madiun Saja, Kota Lain di Jawa Timur Juga Punya

23 April 2024
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
fleet Mereka yang Pura-pura Cari Penjual Netflix di Twitter Itu Menganggu Banget terminal mojok.co

Mereka yang Pura-pura Cari Penjual Netflix di Twitter Itu Mengganggu Banget

Wajah Baru Malioboro: Dari Umpatan Rakyat Sampai Mimpi Kota Warisan Budaya terminal mojok.co

Wajah Baru Malioboro: Dari Umpatan Rakyat Sampai Mimpi Kota Warisan Budaya

Ini Dansa yang Wajib Anda Tahu Saat Datang ke Pesta Orang Ambon terminal mojok.co

Ini Dansa yang Wajib Anda Tahu Saat Datang ke Pesta Orang Ambon

Terpopuler Sepekan

Lampu Merah Canguk Magelang Kini Tak Lagi Jadi Neraka, Underpass dan Flyover Bikin Hidup Warga Magelang Jadi Lebih Mudah

Lampu Merah Canguk Magelang Kini Tak Lagi Jadi Neraka, Underpass dan Flyover Bikin Hidup Warga Magelang Jadi Lebih Mudah

17 Juni 2025
Bukit FTI, Kelebihan UKSW Salatiga yang Tak Tercatat di Brosur Kampus

Bukit FTI, Kelebihan UKSW Salatiga yang Tak Tercatat di Brosur Kampus

17 Juni 2025
Orang Tua Lebih Memilih Sekolah Swasta meskipun Biayanya Mahal karena Memang Sebagus Itu, Sekolah Negeri Perlu Ngaca sekolah swasta gratis

Sekolah Swasta Gratis, Ide Gila yang Bisa Bikin Pendidikan Makin Miris

19 Juni 2025
Nasib Anak Seni di Sekolah Favorit Bagai Acar di Nasi Goreng: Ada, tapi Dilupakan dan Akan Selalu Diabaikan

Nasib Anak Seni di Sekolah Favorit Bagai Acar di Nasi Goreng: Ada, tapi Dilupakan dan Akan Selalu Diabaikan

13 Juni 2025
5 Roti Ini Sebaiknya Bertobat, Ada yang Bohong dan Penuh Jebakan

5 Roti Ini Sebaiknya Bertobat, Ada yang Bohong dan Penuh Jebakan

15 Juni 2025
Perang Iran Israel Panasnya Sampai Pantat Orang Bantul (Unsplash)

Perang Iran Israel: Meledak di Langit, Imbasnya Dirasakan Warga Bantul yang Lagi Bingung Caranya Beli Gas 3 Kilo

17 Juni 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=jxGwBYZnCJg

DARI MOJOK

  • Sepatu Rusak: Saksi Bisu dari Atlet Sepak Bola Putri di Jogja yang Penuh Nyali dan Nilai Mahal yang Mereka Pelajari
  • Anak Jadi PNS Bikin Ortu Suka Pamer Pencapaian, Padahal Sang Anak Tersiksa karena Gaji Kecil dan Sering “Dipalak” Teman
  • Tinggalkan Skripsi Gara-gara Urusan Asmara, Berujung DO dan Sakiti Ibu hingga Susah Cari Kerja
  • Nyesel Ikuti Perintah Ibu Kuliah Jurusan Guru, Setelah Lulus Jadi Susah Cari Kerja
  • Coba-coba Boker di Toilet Bus Patas, Niat Legakan Perut Malah Dibikin Waswas hingga Repot saat Cebok
  • Saya Resah Melihat Palembang ketika Budaya Bodoh Bernama Sound Horeg dan Organ Tunggal Dianggap Pesta Rakyat Seperti Lomba Perahu Bidar

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.